dana khusus untuk membantu LBH-LBH yang berada dibawah naungan YLBHI. Oleh karena itu LBH-LBH dituntut untuk bisa mandiri.
d. Bantuan dana dari pemerintah. Bantuan dana dari pemerintah ini ada setelah
berlakunya Undang-undang Bantuan Hukum No.16 tahun 2011. Bantuan dana tersebut dalam bentuk reimbursement dana, yaitu pihak LBH Medan
melakukan pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu dengan dana LBH Medan itu sendiri. Setelah perkara tersebut sudah
dijatuhi putusan dengan berkekuatan hukum tetap, maka dana-dana yang dikeluarkan LBH Medan dapat di klaim ke Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Ham Medan. Akan tetapi, tidak semua kasus yang telah ditangani oleh LBH Medan dapat di klaim dananya. Kementerian Hukum dan Ham
yang memutuskan bahwa apakah suatu perkara tersebut dapat diberikan dana. Pada saat penulis melakukan riset, penulis melihat langsung bahwa ada 6
perkara yang diajukan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham untuk diklaim, akan tetapi hanya 3 diantaranya yang dapat diklaim. Walaupun
demikian, setidaknya pemerintah sudah memberikan perhatian dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat kurang
mampu, walaupun tidak sepenuh hati.
H. Pemberian Bantuan Hukum Cuma-cuma Kepada Anak yang Berkonflik
dengan Hukum
Pemberian Batuan Hukum cuma-cuma Kepada Anak sama saja dengan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma pada umumnya kepada masyarakat.
Hanya saja, terhadap kasus anak itu lebih didahulukan dan diprioritaskan penyelesaiannya. Alasan kasus anak lebih didahulukan dan diprioritaskan adalah
karena anak tersebut masih dalam tahap yang rentan dan labil dan membutuhkan perhatian lebih dan pemberian pendidikan yang baik. Jika kasus anak tersebut
ditangani lama-lama, maka akan menggangu kondisi psikologi sianak, yang membuat sianak berpikiran negatif dan ketakutan. Oleh karena itu penanganan
kasus anak harus diprioritaskan guna untuk menghindari hal-hal tersebut. Dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma terhadap anak,
LBH Medan juga melakukan kerjasama terhadap lembaga-lembaga yang juga berurusan terhadap kasus anak seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia di
tingkat Daerah KPAID dan juga Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA. Sebenarnya, yang tepat untuk mengani kasus anak adalah KPAID dan PKPA,
akan tetapi menurut pengalaman dari LBH Medan itu sendiri, dikarenakan KPAID dan PKPA belum mempunyai pengacara tetap sendiri, maka oleh karena itu
KPAID dan PKPA meminta bantuan LBH Medan untuk mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma. Jadi LBH Medan yang maju untuk menangani kasus-
kasus anak yang terjadi di Medan.
98
Untuk kasus anak, LBH Medan lebih mengupayakan proses diversi dan restoratif justice agar tidak berkepanjangan sampai ke pengadilan. Diversi adalah
suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal kepenyelesaian damai antara
tersangkaterdakwapelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh
98
Wawancara dengan Juliadi S.H., Anggota bagian litigasi LBH Medan
keluarga danatau masyarakat, pembimbing kemasyarakatan anak, polisi, jaksa atau hakim. Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan
hukum harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal, dan memberikan alternartif bagi penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif, maka atas
perkara anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi kepentingan terbaik anak dan dengan mempertimbangkan keadilan bagi korban.
Akan tetapi, jika memang harus sampai kepengadilan, LBH Medan juga siap untuk mendampingi anak tersebut dalam setiap proses peradilan agar anak
tersebut dijamin hak-haknya dan tidak ada terdapat penyelewengan kewenangan. Penyelewengan kewenangan ini pernah terjadi dalam kasus yang ditangani oleh
LBH Medan, yaitu terhadap anak dari Ucok Hardin yang anaknya dipanggil oleh kepolisian langsung sebagai tersangka dalam kasus perkelahian. Hal ini sudah
jelas menyalahi aturan, bahwa seharusnya anak tersebut dipanggil lebih dahulu sebagai saksi dulu, bukan langsung mencap si anak sebagai tersangka. Setelah
kasus ditangani oleh LBH Medan, pada akhirnya kasus tersebut selesai dengan perdamaian di kantor polisi dan tidak sampai ke pengadilan.
Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan restortif yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap semua permasalahan, bukan
sebuah pembalasan yang selama ini dikenal dalam hukum pidana. Dalam pasal 1 angka 6 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak No.11 tahun 2012,
dijelaskan bahwa keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelakukorban dan pihak lain yang
terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan.
Jadi intinya melakukan diversi dan keadilan restoratif adalah untuk menjauhkan anak dari pengadilan pidana formal yang akan menggangu psikologi
si anak tersebut. Jelas dimuat dalam pasal 6 Undang-undang No.11 Tahun 2012, tujuan diversi adalah :
1. Mencapai perdamaian antara korban dan anak;
2. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
3. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;
4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
Mengingat hak anak yang jelas tercantum dalam Pasal 3 huruf c undang- undang Sistem Peradilan Pidana anak, yang berbunyi :”Setiap anak dalam proses
peradilan pidana berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif
”, maka untuk memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma dalam perkara pidana yang dihadapinya, LBH Medan merupakan lembaga yang tepat
untuk menangani dan memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma terhadap kasus anak yang terjadi di Medan. Pemberian bantuan hukum yang diberikan
tersebut berupa mendapingi si anak dalam setiap proses peradilan pidana, memberikan konsultasi dan pengetahuan hukum tentang apa-apa saja yang perlu
diketahui oleh si anak dan keluarganya, dan menjaga agar hak-hak anak dalam proses peradilan pidana tidak dilanggar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan