BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Bantuan hukum di Indonesia sebenarnya sudah dikenal sejak penjajahan
belanda yaitu perundang-undangan No.1 pada tanggal 16 Mei 1848 tentang Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan Pengadilan R.O. Dalam peraturan
inilah, diatur untuk pertama kalinya Lembaga Advokat, maka dapatlah diperkirakan bahwa bantuan hukum dalam arti yang formal dikenal di
Indonesia pada saat itu. Setelah Indonesia merdeka, Indonesia membentuk berbagai undang-undang dan memperbaiki tatanan peradilan di Indonesia.
Pada akhirnya masyarakat Indonesia dapat merasakan adanya bantuan hukum pada tahun 1970-1971 yaitu pada saat pembangunan Lembaga Bantuan
Hukum. Lembaga inilah yang memberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu dan memberikan perlindungan bagi
mereka pencari keadilan. Selanjutnya, terhadap pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma ini, pada akhirnya pemerintah memberikan perhatian
dengan mengeluarkan Undang-undang Bantuan Hukum No.16 Tahun 2011 yang dengan ini memberikan jaminan kepada masyarakat kurang mampu
untuk memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma dan mendapatkan keadilan yang menjadi haknya. Walaupun sebenarnya realisasi undang-
undang bantuan hukum tersebut belum dirasakan oleh masyarakat yang berada dipelosok-pelosok tanah air.
2. Anak sebagai masyarakat biasa bisa tidak lepas dari hubungannya terhadap
hukum. Terdapat 3 golongan anak yang berhubungan dengan hukum, yaitu : anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum tetap butuh perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang
dimaksud adalah perlindungan mengenai hak-hak anak agar tidak ditindas oleh para penegak hukum seperti pihak kepolisian, jaksa dan hakim. Untuk
melindungi hak-hak anak tersebut, maka dibutuhkan seseorang pembela, dengan kata lain seorang advokat yang memberikan bantuan hukum. Jelas
tertuang dalam pasal 51 dan 52 undang-undang pengadilan anak bahwa anak berhak mendapat bantuan hukum. Bantuan hukum yang diberikan adalah
mendampingi anak didalam setiap proses peradilan pidana anak mulai dari sianak diperiksa di kepolisian sampai pada putusan yang berkekuatan hukum
yang tetap. 3.
Di Medan pada tanggal 26 Oktober 1970 telah berdiri suatu Lembaga yang memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat pencari keadilan
yang kurang mampu. Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum Medan bertujuan untuk mewujudkan keadilan dalam kehidupan masyarakat Sumatera
Utara. Lembaga Bantuan Hukum ini berfungsi untuk memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu, memberikan pendidikan
akan hukum kepada masyarakat, memberikan kritik-kritik dan saran kepada para penegak hukum yang melakukan penyelewengan, berusaha melakukan
pembaharuan hukum terhadap undang-undang yang tidak tapat bagi kehidupan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan bagi para sarjana-
sarjana hukum , dan melakukan pelatihan praktek kepada sarjana-sarjana hukum yang nantinya akan menjadi advokat profesional. Dalam memberikan
bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu, LBH Medan juga mempunyai beberapa kendala seperti cakupan wilayah yang cukup luas,
jarak tempuh, personil yang sedikit, pemberian keterangan palsu oleh para pemohon, dan yang paling utama adalah masalah dana. Walaupun demikian,
LBH Medan tetap melaksanakan tugas dan fungsinya semaksimal mungkin apalagi dalam memberikan bantuan hukum terhadap anak yang dimana lebih
diprioritaskan agar sianak tersebut tidak terganggun psikologinya karena berurusan dengan pengadilan yang ribet.
B. Saran