Studi - Studi Terdahulu

2.5. Studi - Studi Terdahulu

Untuk menambah ketajaman penelitian, maka penulis merasa perlu menjadikan penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi dalam upaya mencapai tujuan penelitian secara baik. Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi adalah penelitian-penelitian yang membahas mengenai perlawanan politik masyarakat petani, serta dalam kajiannya terfokus pada budaya politik dan atau perilaku politik.

Setelah melakukan penelusuran ada beberapa penelitian terdahulu yang sesuai untuk dijadikan referensi bagi penelitian ini, penelitian-penelitian tersebut yaitu penelitian James C. Scott yang dituliskan dalam buku Weapons of the Weak : Everyday Forms of Peasant Resistence terbit tahun 1985 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zainuddin Rahman, Sajogjo dan Mien Joobhaar pada tahun 2000 dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian perilaku politik dan kehidupan keseharian masyarakat petani yang ada di Kampung Sedaka Malaysia. Scott dalam penelitiannya menggunakan pendekatan etnografi yang berusaha mendeskripsikan pola-pola perlawanan petani dalam bentuk-bentuknya yang sederhana terhadap para pemilik modal dan juga terhadap negara. Scott juga memaparkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Sedaka dengan merinci tingkat kepemilikan lahan dan pola hubungan antara petani pemilik lahan dan petani penggarap.

Dalam penelitiannya Scott menemukan bahwa para petani di Sedaka melakukan perlawanan politik terhadap kekuasaan dari pemegang modal dan negara melalui cara-cara yang terselubung dan dalam bentuk perlawanan pasif

Huzer Apriansyah

yang sifatnya berusaha mempersulit pemegang kekuasaan. Sebagai contoh Scott memberi gambaran mengenai perlawanan petani Sedaka terhadap kebijakan modernisasi yang dilakukan pemerintah. Rakyat sedaka membangun gerbang desa yang berguna untuk menghalangi datangnya truk dan juga traktor, begitu pula dengan kebijakan-kebijakan untuk mengubah lahan pertanian juga dilawan oleh petani dengan perlawanan yang tidak langsung atau secara terselubung.

Perlawanan politik para petani menurut pengamatan Scott juga muncul dalam percakapan sehari-hari mereka, yang menciptakan istilah-istilah yang berkonotasi negatif terhadap kekuasaan, seperti istilah kedekut (kikir) untuk orang-orang yang berkuasa tetapi tidak memiliki kepedulian pada para petani.

Penelitian yang sama-sama menggunakan pendekatan etnografi juga dilakukan oleh Anna Lowenhaupt Tsing yang melakukan kajian sosial politik terhadap masyarakat Dayak Meratus di Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. Laporan penelitian ini didokumentasikan dalam sebuah buku berjudul Di Bawah Bayang-Bayang ratu Intan : Proses Marjinalisasi Pada Masyarakat terasing. Diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1998.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan etnografi, beberapa temuan menarik dari penelitian etnografis ini adalah mengenai pola perubahan sosial politik yang terjadi pada masyarakat terasing di Meratus. Seiring dengan perkembangan pembangunan di Kalimantan Selatan masyarakat Meratus terus terdesak, pembangunan perkebunan-perkebunan pemerintah yang dimulai dengan penanaman karet pada masa pemerintahan Belanda sampai pada masa orde baru telah mendesak masyarakat Meratus. Tetapi dalam prosesnya masyarakat

Huzer Apriansyah

Meratus juga melakukan interaksi politik dengan pihak luar termasuk dengan pemerintah. Meski pada masa pemerintahan Belanda masyarakat Meratus sama sekali tidak mendapatkan pendidikan tetapi dalam kesadaran mereka mereka mengetahui bahwa Belanda bukanlah pihak yang menguntungkan, hingga mereka melakukan perlawanan ketika dipaksa untuk ikut berkebun karet mereka menolak, begitupun saat masa Orde Lama dan Orde Baru mereka melakukan perlawanan dengan mengabaikan anjuran-anjuran pemerintah termasuk di dalamnya anjuran program keluarga berencana (KB).

Dalam partisipasi politik konvensional mereka juga masih cenderung berusaha menutup diri untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan politik, seperti pemilihan umum atau upaya membentuk pemerintahan desa. Tetapi perubahan sosial terjadi seiring dengan perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh proses interaksi dengan pihak luar akibat dari berkembangnya sarana transportasi. Meski demikian, dalam sikap politik mereka, masyarakat Meratus cenderung merasa terpisah dari sistem politik yang ada. Mereka tetap merasakan keterasingan meski telah terjadi interaksi dengan berbagai pihak .

Selanjutnya sebuah penelitian mengenai perilaku politik masyarakat desa di Pantai Utara Jawa dilakukan oleh J.Mardimin dan laporannya ditulis dalam sebuah buku berjudul Demokrasi Indonesia dan Dinamika Politik Arus Bawah (2001). Dalam bukunya ini terdapat beberapa laporan penelitian yang secara umum menggambarkan pengaruh latar belakang budaya dan sejarah serta tipologi sosiologis masyarakat pesisir dalam membentuk perilaku politik masyarakat tersebut.

Huzer Apriansyah

Penelitian mengenai orientasi dan perilaku politik dengan pendekatan sejarah dilakukan oleh Kuntowijoyo. Penelitian Kuntowijoyo ini mengenai sejarah perlawanan politik masyarakat tradisional di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Penelitian ini tersarikan dalam sebuah artikel berjudul Mitos Politik Dalam Historiografi Tradisional : Kasus Kaliwungu dan Serat Cebolek yang dipublikasikan dalam kumpulan tulisan Kuntowijoyo yang berjudul Radikalisasi Petani diterbitkan oleh Bentang tahun 1994 (cetakan kedua). Penelitian ini menggunakan dokumentasi-dokumentasi sejarah politik di tiga daerah tersebut baik yang ditulis oleh rakyat kecil maupun yang ditulis oleh penguasa. Temuan menarik dalam penelitian ini adalah perlawanan politik masyarakat lokal setempat yang dengan berani menentang keputusan penguasa terkait dengan pemimpin yang diangkat penguasa.

Masyarakat lokal di Brebes menggantikan pejabat daerah yang diangkat pemerintah dan mengangkat seorang tokoh (Kyai Sathori) menjadi pejabat pilihan mereka. Hal serupa juga terjadi di Tegal, rakyat mengangkat Kyai Abu Suja’i sebagai pejabat pilihan mereka. Dalam penelitian ini Kuntowijoyo menemukan hubungan antara faktor agama dan politik. Agama telah menjadi motif yang kuat bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan politik terhadap penguasa. Selanjutnya permasalahan agama juga telah menjadi pemicu dari konflik-konflik vertikal di tiga daerah tersebut.

Kajian yang juga menjadikan masyarakat Samin sebagai sasaran penelitian telah dilakukan oleh Wisnu Susanto dengan judul Perilaku dan Pandangan Hidup Orang Samin (tidak dipublikasikan hanya dalam bentuk stensilan buku bahan

Huzer Apriansyah

kuliah di Fakultas Hukum Unair dalam Basis nomor 09-10 tahun 2000). Temuan yang paling menarik dalam kajian ini adalah temuan yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku masyarakat Samin adalah pembuktian keaslian dan kelokalan pancasila sekaligus menjadi asal-usul pancasila.

Secara umum penelitian-penelitian terdahulu memiliki persamaan dengan penelitian ini. Namun juga terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Pada umumnya pendekatan heuristik (historis) sangat mempengaruhi penelitian terdahulu, sedangkan pada penelitian ini sangat menekankan aspek kekinian. Selanjutnya penelitian-penelitian terdahulu sangat mengandalkan data dari dokumen sedangkan penelitian ini mengandalkan data primer dari hasil wawancara dan pengamatan lapangan. Pada sisi lain kekhususan penelitian ini adalah penggunaan pendekatan etnografi untuk memahami fenomena politik. Padahal sangat jarang ditemui penelitian dengan pendekatan etnografi untuk menguraikan fenomena politik.