KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan analisis penelitian ada beerapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini. Tentu saja kesimpulan ini juga dihubungkan dengan tujuan dari penelitian ini dilaksanakan. Hal-hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :

Pertama , berdasar tipologi budaya politik yang diajukan oleh Gabriel A. Almond dan Sidney Verba maka melihat fakta seputar orientasi politik masyarakat Samin maka budaya politik masyarakat pengikut Saminisme di Klopo Duwur dan Ploso Kediren termasuk ke dalam tipe budaya politik subyek dan pada kategorisasi campuran budaya politik masyarakat pengikut Saminisme termasuk dalam tipe subyek-parokial

Kedua, perilaku politik masyarakat Samin berdasarkan partisipasi dalam pemilu dan bentuk-bentuk partisipasi lainnya cenderung pasif karena peran mereka dalam mempengaruhi sistem politik atau paling tidak berinteraksi dengan sistem politik sangat kecil. Bila menggunakan kategorisasi berdasarkan pembagian yang dilakukan oleh Milbrath dan Goel perilaku politik masyarakat Samin masuk dalam kategori spektator, yaitu kategori partisipasi yang sekedar ikut pemilu tanpa aktivitas politik lainnya. Sedangkan bila kategori yang digunakan berdasar pendapat Samuel Huntington, maka masyarakat Samin masuk dalam kategori partisipasi yang dikerahkan (mobilizied participation).

Ketiga, Budaya dan perilaku politik masyarakat Samin di lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh : pemahaman yang bersifat tradisi yang diperoleh dan

Huzer Apriansyah

ajaran-ajaran Saminisme. Ketermarjinalan secara sosial dan ekonomi juga ikut berpengaruh. Selanjutnya perasaan rendah diri karena politik kebudayaan negara yang mencoba menghilangkan identitas kesaminan juga berpengaruh pada terbentuknya tipe budaya dan perilaku politik mereka. Kondisi-kondisi tersebut memunculkan perasaan terpisah dari sistem politik. Maka bila merujuk pada pendapat Ramlan Surbakti (1992 : 131-132) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik maka perilaku politik masyarakat Samin dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial politik tak langsung dan faktor struktur kepribadian.

Keempat, sebagai sebuah paham Saminisme telah mengalami perkembangan seiring dengan bergantinya waktu, mulai dari pertama kali dikembangkan oleh Samin Surosentiko pada 1889 di berbagai tempat di sekitar Blora; Ploso Kediren, Bapangan, Klopo Duwur hingga kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh murid-muridnya hingga ke Grobogan, Pati, Bojonegoro, Madiun dan Kudus. Hingga akhirnya sejak pemimpin-pemimpin Samin mulai tidak ada, maka gerakan Saminisme mengalami kemandekan pada tahun 1930. Meski demikian Saminisme sebagai sebuah ajaran tetap dianut oleh pengikut- pengikutnya di berbagai tempat.

Kelima, terkait dengan ajaran-ajaran Saminisme ternyata, Saminisme bukan sekedar ajaran spiritual yang bersifat transendental belaka, lebih dari itu saminisme memiliki ajaran sosial yang mengatur pola perilaku individu dalam masyarakat. Ajaran-ajaran tersebut antara lain menekankan pada kolektivitas yang bersemboyakan bahwa semua manusia itu keturunan Adam maka kita semua

Huzer Apriansyah

bersaudara (kabean sedhulur) serta ajaran-ajaran kebajikan yang mengharuskan seseorang berlaku beradab dan menghindari perbuatan dengki, iri, khianat dan sebagainya. Selanjutnya Saminisme juga memiliki ajaran-ajaran politik yang antara lain meyakini bahwa mereka adalah pewaris tanah Jawa yang sah dan tidak boleh ada pihak luar yang merusak tatanan leluhur yang telah ada karena akan mengganggu harmonitas hidup antara manusia-alam dan Tuhan. Maka mereka menolak segala bentuk kekerasan dan penindasan terhadap wong Jowo. Selanjutnya ajaran politik samin juga menyebutkan pemerintah atau negara yang kuat harus ditopang oleh pemahaman dan penghormatan terhadap budaya asli (leluhur).

Keenam, Saminisme sebagai sebuah identitas kultural mendapat ancaman dari negara, karena data menunjukkan ada upaya-upaya sistematis untuk memisahkan masyarakat Samin dari budayanya. Hal ini disebabkan adanya pelabelan negatif terhadap masyarakat Samin sebagai masyarakat pembangkang dan primitif.

Ketujuh, ideologi sosialisme memberikan pengaruh yang relatif kuat terhadap nilai tradisi Saminisme. Cita-cita Saminisme yang mencita-citakan masyarakat yang harmonis dan memiliki hak tanggungjawab yang sama memiliki persamaan dengan cita-cita masyarakat komunis dalam konsep sosialisme.

Kedelapan, perubahan nilai dalam masyarakat Saminisme terjadi seiirng proses interaksi mereka dengan kelompok di luar mereka. Kehadiran sekolah, program kuliah kerja nyata dan sebagainya menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tersebut.

Huzer Apriansyah

B. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan implikasi-implikasi yang bersifat konstruktif menyangkut beberapa hal :

1. Secara empiris dapat diketahui kecenderungan budaya politik masyarakat Samin adalah Subyek-Parokial dengan tipe perilaku politik yang dikerahkan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi lahirnya demokratisasi karena demokrasi membutuhkan budaya politik partisipasi dengan perilaku politik aktif berdasar kesadaran diri (self motion). Maka berdasar hasil penelitian menunjukkan ada peluang untuk lahirnya budaya politik partisipan dan perilaku perilaku politik dengan kesadaran diri. Peluang tersebut dapat dioptimalkan dengan mengangkat kepercayaan diri mereka hingga merasa tidak teralienasi dari masyarakat umum dengan mengubah pandangan negatif terhadap masyarakat Samin. Cara selanjutnya adalah dengan meningkatkan pemahaman mereka mengenai partisipasi politik hingga keterbatasan ekonomi tidak membuat mereka enggan berpartisipasi berinteraksi dengan sistem politik. Yang ketiga adalah dengan memberikan pengakuan pada identitas kultural Kesaminan mereka tidak justru berusaha memisahkan mereka dari identitas kulturalnya.

2. Politik kebudayaan yang berupaya menghilangkan identitas Kesaminan yang berimplikasi memarjinalkan masyarakat pengikut Samin secara ekonomi, sosial dan politik. Hal ini akan membangkitkan resistensi mereka terhadap program-program dari negara (pemerintah) yang justru

Huzer Apriansyah

harus dilakukan adalah memelihara nilai-nilai patriotik dan nilai positif lainnya dari ajaran Samin hingga mereka merasa bangga sebagai komunitas Samin dan mau berpartisipasi dalam sistem politik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi implikasi dalam memperkaya khzanah penelitian dengan fokus budaya politik masyarakat marjinal dalam dunia ilmu politik Indonesia.

4. Hasil penelitian ini diharapkan berimplikasi pada pemerintah khususnya pemerintah daerah yang terdapat komunitas Samin untuk tidak berupaya memisahkan masyarakat Samin dan identitas budayanya.

5. Hasil penelitian ini diharapkan berimplikasi pada berubahnya cara pandang masyarakat umum yang selama ini menganggap pengikut saminisme sebagai orang yang primitif dan pembangkang menjadi cara pandang yang lebih arif

6. Hasil penelitian ini juga diharapkan berimplikasi pada pemerintah pusat atau pihak terkait lainnya untuk melakukan kajian mendalam mengenai perjuangan politik Samin Surosentiko dalam melawan penjajah. Hingga pada akhirnya Samin Surosentiko dapat dipertimbangkan menjadi salah satu pahlawan nasional.

Huzer Apriansyah

Daftar Istilah

Ampuh : Memiliki kesaktian atau kelebihan yang bersifat magis Kami Tuwo atau pak wo: Sejenis dengan kepala dusun, yang biasanya menjalankan fungsi pemerintahan desa di tingkat pedukuhan atau dusun. Salin sandhangan: Meninggal dunia, berasal dari bahasa Jawa berganti pakaian. Dalam saminisme diyakini bahwa manusia tidak pernah mati, yang mati hanya jasadnya tetapi hidup tetap akan ada. Sangar : Menakutkan, biasanya sering ada sebutan tanah sangar, yang mengindikasikan bahwa di tanah tertentu menakutkan dan biasanya terkait dengan keberadaan mahluk halus tertentu Ndanyang : Pergi meninggalkan jasad, tetapi tetap bisa berkomunikasi dengan dunia melalui orang-orang tertentu. Kebayan : Orang yang bertugas secara khusus untuk membantu kepala dusun dalam melakukan tugasnya. Biasanya bayan punya tugas khusus menyampaikan pengumuman ke masyarakat di dusunnya. Ara-ara : Tanah lapang, yang memiliki kesamaan dengan alun-alun tetapi dalam ukuran yang lebih kecil Mondokan : Rumah atau tempat tinggal Sandhangan : Pakaian penutup tubuh Adang akeh Sebutan untuk acara resepsi pernikahan dalam masyarakat Samin

Huzer Apriansyah

Magangan : Masa mengabdi seorang calon menantu di rumah calon mertua dalam waktu tertentu, biasanya antara 3 hingga 6 bulan Nguri-uri : Menjaga atau merawat Sedhulur : Saudara, biasanya panggilan untuk orang lain menggunakan lur atau sedhulur yang mencerminkan pandangan hidup saminisme yang mengatakan bahwa setiap manusia itu sama Memedi : Hantu atau mahluk halus lainnya Gedang setangkep dan jampi suru : Syarat dalam pernikahan masyarakat Samn, berupa pisang raja satu tangkep dan perlengkapan berupa perhiasan dan sebagianya. Ngarit : Memotong rumput menggunakan arit (alat tradisional khusus untuk memotong rumput)

Huzer Apriansyah

CATATAN

Dalam hand out kuliah, Kumpulan teori-teori Politik, FISIP Unair tahun 1994

2 Tanah peninggalan Samin Surosentiko ini menurut data desa bersertefikat atas nama Kuncung (mengarah pada Suro Kuncung salah satu tokoh Samin yang pindah dari

Kediren ke Dusun Tanduran. Setelah itu kepemilikan dalam sertefikat dipecah menjadi milik tiga orang, yaitu atas nama Kawit, Sawi dan Sunandar (Keterangan Kami Tuwo Ploso Wetan beradasar data dusun) Pada hari-hari tertentu, terutama pada Bulan Suro di lokasi tanah ini banyak didatangi oleh pengikut ajaran Samin dari berbagai daerah, antara lain ; Pati, Bojonegero, Blora, Purwodadi, Jepara, Jakarta, Semarang dan sebagianya. Biasanya mereka dating untuk melakukan ritual tertentu. Dalam keseharian masyarakat Ploso Wetan tanah in dikenal dengan sebutan tanah sangar. Jika di tanah tersebut ditanami telo maka isinya hanya satu, padahal normalnya satu batang telo bisa berisi 4-10 umbi.(Keterangan Mbah Hadi dan Supatno –kami tuwo Ploso Kediren)

3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Mbah Randim, cucu dari Samin Surosentiko yang tinggal di Tanduran dan berusia 109 tahun, juga hasil wawancara dengan Bapak

Suradi anak Lurah Karyo (bertugas di Klopo Duwur pada tahun 1948-1989) 4 Berdasarkan data dari Kabupaten Blora dalam Angka Tahun 2003 diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. 5 Sumber Kabupaten Banjarejo dalam angka tahun 2002 terbitan BPS Kab Blora

6 Sumber Kabupaten Banjarejo dalam angka tahun 2002 terbitan BPS Kab Blora

7 Data dari papan struktur Desa Klopo Duwur 8 Sumber : Keterangan dari Pak Suradi yang merupakan sekretaris Desa Klopo

Duwur 9 Sumber : monogradi Desa Kediren Tahuun 2005

10 Keterangan dari Bapak Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kediren 11 Sumber : wawancara dengan Bapak Hudiyono, sekretaris camat Randublatung, yang

pernah bertugas di daerah masyarakat Samin, yaitu Kecamatan Menden selama 13 tahun

12 Wawancara dedngan Bapak Suradi, salah satu tokoh masyarakat samin di Klopo Duwur yang saat ini menjadi carik di Desa Klopo Duwur

13 Wawancara dengan bapak Partono, pedagang sate di pertigaan Randublatung

14 Wawancara dengan ibu Ely, mantan Guru di SLPN Randublatung

15 Angka ini diperoleh dari berbagai sumber; Untuk Klopo Duwur data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bpk. Suradi (Sekdes Klopo Duwur) dan kami tuwo Klopo

Duwur Kartono dan Bapak Suyoko, keturunan panganut Saminisme yangs aat ini berprofesi sebagai guru SLTP. Sedangkan data untuk Ploso Wetan diperoleh dari hasil wawancara dengan Mbah Hadi (sesepuh masyarakat penganut Saminsme di Ploso Wetan) dan wawancara dengan kami tuwo Ploso Wetan, Bapak Supatno

16 Saat ini desanya bernama Kediren, lokasi rumah Samin Surosentiko dilahirkan ini berada di Dusun Ploso Wetan Desa Kediren yang merupakan lokasi dalam penelitian

ini. 17 Sumoroto adalah daerah kecil di daerah Kabupaten Tulungagung

18 Sumber : SSH halaman 14 dan wawancara dengan Mbah Randim dan Mbah Nyamu

19 Sumber SSH : 14 20 Sumbe SSH 14 dan SW halaman 9 21 SSH : 15 dan SW : 20

Huzer Apriansyah

22 SSH : 15 23 SSH : 15 24 SSH : 16 dan SS: 21 dan wawancara dedngan Mbah Randim 25 SSH : 16 26 SSH : 16

27 SSH : 16. Pratikel Pasif adalah bentuk perlawanan ranpa kekerasan terutama dengan bentuk tidak menghargai pamong pemerintahan Belanda di semua tingkatan,

kemudian mencoba mengelabui Belanda dengan menggunakan bahasa sangkak 28 SSH : 16

29 Merupakan petikan wawancara yang terdapat dalam tulisan Soewarso yang ditulis tahun 1977, namun tidak ada data pasti mengenai tahun wawancara. Menurut data

yang terkumpul lewat survey lapangan. Suro Kuncung terakhir bermukim di Tanduran, Desa Mantren Kecamatan Kedung Tuban. Tahun kematian Suro Kuncung menurut Suradi sekitar tahun 1980an

30 Penterjemahan ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan penuh dari bapak Lukito yang merupakan warga Asli Pati yang pernah banyak bergaul dengan masyarakat

Samin dan merupakan bapak kos peneliti di Randublatung. 31 Di Ploso rumah mbahku (maksudnya Samin Surosentiko) di geledah oleh pasukan

Belanda, semua di bongkar, tapi masyarakat tidak takut, kita semua tetap saudara, tidak masalah walau pemerintah Belanda tidak suka.

32 Arti lengkapnya dari Suripan Sudi Sutomo dalam buku Tradisi Dari Blora (1996:22) 33 “…Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah

keindahan jagat raya. Dalam hubungan ini manusia harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah. Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan keceelakaan, sedih, dan gembira, sehat, sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan. Sebab manusia adalah terikat pada perjanjiannya. Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi huukum Tuhan, yaitu memahami pada asal usulnya masing-masing…”

34 Merupakan hasil wawancara Mbah Wirjorejo dengan Bapak Soewarno dan tercantum dalam tulisan tangan beliau pada halaman 16

35 Dikutip dari tulisan Soerjanto Sastroatmodjo dalam buku Masyarakat Samin: siapakah mereka, 2003. Narasi Yogyakarta, hlm. 36-37

36 Hal ini dikemukakan oleh Harry Benda dan Lance Castle: 1969 yang dikutip oleh Hamid Abdullah dalam tulisannya berjudul Peranan Elit Pedeesaan Dalam Gerakan

Sosial yang diterbitkan dalam kumpulan tulisan Seminar Sejarah Nasional IV Sub Tema : Dinamika Perkembangan Politik Bangsa Indonesia diterbitkan oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud RI tahun 1991.

37 Baca tulisan Hamid Abdullah (1991:589) 38 Salinan pidato Samin Surosentiko ini juga ditulis dalam sebuah layang kepek (secarik

kertas pegangan) seperti jimat dengan bahasa Jawa kuno. 39 Diterjamhkan oleh Soerjanto Sastroatmodjo (2003: 53-54)

40 Arsip dan dokumentasi ceramah Samin Surosentiko dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda semasa Gubernuur Van des Plas, yang sampai saat ini bisa ditemui di arsip

Gubernuran Jawa Timur . 41 Dalam tulisan tangan Soewarno halam 35

42 Dapat ditelusuri dari buku-buku yang diterbitkan oleh instansi atau lembaga yang ada di bawah Pemerintah Kabupaten atau yang memiliki kepentingan mendorongkan

pembangunan nasional.

Huzer Apriansyah

43 Dapat ditelusuri melalui tulisan Amrih Widodo yang menulis artikel berjudul “Untuk Hidup Tradisi harus Mati” dalam majalah Basis nomor 09-10 tahun ke 49 tahun

2000 44 Ditelususri dari pemberitaan Berita Nasional yang dikutip oleh Amrih Widodo dalam

tulisannya di majalah basis nomor 09-10 tahun 2000 halaman 20 45 Dua diantara tiga bukunya berjudul : De Communistce Beweging in Nederlandsch-

Indie satu lagi berjudul De Nationalistiche Beweging in Nededrlandsch-Indie 46 Baca Amrih Widodo

47 Baca Tulisan tangan Soewarso hlm.32

48 Rasionalitas Politik Pemilih Miskin : Dari Survei di Jakarta dan Surabaya dalam kumpulan tulisan Memastikan Arah Baru Demokrasi, Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI bekerjasama

dengan Mizan terbit tahun 2000

49 Hal ini dikemukakan oleh Harry Benda dan Lance Castle: 1969 yang dikutip oleh Hamid Abdullah dalam tulisannya berjudul Peranan Elit Pedeesaan Dalam Gerakan

Sosial yang diterbitkan dalam kumpulan tulisan Seminar Sejarah Nasional IV Sub Tema : Dinamika Perkembangan Politik Bangsa Indonesia diterbitkan oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud RI tahun 1991.

50 Baca tulisan Hamid Abdullah (1991:589) 51 Salinan pidato Samin Surosentiko ini juga ditulis dalam sebuah layang kepek (secarik kertas pegangan) seperti jimat dengan bahasa Jawa kuno.

52 Diterjemahkan oleh Soerjanto Sastroatmodjo (2003: 53-54) 53 Arsip dan dokumentasi ceramah Samin Surosentiko dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda semasa Gubernuur Van des Plas, yang sampai saat ini bisa ditemui di arsip Gubernuran Jawa Timur .