Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya dan Perilaku Politik Masyarakat Pengikut Saminisme

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya dan Perilaku Politik Masyarakat Pengikut Saminisme

Budaya politik yang terbentuk dalam masyarakat pengikut saminisme sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: Pertama, keyakinan terhadap nilai-nilai lama yang ada dalam tradisi saminisme. Nilai-nilai tersebut terutama yang menyangkut keyakinan bahwa semua manusia itu adalah keturunan Adam yang berarti bahwa semua saudara atau dalam istilah masyarakat pengikut saminisme disebut kabean sedhulur. Hingga praktik-praktik politik yang cenderung mengarah pada kompetisi atau persaingan sulit untuk diterima oleh mereka. Segala prihal yang bersifat transaksional dalam masyarakat Samin adalah sesuatu yang tidak lazim dilakukan, memberikan sesuatu untuk mendapatkan imbalan adalah sebuah sikap yang tidak terpuji, termasuk bila seseorang menjanjikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain, ini tergolong tindakan tidak terpuji.

Kedua, adanya upaya pengikut saminisme keluar dari anggapan bahwa mereka adalah pengikut saminisme ortodok yang menolak perubahan dan selalu menentang pemerintah, hingga akhirnya pengikut saminisme bersikap patuh terhadap aturan-aturan yang datang dari negara. Secara tidak sadar telah terjadi sebuah proses perubahan nilai yang dipahami oleh pengikut Samin saat ini. Tradisi masa lalu telah mengalami penyesuaian sebagi akibat dari interaksi masyarakat Samin dengan pengetahuan baru dan komunitas di luar komunitas mereka.

Huzer Apriansyah

Ketiga, perubahan tatanan sistem politik nasional juga memberi pengaruh terhadap pembentukan budaya politik masyarakat pengikut saminisme. Hal ini dapat dilihat dari pandangan mereka terhadap sistem politik-sistem politik terhadahulu. Ada perubahan cara memandang dari masyarakat pengikut Saminisme terahadap masing-masing sistem politik yang pernah ada. Terhadap Suharto mereka relatif sangat memuji berbagai kemudahan yang mereka dapatkan pada masa itu, seperti harga pupuk yang murah dan kebutuhan pokok lainnya yang juga murah, kemudian terhadap sistem politik yang ada pada masa awal kemerdekaan, Sukarno menjadi tokoh yang sangat dibanggakan dan menjadi idola bagi masyarakat pengikut Saminisme. Perubahan sistem politik di tingkat nasional ternyata memberi pengaruh terhadap persepsi politik mereka yang pada akhirnya juga mempengaruhi perilaku politik mereka.

Almond dan Verba (1990) menjaskan dalam konteks kompleksitas faktor politik terdapat keterkaitan yang mutlak antara perilaku dan budaya politik Dari hal tersebutlah dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan kajian budaya politik semata melainkan juga dilakukan kajian perilaku politik.

Kembali berbicara mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik Sastroatmodjo (1995 : 13) berpendapat bahwa perilaku politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang yang merupakan bahan pertimbangan politiknya. Demikian pula dengan perilaku politik dari warga negara dipengaruhi berbagai faktor dan latar belakang.

Huzer Apriansyah

Selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik menurut Ramlan Surbakti (1992:132-133) ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik, yaitu

1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa.

2. Lingkungan sosial politik langsung. Tiap individu mengalami proses sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat, termausk norma dan nilai kehidupan bernegara dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya. Lingkungan langsung ini dipengaruhi oleh lingkungan tak langsung.

3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Analisis struktur kepribadian perlu dicatat tiga basis fungsional sikap, yaitu kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisasi dan penyesuaian diri.

4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan kegiatan.

Maka, bila memperhatikan keadaan seputar perilaku politik masyarakat pengikut Saminisme dapat disebutkan beberapa hal dominan yang mempengaruhi perilaku politik mereka:

1. Latar belakang pendidikan dan ekonomi

2. Mobilisasi dari pamong desa

3. Keyakinan yang beranjak dari tradisi

4. Sikap rendah diri

Huzer Apriansyah

Latar belakang pendidikan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perilaku politik pengikut Saminisme, kita dapat melihatnya dari orientasi politik mereka yang telah mendapat pendidikan di atas sekolah dasar dan dengan yang tidak berpendidikan. Ada kecendrungan mereka yang berpendidikan memiliki orientasi pengetahuan terhadap sistem politik dan pemahaman terhadap sistem politik lebih baik daripada mereka yang tidak berpendidikan. Begitu pula dengan latar belakang ekonomi ikut memberi pengaruh terhadap perilaku politik mereka.

Seperti telah dikemukan pada pembahasan mengenai tipe perilaku politik masyarakat pengikut saminisme yang termasuk pada tipe perilaku yang dikerahkan (mobilizied participation). Berdasarkan wawancara dengan informan dapat kita ketahui bahwa aparat pemerintah desa menjadi pihak yang cukup signifikan melakukan pengerahan partisipasi pengikut Saminisme.

Faktor dominan lainnya yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat pengikut Saminisme adalah nilai tradisi, seperti kita ketahui ajaran-ajaran politik Saminisme sangat menekankan prihal masyarakat Samin yang merupakan bagian dari wong Jowo adalah pewaris sah dari tanah jawa hingga mereka meyakini bahwa hal-hal yang bertentang dengan nilai tradisi Jawa adalah hal yang harus dijauhi bahkan dimusuhi.

Keterbelakangan pendidikan dan kondisi ekonomi yang relatif memprihatikan telah membuat pengikut Saminisme memiliki rasa rendah diri, hal ini tentu saja juga menunjukkan adanya proses perubahan nilai Kesaminan. Bagi masyarakat Samin partisipasi politik untuk mempengaruhi sistem politik tidak

Huzer Apriansyah

pantas mereka lakukan karena yang pantas adalah orang-orang yang dimata mereka dianggap pintar. Mereka cenderung menjauhi aktivitas politik.

Bila kita hubungkan dengan pendapat Ramlan Surbakti maka faktor lingkungan sosial politik tak langsung, lingkungan sosial politik langsung dan struktur kepribadian menjadi faktor utama yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat pengikut Saminisme. Lingkungan politik langsung seperti sistem politik dan sistem ekonomi di level makro juga memberi dampak pada orientasi politik dan perilaku politik mereka.

Lingkungan sosial politik langsung tentu juga ikut mempengaruhi perilaku politik pengikut Saminisme, karena masyarakat pengikut Saminisme bukan komunitas yang betul-betul tertutup tetapi merupakan komunitas yang telah mengalami interaksi dengan berbagai unsur sosial ekonomi dan politik di luar komunitas mereka, artinya terjadi internalisasi dalam diri mereka atas interaksi dengan faktor dari luar. Pendidikan formal yang telah ada sejak sekitar tahun 70- an telah memberi pengaruh yang sangat besar dalam proses interaksi masyarakat Samin dengan dunia luar, kemudian dari informan dapat pula diketahui bahwa kehadiran mahasiswa kuliah kerja nyata juga telah memberi pengaruh bagi mereka. Selanjutnya mereka juga sangat dipengaruhi interaksi dengan kelompok di luar mereka yang merupakan pendatang.

Struktur kepribadian masyarakat Samin yang teridentifikasi dari penelitian ini adalah individu dengan karakter kesederhanaan, keluguan dan cenderung tertutup terhadap dunia luar, meski demikian ketertutupan tersebut secara

Huzer Apriansyah

berangsur-angsur mulai berubah menjadi lebih terbuka. Karakter ini memberi pengaruh yang cukup terhadap perilaku politik mereka.

Secara umum perilaku politik masyarakat pengikut Saminisme dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang berasal dari dalam komunitas atau bisa disebut faktor internal, faktor lainnya adalah faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar komunitas mereka.

Faktor internal yang mempengaruhi adalah tradisi yang berasal dari ajaran Saminisme dan juga karakter kepribadian sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku politik pengikut Saminisme adalah nilai baru yang dibawa oleh pendidikan formal, interaksi dengan dunia luar dan pengaruh dari aparatur desa.