CONTOH SKENARIO STRATEGI TARIF MURAH DAN INOVASI PASAR, PROSES, DAN PRODUK YANG DILAKUKAN SEBAGAI ILUSTRASI INOVASI TERHADAP PERTUMBUHAN BISNIS
6.1 CONTOH SKENARIO STRATEGI TARIF MURAH DAN INOVASI PASAR, PROSES, DAN PRODUK YANG DILAKUKAN SEBAGAI ILUSTRASI INOVASI TERHADAP PERTUMBUHAN BISNIS
Dewasa ini, persaingan tarif murah di Indonesia dalam bertelekomunikasi dengan nirkabel, selain terjadi di antara sesama para operator penyedia layanan nirkabel, juga
Ketika para operator layanan bertelekomunikasi nirkabel memberikan layanan lokal maupun interlokal, baik dalam bentuk layanan suara maupun teks dengan tarif murah dan bahkan gratis, maka posisi telekomunikasi melalui kabel terhadap pengguna (wireline consumer) sebagai satu perspektif bisnis secara otomatis adalah tertekan. Namun demikian, bertelekomunikasi melalui kabel (wireline) tadi tidak serta merta ditinggalkan konsumennya. Sekalipun bisa saja intensitas penggunaannya terhadap konsumen rumahan berkurang, namun untuk konsumen korporasi dan bisnis, maupun di wilayah perkotaan adalah tetap bertahan dan bahkan masih adanya permintaan. Tarif murah yang ditawarkan dengan hadirnya para operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel terhadap pasar tersebut, tidak dapat menyetop dan ‘menyepak keluar’ operator dengan kabel (wireline) tadi keluar dari persaingan pasar telekomunikasi (terkecuali mungkin terhadap wartel?).
Keterikatan emosional konsumen dan ketidakpastian masa depan terhadap bisnis telekomunikasi nirkabel (bisa jadi sebagai persepsi konsumen) dalam hal mempertahankan tarifnya yang murah tersebut, dapat jadi ditangkap oleh konsumen sebagai perspektif bahwa dengan dinamika bisnis yang ada ini, dapat menempatkan konsumen sebagai pihak yang lemah ‘dicocok hidung’ ketika regulasi yang ada tidak dapat dipastikan secara psikologis bahwa keterlibatan konsumen merupakan penentu utama terhadap pasar sebagai pengalaman di masa lalu ketika tarif telepon (sekalipun ini terjadi untuk telekomunikasi dengan kabel (wireline)) adalah ditentukan melalui regulasi pemerintah yang dicurigai membawa kepentingan keuntungan segelintir kelompok dan orang.
Operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel yang berkompetisi dengan sesama para operator lainnya dalam menyediakan layanan dengan cara tarif yang sangat murah dan bahkan gratis, dengan maksud ‘mengunci’ pasar terhadap para pesaingnya melalui layanan yang hanya berlaku di antara sesama pengguna operator penyedia tersebut, adalah ternyata tidak meninggalkan dampaknya secara langsung terhadap beban yang harus ditanggung oleh para operator penyedia layanan tersebut untuk mengefisiensikan proses operasional. Namun demikian, pada sisi lain, juga berdampak secara langsung dan tidak langsung terhadap konsumennya. Di mana sebagai dampak yang harus ditanggung sejalan dengan perkiraan bahwa jumlah konsumen baru yang dapat diraih adalah semakin meningkat jumlahnya, sehingga kinerja dari operator penyedia layanan tersebut semakin ditekan untuk menghasilkan mutu telekomunikasi yang tetap sama dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Keadaan ini akan menghasilkan
Bagi mereka, tarif murah dapat diterjemahkan sebagai ‘produk murahan’, dan ini menempatkan posisi bisnis perusahaan operator layanan telekomunikasi tersebut dalam produk komoditisasi yang mungkin bertentangan dengan strategi bisnis mereka, sehingga mengaburkan keuntungan persaingan yang mereka rancang terhadap segmen pasarnya. Pada sisi lain, yang berlawanan dengan hal tersebut adalah berkenaan dengan beberapa konsumen yang tidak begitu intens dalam berkomunikasi dan dapat menerima derajat mutu tersebut, sehingga mereka dapat sekedar menerima dan memahaminya, “Syukur bisa murah dan ‘ngirit’. Jadi wajarlah….. Murah, kok ingin bagus?”
Untuk itu, pelayanan dengan tarif murah terhadap konsumen sebagai tawaran dari operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel untuk dapat mengembangkan pertumbuhan bisnis mereka, haruslah diperhitungkan dan dipersiapkan melalui inovasi proses, produk, dan pemasaran yang berkesinambungan dan sejalan dengan rancangan strategi keuntungan persaingan perusahaan terhadap apakah segmen pasarnya, bagaimanakah identifikasinya, di manakah area persaingan yang akan mereka geluti, siapakah para pesaing yang akan mereka lawan. Strategi ini harus pula terbuka terhadap pasar, ketika pasar mencurigai bahwa bisnis ini merupakan penggelembungan sesaat agar para pesaing lain jatuh dan kemudian diambil alih dengan cara memonopoli pasar melalui penetapan kenaikan harga kemudian yang ditentukan sepihak oleh operator penyedia tersebut terhadap konsumennya.
Dalam perspektif tarif murah, para operator penyedia layanan nirkabel dapat melakukan target segmentasi lokasilisasi pasarnya terhadap demografi dan karakteristik konsumennya. Misalnya dalam masyarakat perkotaan, baik perorangan atau individu maupun kelompok, seperti yang beberapa tahun lalu ketika strategi ini sebagai inovasi pasar dilakukan oleh beberapa operator penyedia layanan telekomunikasi. (misal, Halo Keluarga, IM Friends, dsb.). Namun inovasi yang dilakukan dalam hubungan kemitraan yang dilakukan adalah berdasarkan perorangan atau kelompok tunggal dan bersifat emosional dan langsung, bukan dalam konteks ‘business to business’. Sehingga raihan keuntungan sebagai pertumbuhan bisnis dalam jangka waktu lama dengan upaya tarif murah yang dikenakan melalui konsumen akhir, menjadi terbatas dan kehilangan daya tariknya. Karena nilai yang ditangkap oleh konsumen adalah sekedar harga murah daripada fasilitas dengan keadaan tidak berkelompok.
Dalam pengertian 2 sisi pasar, inovasi pemasaran dan layanan dapat dilakukan dengan kerjasama ‘businesss to business’ melalui tawaran nilai yang dibangun sebagai keuntungan bersama dari kemitraan yang dilakukan. Misalnya, penyediaan layanan dengan tarif murah beserta fitur- fitur yang berdasarkan atribut yang dikenakan, diperlukan, mudah dan gratis terhadap suatu lembaga institusi atau korporasi di mana operator penyedia layanan tersebut mengikat perjanjian bisnisnya. Sehingga, selain masing- masing individu dari organisasi atau institusi itu mendapatkan nilai dan
24
keuntungan yang diperoleh dari hasil kerjasama organisasi dan institusinya terhadap operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel, juga memberikan organisasi atau institusi tersebut keuntungan dalam melakukan inovasi proses internalnya dalam mengkomunikasikan diri terhadap individu- individu anggotanya. Ambilah contoh misalnya, operator penyedia layanan telekomunikasi bekerjasama dengan pihak universitas dalam menyediakan layanan telekomunikasi nirkabel melalui penawaran nomor telepon yang unik yang mengidentifikasikan nomer mahasiswa dan identifikasi universitas mereka, selain antar mereka diberikan ‘privilage’ melalui tarif murah untuk saling berhubungan dengan fasilitas fitur akses terhadap ‘kamus’ (dictionary) dan ‘nilai akademis atau ujian’ yang mudah dan gratis untuk diakses. Selain itu, pihak universitas dapat difasilitasi kemudahan untuk ‘menyebarkan’ informasi yang berkaitan dengan kegiatan akademik terhadap mahasiswanya, dan harga gratis yang diberikan terhadap penyebaran informasi tersebut. Tawaran tersebut dapat juga dilakukan terhadap korporasi atau institusi bisnis. Malahan, keiikutsertaan organisasi lain dapat dilibatkan dalam kemitraan tersebut untuk mengiklankan produk- produk mereka melalui pesan singkat, yang biayanya kemudian saling dipertukarkan dan disubsidikan di antara pengguna layanan tersebut. Kedudukan mitra bisnis dalam mengiklankan produk- produk mereka dalam hal ini, juga dapat dipertukarkan sebagai konsumen.
Contoh tadi misalnya dilakukan dalam lokalisasi pasar di masyarakat perkotaan dan juga dapat dilakukan sebagai satu mata rantai jaringan keterkaitan bisnis yang lebih luas. Bukankah ini juga berlaku terhadap email gratis yang kita dapat peroleh dengan mudah dalam koneksi internet, atau hiburan dan informasi gratis yang kita dapat peroleh dari televisi dan radio? Siapa pengguna akhir (end-user) dari operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel, kemudian dapat diformulasi terhadap siapa konsumen yang dimaksud.
Misalnya, bila kita kenakan terhadap suatu korporasi bisnis, maka perusahaan mitra yang menawarkan produk- produknya melalui fasilitas pesan singkat yang dilayani telekomunikasi nirkabel ini, adalah juga memberikan penawaran terhadap perusahaan atau bisnis yang juga merupakan mitra dari produk yang mereka jual. Sebagai misal, contohnya kartu kredit. Penawaran kartu kredit melalui potongan harga terhadap mitra bisnis mereka (misalnya, restoran, hotel, consumer product, dsb.), dapat disampaikan sebagai informasi yang menarik terhadap konsumen akhir (individu maupun institusi). Operator penyedia layanan tersebut juga dapat menjalin bisnis secara langsung dengan perusahaan atau institusi bisnis dari indutri produk/ layanan tadi melalui potongan harga yang ditawarkan sebagai kemitraan yang mereka lakukan (misal, restoran atau bioskop yang mengiklankan diri lewat operator tersebut adalah memberikan harga diskon bagi mahasiswa yang memiliki nomer telepon dari operator tersebut). Pada gambar 8 diberikan contoh paling sederhana bagaimana jalinan kemitraan bisnis dapat dilakukan terhadap mahasiswa, kampus, antar organisasi bisnis sebagai pengguna dan konsumen dari operator layanan nirkabel. Jalinan bisnis ini dapat dikembangkan dan dikenakan terhadap siapa konsumennya, dengan formulasi dan perspektif konsumen yang lebih luas dan lentur.
Dengan pengertian lokalisasi terhadap 2 sisi pasar dan sebaliknya, seperti yang diilustrasikan dari contoh di atas, maka keterlibatan mitra bisnis sebagai strategi keuntungan persaingan dalam persaingan tarif murah untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel adalah sangat masih dimungkinkan, dan secara potensial masih menguntungkan. Apalagi bila kemudian Dengan pengertian lokalisasi terhadap 2 sisi pasar dan sebaliknya, seperti yang diilustrasikan dari contoh di atas, maka keterlibatan mitra bisnis sebagai strategi keuntungan persaingan dalam persaingan tarif murah untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis operator penyedia layanan telekomunikasi nirkabel adalah sangat masih dimungkinkan, dan secara potensial masih menguntungkan. Apalagi bila kemudian
Gambar 8. Contoh Hubungan Antara Konsumen (individu) Terhadap Operator Penyedia Layanan Telekomunikasi Nirkabel Dalam Kemitraan Bisnis.
Dengan contoh ilustrasi di atas, maka inovasi yang dilakukan operator penyedia layanan nirkabel di dalam kerangka pertumbuhan bisnisnya, kemudian dipandang dan diukur melalui peta atau radar sebagai berikut:
1. Offering atau Penawaran, inovasi terhadap dimensi ini memerlukan penciptaan dari suatu produk- produk dan layanan- layanan baru yang bernilai/ berharga terhadap konsumennya.
2. Platform, inovasi terhadap dimensi ini melibatkan penggalian dari kekuataan
keumuman (power of commonality) dengan menggunakan modularity untuk menciptakan satu set yang berbeda/ beragam dari tawaran- tawaran turunan (derivate offerings) lebih cepat dan lebih murah daripada sekedar berdiri sendiri.