Pola Aktivitas dan Status Gizi

6.1 Pola Aktivitas dan Status Gizi

Rentang usia pelajar putri SMA kelas 1 dalam penelitian ini adalah 15-16 tahun. Pada rentang usia tersebut, remaja putri termasuk dalam tahap remaja menengah (middle adolescence) (Tarwoto, et al., 2010). Pada usia ini aktivitas fisik remaja sangat beragam, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Secara garis besar remaja putri memiliki waktu belajar di sekolah yang relatif sama. Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Oleh karena itu dalam menentukan kebutuhan energi remaja perlu dipertimbangkan jenis aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam di sekolah maupun di luar sekolah (Depkes Poltekes, 2010; Rahmi, et al., 2009).

Berdasarkan hasil penelitian ini, aktivitas fisik yang paling sering dilakukan remaja putri adalah kegiatan domestik dengan jumlah 89,3% pelajar putri SMA kelas 1 yang secara teratur melakukan aktivitas domestik. Perempuan dalam budaya sering dituntut untuk melakukan tugas rumah tangga (domestik), seperti: memasak, mencuci, membersihkan rumah dan pekerjaan rumah lainnya (Moore, 1998). Budaya ini menyebabkan remaja putri juga dituntut untuk ikut bertanggung jawab terhadap aktivitas domestik.

Jenis olahraga yang teratur dilakukan oleh pelajar putri SMA kelas 1 adalah jalan santai, jogging, dan badminton. Aktivitas fisik lainnya yang juga teratur dilakukan adalah menari dan yoga. Di salah satu tempat penelitian yaitu di SMA

Dwijendra, yoga merupakan kelas tambahan yang wajib diikuti semua siswa sekali setiap minggu dengan durasi 120 menit setiap pertemuan. Hasil penelitian di Jayapura menunjukan bahwa aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat mempertahankan status gizi optimal. Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat membakar penimbunan lemak, sehingga mengurangi risiko overweight (Sada et al., 2012).

Pada pola ekstrakurikuler dan les, yang paling teratur adalah pembelajaran sore dan pramuka. Di salah satu SMA tempat penelitian, yaitu SMA Dwijendra, kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajib dilakukan pelajar putri SMA kelas 1. Pembelajaran sore dilakukan tiga kali per minggu dan pramuka seminggu sekali dengan durasi yang sama yaitu 120 menit setiap pertemuan. Sedangkan ekstrakurikuler lain seperti vokal, les tambahan, karya tulis ilmiah, paskibra, dan palang merah remaja merupakan ekstrakurikuler pilihan.

Aktivitas fisik tergantung kepada jenis, frekuensi, intensitas dan durasi (Almaeida dan Blair, 2002). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi yang dinilai dengan semua indikator status gizi (IMT/U, LILA, dan LP) jika dianalisis secara independen tanpa mengendalikan faktor lain. Simpulan ini bertolak belakang dengan penelitian Sherwood yang menunjukkan bahwa olahraga berkontribusi pada pencegahan kenaikan berat badan (Sherwood et al, 2000). Aktifitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya proses pembakaran energi, sehingga semakin banyak aktivitas fisik remaja, semakin banyak energi yang terpakai (Goran dan Sothern, 2006). Kelebihan

energi karena rendahnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas (Mahardikawati dan Katrin, 2008). Hasil penelitian di Kabupaten Kerinci, Jambi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan status gizi remaja. Semakin aktif secara fisik, maka semakin baik status gizi (Amelia, 2008; Rahmi et al., 2009). Selain itu, penelitian di Surabaya menunjukkan tingkat aktivitas fisik remaja obesitas lebih rendah dibandingkan remaja non obesitas (Suryaputra dan Rahayu, 2012). Aktivitas fisik merupakan faktor resiko dari kejadian overweight, yaitu anak yang beraktivitas fisik ringan berhubungan bermakna terhadap berat badan lebih (Mujur, 2011).

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola aktivitas fisik dengan status gizi pelajar putri SMA kelas 1 dengan nilai p>0,05. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik antar kelompok relatif sama sehingga sulit dianalisis secara statistik. Secara garis besar pelajar putri SMA kelas 1 memiliki aktivitas yang hampir sama. Kegiatan di sekolah menghabiskan waktu yang relatif hampir sama. Pelajar putri SMA kelas 1 secara psikologis memliki karakteristik yang hampir sama karena umur dan jenis kelamin sama. Selain itu secara psikologis remaja cenderung lebih senang menghabiskan waktu bersama teman- temannya sehingga pola aktivitas fisik cenderung sama (Irianto, 2014).