Supervisor- Secondary

2. Proses di Secondary

Bagian secondary merupakan kelanjutan proses pada bagian primary, yaitu proses pelintingan, pengepakan, sampai pengiriman cigarette rod. Proses produksi di SKM meliputi:

a. Pre-process Di bagian ini dilakukan pembuatan filter rod, pemberian pemanis pada CTP, aplikasi menthol pada aluminium foil, lem side seam, dan proses OPP tear tape cut sheet.

1) Pembuatan filter rod Tempat pembuatan filter disebut filter house. Pada mesin KDF, acetate tow mula-mula diuraikan dalam bentuk tipis memanjang untuk kemudian dibounding sesuai ukuran yang ditentukan. Kemudian acetate tow diberi triacetine dan hotmelt melalui selang-selang yang dialirkan ke batangan filter, setelah itu digabungkan dengan plug wrap yang telah diberi inner glue. Filter yang keluar langsung terbungkus oleh plug wrap.

Pada pembuatan filter rod ini, batangan filter dipotong sepanjang 12 cm, kemudian dari 12 cm ini kembali dipoting di mesin cigarette machine menjadi 3 bagian, tiap bagian 4 cm, dan dipotong menjadi 2 bagian lagi sehingga tiap bagiannya 2 cm untuk setiap rokok.

Filter rod terbagi menjadi 2 macam, yaitu filter rod porous dan filter rod non porous. Plug wrap pada filter rod porous berporositas besar (berpori-pori). Filter rod porous biasanya digunakan untuk rokok yang memiliki kadar tar relatif rendah.

2) Pemanisan CTP CTP merupakan kertas pembungkus filter dengan rokok batangan. Ada bermacam-macam warna, seperti warna kuning marble untuk Djarum Super, warna putih untuk LA Light, warna hitam untuk Djarum Black baik lokal maupun ekspor.

CTP manis ini dibentuk dari CTP tawar kemudian diberi cairan pemanis, di mana cairan pemanis ini juga dibuat pada bagian R&D. Pemberian pemanis pada CTP ini dilakukan dengan bantuan mesin. Di SKM terdapat 24 unit mesin pemanis. Setiap mesin dapat memproses dua CTP sekaligus. Pada mesin tersebut terdapat heater agar CTP CTP manis ini dibentuk dari CTP tawar kemudian diberi cairan pemanis, di mana cairan pemanis ini juga dibuat pada bagian R&D. Pemberian pemanis pada CTP ini dilakukan dengan bantuan mesin. Di SKM terdapat 24 unit mesin pemanis. Setiap mesin dapat memproses dua CTP sekaligus. Pada mesin tersebut terdapat heater agar CTP

3) Aplikasi Menthol Pemberian menthol digunakan untuk memberi menthol pada aluminium foil. Menthol akan terserap dengan sendirinya oleh rokok yang dibungkus dengan aluminium foil tersebut. Pada aplikasi menthol ini, cairan menthol yang dioles pada aluminium foil diperoleh dari bagian R&D. Cairan menthol ini relatif berwarna bening. Aplikasi ini dilakukan oleh mesin menthol applicator.

4) Pembuatan Lem Side Seam Lem side seam digunakan untuk mengelem kedua ujung paper. Lem side seam ini juga diproses terlebih dahulu pada bagian pre-process. Bagan yang digunakan berupa gohsenol padat dan air.

b. Proses Inti di Secondary Pada bagian secondary, dilakukan proses pembuatan rokok batangan serta pengepakannya. Finished blend yang merupakan bahan pokok dari rokoknya, dipindahkan dengan menggunakan konveyor dari gedung primary ke gedung secondary melalui konveyor dan ditampung dalam mesin KAB lalu disalurkan ke tiap SPU dengan menggunakan pipa pneumatic. Untuk PT-PT, masih ada finished blend yang diangkut secara manual dengan menggunakan plastic box.

Untuk filter rod disalurkan melalui pipa-pipa berdiameter 1cm. Pipa ini menghubungkan bagian pre- process ke mesin.

Ada dua jenis lini pada bagian proses pada mesin di SKM, yaitu lini terhubung dan lini terpisah. Mesin yang digunakan pada lini terhubung bersifat kontinyu dan memiliki karakteristik com-flex. Kontinyu berarti Ada dua jenis lini pada bagian proses pada mesin di SKM, yaitu lini terhubung dan lini terpisah. Mesin yang digunakan pada lini terhubung bersifat kontinyu dan memiliki karakteristik com-flex. Kontinyu berarti

Tembakau dihisap lewat hisapan central pneumatic dan diatur oleh shuit-off flap yang terdapat pada airlock untuk membuka dan menutupnya. Level tembakau di airlock diatur oleh suatu sensor cahaya. Jika tembakau sudah mencapai batas minimum, maka hisapan akan terjadi secara otomatis. Pada beberapa mesin, tembakau dihisap secara manual melalui pipa-pipa yang digerakkan oleh operator.

Selain itu, juga dilakukan pengadukan kembali agar campuran lebih homogen dan pemisahan terhadap material asing atau pun material yang berat, seperti cengkeh yang belum terpotong sempurna. Pemisahan ini dilakukan dengan hembusan udara ke atas pada tekanan tertentu sehingga material yang kelebihan berat akan jatuh dengan sendirinya.

Barulah kemudian tembakau masuk ke cigarette forming yang berbentuk kanal untuk dilinting dengan menggunakan paper. Sebelumnya, tembakau melewati trimming disc yang membantu memotong dan mengatur berat Barulah kemudian tembakau masuk ke cigarette forming yang berbentuk kanal untuk dilinting dengan menggunakan paper. Sebelumnya, tembakau melewati trimming disc yang membantu memotong dan mengatur berat

Paper dipasang melewati suatu printing unit yang melakukan proses pencetakan logo dan atau tulisan PT Djarum. Setelah tembakau memenuhi paper, kedua ujung paper dilipat dan di sepanjang paper diberi lem side seam sehingga setelah paper menutup, rokok berbentuk gulungan akan merekat, kemudian langsung dipanaskan dengan unit seam sealer pada suhu tertentu agar lem kering. Untuk mesin Protos, suhu pada unit seam sealer kira- kira 250˚C. Batangan rokok yang sudah sempurna pengelemannya akan dideteksi segi fisiknya, misalnya berat rokok secara elektronik. Hasilnya dapat ditampilkan di layar.

Setelah itu batangan rokok yang masih dalam bentuk lonjoran ini dipotong sepanjang 13.8 cm yang kemudian dipotong lagi menjadi dua bagian yang sama (cut off). Setelah itu, rokok ditempatkan secara terpisah oleh separating drum. Drum-drum yang ada pada CM memiliki lekukan sebagai tempat menampung rokok yang disebut groove. Hasil potongan ini disebut sebagai tobacco rod. Kemudian tobacco rod ini masuk ke mesin assembler.

Sebelum masuk ke dalam mesin assembler, tobacco rod ini melewati loose end sensor (ada yang menggunakan sensor dengan sinar radiasi beta dan ada juga yang menggunakan microwave) yang fungsinya memeriksa densitas rokok. Jika densitas rokok tidak sesuai dengan standar,

di-reject. Densitas mempengaruhi titik bakar dan moisture content.

rokok

langsung

Pada feed drum, kedua rokok batangan sepanjang 6.9 cm yang terpisah, diisi dengan satu potongan dilter berukuran 2 cm. Filter sepanjang 2 cm tersebut merupakan hasil pemotongan filter sepanjang 12 cm pada filter cutting drum.

Dengan cork knives, CTP dipotong sesuai dengan standar lebar dari macam produknya. Swash plate drum membawa CTP yang sudah terpotong dan menempel pada filter yang dibawa oleh feed drum bersama rokok batangan pada kedua sisi filter tersebut. Setelah menempel, tobacco rod dan filter disambung dengan menggunakan CTP. Setelah itu, rokok melewati rolling drum.

Setelah proses penyambungan selesai, tobacco rod dan filter yang semula berpasangan, dipoting tengahnya sehingga menjadi dua batang rokok oleh rod cutting drum. Di drum ini, rokok tanpa filter, rokok pada awal start mesin di-reject.

Pemotongan tersebut menghasilkan dua cigarette rod yang saling berkebalikan posisinya. Setelah dipotong, batangan rokok ini akan dimasukkan ke dalam pak. Oleh karena itu, batangan rokok yang berlawanan arah itu disamakan arahnya di turning drum. Mesin ini dilengkapi dengan pembalik arah batangan rokok itu dengan cara kerja seperti dijepit dan dipilin secara spiral.

Rokok yang berada di luar spesifikasi akan di- reject di injection drum. Rokok yang sudah memenuhi spesifikasi ditransfer ke sampling drum melalui intermediate drum. Sampel rokok dapat diambil dengan menekan switch sampling. Apabila mesin berjalan normal, rokok dari sampling drum akan berpindah ke catcher drum Rokok yang berada di luar spesifikasi akan di- reject di injection drum. Rokok yang sudah memenuhi spesifikasi ditransfer ke sampling drum melalui intermediate drum. Sampel rokok dapat diambil dengan menekan switch sampling. Apabila mesin berjalan normal, rokok dari sampling drum akan berpindah ke catcher drum

Mesin packer (Focke) terdiri dari Hinge Lid Packer (HLP 350), reservoir 802, banderoller/stamper 402 (BD), wrapper 401 (WR), dan boxer/cartooner 361 (BX), dan Marden Edwards/Overwrapper (OW). Mesin packer disebut juga HO. Kata HO ini mengambil dari unit pertama dan unit terakhir yang ada pada mesin packer, yaitu HLP dan OW.

Mesin HO mampu menghasilkan 380 pak/menit. Pada mesin link up, rokok akan berjalan dengan sistem COC untuk masuk dalam cigarette vane yang berfungsi menata rokok menjadi dua baris. Pada mesin non link up, rokok batangan yang sudah tertata di dalam rak dimasukkan ke tray unloader.

Pada HLP, rokok dibungkus dengan aluminium foil. Aluminium foil ini dibuat perforasinya dan diberi logo. Perforasi harus baik kualitasnya agar konsumen tidak kesulitan membuka kemasan rokok dan agar rokok di dalamnya tidak rusak saat perforasi disobek. Sementara itu, mesin juga sudah menyiapkan teiket yang disatukan dengan inner frame. Etiket ini sudah terbentuk sesuai dengan bentuk pak rokoknya, hanya saja belum tertutup. Rokok yang telah terbungkus tadi barulah dimasukkan dalam etiket yang belum tertutup. Etiket kemudian ditekuk menjadi kotak pada folding turret dan diberi lem PVAC yang dipasok secara manual oleh operator. Pada CM dan HLP tidak ada pengerjaan ulang (rework).

Setelah menjadi pak polos (pak rokok tanpa cukai), rokok pak tersebut masuk dalam drying drum yang berkapasitas 96 pak dan maturing drum yang berkapasitas 100 pak. Rokok tersebut dilewatkan pada drying drum dan maturing drum agar perekatan pak polos pada HLP sempurna.

Setelah itu, rokok masuk dalam area BD. Fungsinya adalah untuk memberikan pita cukai pada pak rokok tersebut. Di unit ini terdapat glue pot III. Pasokan lem dan pita cukai dilakukan secara manual oleh operator.

Jika yang akan dipak adalah rokok sortiran yang pack-nya sudak ditempel pita cukai secara manual oleh pekerja borongan, tombol pengatur puta diubah ke posisi

“O” agar pita cukai pada mesin tidak turun. Jika terjadi kerusakan pada unit BD atau WR, pack-

pack yang dihasilkan akan ditampung dalam reservoir. Dalam hal ini, reservoir berfungsi sebagai buffer antara HLP dengan stamper. Jika kapasitasnya hampir penuh, operator dapat menghentikan unit HLP.

Selanjutnya rokok pack masuk ke unit WR. Rokok pack kemudian ditutup dengan menggunakan plastik (OPP) yang sebelumnya sudah disatukan dengan tear tape. Penyatuan ini menggunakan proses pemanasan pada melting point tertentu agar OPP dapat menempel pada pack dan tidak meleleh.

Pack lengkap yang sudah ada masuk dalam unit BX untuk di-pack lagi menjadi ukuran press. Biasanya satu press berisi 12 pack untuk Djarum Super, dan 16 pack untuk LA Light. Pada unit ini, pengeleman dilakukan dengan glue jet. Produk penge-press-an ini kemudian Pack lengkap yang sudah ada masuk dalam unit BX untuk di-pack lagi menjadi ukuran press. Biasanya satu press berisi 12 pack untuk Djarum Super, dan 16 pack untuk LA Light. Pada unit ini, pengeleman dilakukan dengan glue jet. Produk penge-press-an ini kemudian

Setelah proses overwrapper, rokok masuk dalam proses bale. Proses ini juga merupakan proses pengepakkan di mana dos press dibungkus dalam kertas craft. Untuk produk Djarum Super, 1 bale berisi 20 press, dan untuk produk LA Light, 1 bale berisi 10 press.

Dari bale, rokok dilanjutkan dalam proses boxer, yaitu proses pengepakan bale ke dalam tempat yang lebih besar lagi. Biasanya 1 box berisi 4, 6, atau 8 bale (tergantung pada jenis brand). Kemudian dos box ini ditutup dan diberi packing tape. Box yang sudah diberi packing tape ini disebut corrougated box.

Untuk produk ekspor, rokok dalam kemasan box sebelumnya dimasukkan dalam plastic bag terlebih dahulu untuk mencegah masuknya kandungan uap air ke dalam rokok. Penutupan box juga berbeda antara produk domestik dan ekspor. Untuk produk domestik, box hanya ditutup dengan menggunakan packing tape, sedangkan untuk ekspor, penutupan dilakukan dengan tali segel. Semua proses pembungkusan yang kompleks ini dilakukan untuk menjamin rasa dan aroma agar tetap baik sampai di tangan konsumen. Setelah semua proses pembungkusan selesai, produk jadi dikirim ke gudang maupun ke distributor.

3.4. Fasilitas Produksi

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Dalam berproduksi diperlukan peralatan-peralatan, perlengkapan, mesin- mesin dan fasilitas produksi. Keseluruhan fasilitas tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksi dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan biaya yang minimal. Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin dan peralatan, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya.

produksinya menggunakan tipe product layout. Tipe Product Layout merupakan suatu tata letak pabrik yang mempunyai efisiensi yang tinggi di mana peralatan disusun berdasarkan urutan proses pembuatan produk. Aliran produksi yang terjadi adalah Flow Shop dimana karakteristik Flow Shop sebagai berikut:

PT Djarum

mengatur

fasilitas

a. Aliran pemindahan material berlangsung dengan lancer dan sederhana, serta biaya material handling yang rendah.

b. Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif singkat.

c. Adanya sistem insentif bagi kelompok karyawan akan dapat

meningkatkan produktivitas kerjanya.

memberikan

motivasi

guna guna

e. Pengendalian proses produksi mudah dilaksanakan. Setiap bahan baku atau komponen yang masuk dalam lantai produksi PT Djarum akan mengalami beberapa perpindahan dari satu proses ke proses yang lain. Sebagai contoh kertas paper yang menjadi salah satu bahan baku utama rokok. Ketika tiba dari vendor akan dimasukkan terlebih dahulu ke warehouse dan kemudian dipindahkan ke departemen pre-proses untuk diproses. Setiap perpindahan yang terjadi pasti memerlukan suatu usaha perpindahan material atau penanganan material (material handling).

Sistem penanganan material yang terdapat di PT Djarum bermacam-macam tergantung dari jenis dan jumlah bahan baku yang akan dipindahkan serta posisi bahan baku tersebut berada sekarang. Metode pemindahan bahan baku maupun produk jadi di PT Djarum dibedakan menjadi

3 jenis yaitu:

a. Pemindahan secara manual Pemindahan secara manual dilakukan oleh operator tanpa bantuan mesin. Hal ini dipakai bila tidak ada alat khusus untuk menangani dan merupakan pekerjaan yang ringan. Contohnya mengganti CTP dan kertas paper secara manual. Pemindahan secara manual juga dilakukan oleh operator pengepakan manual. Operator tanpa bantuan alat khusus, memasukkan bale ke dalam dus box.

b. Pemindahan dengan mesin (terotomatisasi) Pemindahan dengan menggunakan mesin tanpa bantuan manusia. Ini digunakan apabila tidak memungkinkan b. Pemindahan dengan mesin (terotomatisasi) Pemindahan dengan menggunakan mesin tanpa bantuan manusia. Ini digunakan apabila tidak memungkinkan

c. Pemindahan bahan secara campuran Sistem pemindahan yang dilakukan oleh manusia dengan bantuan mesin atau alat bantu, biasanya dipakai untuk memindahkan komponen dari satu departemen ke departemen yang lain. Contohnya untuk memindahkan

komponen

dari

departemen manual

packaging ke warehouse dengan menggunakan forklift.

Untuk pemindahan pallet yang berisi material dari departemen pre-proses ke mesin menggunakan hand pallet. Untuk mengangkut sisa tembakau maupun sampah-sampah produksi menggunakan hand truck.

Sistem penanganan material yang terdapat di bagian produksi bermacam-macam, tergantung dari jenis material yang akan dipindahkan. Sebagian besar perpindahan bahan baku dilakukan oleh manusia atau operator. Alat material handling akan digunakan jika materialnya berat atau berjumlah banyak.

Material handling yang digunakan di SKM PT Djarum antara lain:

a. Konveyor Konveyor digunakan untuk memindahan produk dari setiap departemen ke departemen lain atau pun dari mesin satu ke mesin lainnya yang saling terhubung, a. Konveyor Konveyor digunakan untuk memindahan produk dari setiap departemen ke departemen lain atau pun dari mesin satu ke mesin lainnya yang saling terhubung,

b. Roller conveyor Pemindahan produk ke bagian penge-bale-an dilakukan melalui roller conveyor. Roller conveyor merupakan alat pemindahan material yang digunakan dalam proses perakitan, inspeksi dan untuk memindahkan produk dari perakitan hingga manual packaging.

c. Pipa-pipa Filter rod dari filter house juga ditransfer ke unit receiving CM melalui pipa-pipa transfer secara otomatis. Transfer ini dilakukan dengan sistem pneumatic, yaitu melalui pipa bertekanan tinggi untuk mencegah adanya debu yang masuk

d. Forklift Forklift digunakan untuk memindahkan bahan baku dan membantu pemindahan komponen produk yang ada di lantai produksi.

e. Hand truck Hand truck digunakan untuk membawa material-material berukuran kecil dalam jumlah yang banyak.

f. Pallet Pallet merupakan papan kayu yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pemindahan bahan baku maupun produk jadi.

e. Hand pallet Hand pallet merupakan alat bantu khusus untuk memindahkan material dari suatu departemen ke departemen lain (misal dari gudang ke setiap mesin). Hand pallet menggunakan sistem hidrolik untuk mengatur ketinggian penampang hand pallet. Material e. Hand pallet Hand pallet merupakan alat bantu khusus untuk memindahkan material dari suatu departemen ke departemen lain (misal dari gudang ke setiap mesin). Hand pallet menggunakan sistem hidrolik untuk mengatur ketinggian penampang hand pallet. Material

f. Kletek Kletek digunakan untuk memindahkan filter (double filter maupun filter reguler) dari gudang material ke bagian pre-process. Kletek dapat mengangkut 16 rak. Kletek ini memiliki bentuk semacam gerobak dengan dua tingkat.

g. AGV (Automated Guided Vehicles) Automated Guided Vehicles adalah mobile robot yang dipandu dan dikendalikan secara elektronik yang digunakan di PT Djarum untuk memindahkan material dari departemen material ke mesin. Ada pun material yang dipindahkan meliputi outer, inner, etiket, paper, foil, CTP.

BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1.Lingkup Pekerjaan

Pada kerja praktek di PT Djarum bagian SKM Oasis, penulis ditempatkan di Ruang Material Preparation and Pre-Process Secondary. Letak ruang Material Preparation and Pre-Process dengan lantai material preparation, sehingga memudahkan penulis untuk mengamati keadaan preparation.

Berikut ini adalah ruang kerja Bagian Pre-Process dan Material Preparation beserta tata letak ditunjukkan pada Gambar 4.1. Bagian Pre-Process dan Material Preparation terletak di lantai 1 bangunan KDF.

lis 94.5 in. x 47.2 in.

n a p Tu Pa

Gambar 4.1. Tata Letak Kantor Bagian Material Preparation dan Pre-process

Departemen material preparation di PT Djarum digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan material yang berhubungan dengan tahapan pre-process (pembuatan filter) dan pengepakan (packer) yang meliputi lem (tobacoll tip jet, technomelt), paper, plugwrap, filter (putih polos dan double filter), OPP (Oriented Polystylene Plastic), Foil, Inner, CTP (Cigarette

Tipping Paper), tear tape, outer, etiket (kotak kemasan), treacetylene (pengembang acetate tow(busa filter)).

Outer (kemasan luar), etiket, dan inner digunakan untuk produk rokok PT Djarum, yaitu Djarum Super, Djarum Super Mild (MLD), Djarum Black, Djarum Black Cappucino, Djarum Black Menthol, Djarum Black Mild, LA Lights, LA Lights Menthol.

Penulis diberi tugas untuk menganalisa pekerja yang ada di bagian material preparation and pre-process untuk nantinya diketahui apakah pekerja yang ada sudah

optimum. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan sampling pekerjaan (work sampling). Sebelumnya belum pernah ada pengamatan tentang hal tersebut di Bagian Pre-Process dan Material Preparation. Adapun tujuan sampling pekerjaan dalam kasus ini yaitu:

a. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.

b. Mengetahui tingkat pemanfaatan material handling dan alat-alat preparation.

c. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja secara langsung.

d. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

e. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu di mana orang ini bekerja atau tidak bekerja.

f. Mengukur beban kerja.

g. Menentukan output standar.

h. Menentukan jumlah pekerja yang diperlukan di departemen yang bersangkutan.

ini, penulis berhubungan langsung dengan Superintendent Secondary yaitu Bapak Kristiono, Supervisor Secondary Pre-Process dan Material Preparation SKM OASIS yaitu Bapak Franky Natalis. Selain itu juga penulis berhubungan langsung dengan seluruh unit head pre-process dan material preparation, dan pekerja di Bagian Pre-Process dan Material Preparation.

Dalam melaksanakan

pekerjaan

4.1.2. Struktur

Departemen Material Preparation dan Pre-process

Organisasi

Departemen Material Preparation dan Pre-process dikepalai

Superintendent Material Preparation dan Pre-process. Struktur organisasi Departemen Material Preparation dan Pre-process ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

oleh

seorang

Superintendent-Secondary Pre-Process

Supervisor-Secondary Material Preparation dan Pre-Process

Unit Head- Unit Head- Unit Head-

Unit Head- Unit Head- Sweetener

Unit Head

Procure- Finished Process

Materials Shipment

Export

Regular

Operator Operator

Operator

Operator

Operator Operator

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Material Preparation dan Pre-Process

4.2.Tanggung Jawab dan Wewenang Dalam Perusahaan

praktek, penulis ditempatkan preparation dan pre-process yang kemudian memilih untuk memfokuskan pengamatan . Yang menjadi obyek penulis dalam melakukan pengamatan adalah produktivitas yang dilakukan pada keseluruhan karyawan material regu A selama satu minggu (setelah dipotong libur dan hari paruh waktu). Setelah mengamati motion and time study, penulis diminta untuk melakukan analisis perbaikan serta membuat usulan jika ada. Alasan penggunaan work sampling ini karena diinginkan hasil pengukuran yang lebih teliti dan akurat.

Selama melaksanakan

kerja

Penulis memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh superintendent dan diakhir pelaksanaan kerja praktek akan diadakan presentasi hasil kerja praktek yang telah dilakukan selama sebulan. Dalam penyelesaian kerja praktek, penulis melakukan pembagian tugas dimana penulis bertanggung jawab untuk melakukan pengamatan dan memberikan usulan mengenai motion and time study pada 10 karyawan departemen material preparation regu A.

Selama pelaksanaan kerja praktek, penulis diberi beberapa wewenang oleh pembimbing lapangan maupun perusahaan yaitu:

a. Penulis diperbolehkan untuk datang ke lantai material preparation dan pre-process untuk melakukan pengamatan dan menggali informasi mengenai aliran material di bagian secondary dan proses pembuatan filter, baik dari supervisor maupun dari semua staff dan operator yang bersangkutan a. Penulis diperbolehkan untuk datang ke lantai material preparation dan pre-process untuk melakukan pengamatan dan menggali informasi mengenai aliran material di bagian secondary dan proses pembuatan filter, baik dari supervisor maupun dari semua staff dan operator yang bersangkutan

c. Penulis juga diperbolehkan untuk membantu staff dalam

untuk departemen secondary.

menyiapkan

material

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan kerja praktek kali ini, khususnya untuk mengamati motion and time study, penulis menggunakan metode work sampling. Metode work sampling dipilih karena dari ciri-ciri metode work sampling yaitu:

a. Digunakan untuk pengukuran waktu kerja bagi pekerja langsung, tak langsung, dan mesin

b. Pengamatan dilakukan secara random (acak)

c. Sangat cocok untuk pekerjaan yang sifatnya tidak berulang

d. Urutan pekerjaannya tidak menentu

e. Waktu penyelesaiannya relatif panjang Terdapat 30 kali pengamatan dalam sehari. Jam kerja operator 1 shift adalah 8 jam. Penulis membagi satuan pengamatan menjadi 5 menit yang ditentukan dari pengamatan pada minggu pertama, maka akan didapat 96 kali pengamatan jika dilakukan secara utuh, tetapi penulis hanya mengambil sampel yaitu 30 kali pengamatan tersebut.

Waktu pengamatan tersebut ditentukan secara acak dengan bantuan bilangan random dan waktu satuan pengamatan adalah 5 menit. Misalkan terdapat bilangan random 1 maka

06:00 + (1 x 00:05)= 6:05

Pengamatan tersebut dilakukan selama 4 hari. Penulis mendapatkan data yang cukup maka dilakukan rekapitulasi lembar pengamatan.

Penulis memisahkan aktivitas produktif dan non produktif. Ada pun aktivitas produktif yang dilakukan dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

1. Untuk pengawas material (Golongan 2 : Pekerja Material A)

a. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan administrasi

b. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan administrasi

c. Memastikan pekerja bagian material bekerja dengan baik bagian material

d. Menghitung pemakaian material

e. Membantu karyawan memindahkan material

2. Untuk karyawan material (Golongan 4 dan 5)

a. Men-supply material ke mesin

b. Men-supply material ke terminal AGV atau pun hand pallet

c. Memindahkan hand pallet untuk mengambil material

d. Mengumpulkan dan merapikan aval (ampalan, sampah plastic, dan tali pengikat)

e. Mengecek ketersediaan material di mesin

f. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan administrasi

g. Memindahkan filter dari kardus ke rak

h. Menulis label untuk ditempelkan pada karung sortiran

i. Mengepak sortiran rokok ke karung di gudang sortiran j. Menimbang karung sortiran rokok di gudang sortiran i. Mengepak sortiran rokok ke karung di gudang sortiran j. Menimbang karung sortiran rokok di gudang sortiran

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah menentukan nilai faktor penyesuaian dan kelonggaran. Faktor penyesuaian adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1988).

Menurut Sutalaksana (1979), besarnya nilai faktor penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu:

a. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat)

b. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal (terlalu lambat)

c. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar.

Untuk mentukan faktor penyesuaian, penulis menggunakan Metode Westinghouse karena penggunaannya yang lebih mendetail dari masing-masing kemampuan yang dialami oleh operator.

Ada pun pemberian faktor kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain: Ada pun pemberian faktor kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain:

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique)

c. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis sebelum work sampling adalah:

1. Studi pendahuluan

menentukan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan

a. Mendefinisikan

masalah,

ketelitian dan keyakinan.

besarnya

tingkat

b. Memilih operator

c. Membuat lembar pengamatan

d. Mendefinisikan aktivitas yang diamati (produktif/ non produktif serta Output Identification Unit (OIU))

2. Perancangan sampling pekerjaan

a. Menentukan satuan waktu pengamatan

b. Menentukan jumlah hari atau shift yang akan diamati

c. Menentukan jumlah pengamatan dengan mempertimbangkan jam kerja perusahaan.

d. Membangkitkan bilangan acak untuk menentukan waktu pengamatan dari table bilangan acak

e. Menentukan waktu pengamatan

3. Pengamatan dan pencatatan data

4. Menetapkan waktu baku dan waktu normal

Wn = ... (persamaan 1) Wb = Wn (1+a) ... (persamaan 2) Keterangan : Wn : waktu normal Wb : waktu baku

T : selisih waktu kerja dengan waktu istirahat n i : jumlah kejadian aktivitas ke –i n : jumlah kejadian seluruh aktivitas p : penyesuaian

a : kelonggaran (allowance)

4.3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek

Untuk memahami lebih jelas mengenai pelaksanaan kerja praktek di PT Djarum dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Mulai

Mempelajari Aliran Material dan Proses Produksi Filter

Mengumpulkan data-data untuk persiapan work sampling

Merekapitulasi Lembar Data Pengamatan

Mengelompokkan aktivitas operator ke dalam beberapa elemen kegiatan

Membuat analisa faktor penyesuaian & kelonggaran

Membuat tabel perhitungan uji petik (waktu baku)

Analisa persentase produktivitas operator

Membuat perhitungan beban kerja

Selesai

Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek

4.4.Hasil Pekerjaan

Penulis mendapatkan tugas untuk mengamati motion and time study pada karyawan bagian material. Hasil pekerjaan ini meliputi lembar penilaian Lembar data yang diambil ketika Kerja Praktek kali ini meliputi lembar pengamatan terhadap 10 orang pekerja yang diambil selama 4 hari.

4.4.1.Lembar Data

Pada lembar data yang dapat dilihat pada Lampiran 1 hingga Lampiran 40 berisi pengambilan data secara acak dengan metode time study sesuai dengan bilangan random yang telah ditentukan sebelumnya, dengan masing-masing hari sejumlah 30 data.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, satuan waktu yang digunakan sejumlah 5 menit. Untuk keseluruhan pekerja, data diambil pada waktu yang sama yaitu pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Sabtu 8 Juli 2013, 11-14 Juli 2013.

4.4.2. Perhitungan

Perhitungan yang digunakan untuk mengolah data yang telah diperoleh, seperti yang tercantum pada lembar data meliputi perhitungan faktor penyesuaian dan kelonggaran.

Mengenai faktor penyesuaian, metode yang digunakan adalah metode Westinghouse dengan faktor yang menjadi pertimbangan meliputi skill, effort, condition, dan juga consistency dari masing-masing pekerja dalam melakukan setiap elemen kegiatan sesuai dengan job desknya. Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 41 hingga Lampiran 50.

Hampir sama halnya dengan perhitungan faktor penyesuaian, perhitungan faktor kelonggaran pun diterapkan pada keseluruhan pekerja. Jika dilihat pada Lampiran 51 hingga Lampiran 60, ada beberapa hal yang termasuk ke dalam faktor kelonggaran, yang meliputi tenaga yang dikeluarkan (TD), sikap kerja (SK), gerakan kerja (GK), kelelahan mata (KM), keadaaan temperatur tempat kerja (KTK), keadaan atmosfer (KA), keadaaan lingkungan yang baik (KL), dan kebutuhan pribadi (KP). Pada setiap elemen kegiatan, terdapat persentase faktor kelonggaran

dijumlahkan sehingga diperoleh total faktor kelonggaran tiap elemen pekerjaan.

yang

nantinya

Lembar data yang ada kemudian digabungkan dengan faktor penyesuaian dan kelonggaran untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan pengolahan data. Penggabungan ketiga elemen ini disajikan dalam Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja Material yang tertera pada Lampiran 61 hingga Lampiran 70. Pada rekapitulasi ini juga terdapat jumlah aktivitas produktif dan non produktif dalam keseluruhan pengamatan yang dilakukan pada masing-masing pekerja.

Hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data untuk menghitung waktu baku tiap elemen kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja. Tabel perhitungan uji petik ini dapat dilihat pada Lampiran 71 hingga Lampiran 80. Meskipun elemen aktivitas yang dimiliki oleh beberapa pekerja adalah sama, akan tetapi dengan faktor kelonggaran dan penyesuaian yang berbeda, tentunya akan menghasilkan waktu baku yang berbeda pula.

Perhitungan persentase produktivitas untuk masing- masing

menjumlahkan keseluruhan persentase produktif pada keseluruhan hari pengamatan yang kemudian dibagi dengan jumlah hari (4 hari). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 4.1 hingga tabel 4.10 di bawah ini.

1. Pekerja Material A Tabel 4.1. Persentase Produktivitas Pekerja Material A

Hari

A Kegiatan Jumlah

A J L A Produktif

E I R Non K

E E 10 8 3 2 Produktif 23 P T A

M Total

Persentase Produktivitas Pekerja Supply A

Hari ke-

Gambar 4.4. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material A

2. Pekerja Material B

Tabel 4.2. Persentase Produktivitas Pekerja Material B

Hari

B Kegiatan

Jumlah

1 2 3 A 4 J L A Produktif

E Produktif P T A M

Persentase Produktivitas Pekerja Supply B

Hari ke-

Gambar 4.5. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material B

3. Pekerja Material C

Tabel 4.3. Persentase Produktivitas Pekerja Material C

Hari

Kegiatan Jumlah

J L A Produktif

E Produktif P T A M

30 30 30 30 120 % Produktif 86.67% 76.67% 83.33% 83.33% 82.50%

Total

Persentase Produktivitas Pekerja Supply

Hari ke-

Gambar 4.6. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material C

4. Pekerja Material D

Tabel 4.4. Persentase Produktivitas Pekerja Material D

Hari

Kegiatan Jumlah

A J L A Produktif

E Produktif P T A M

30 30 30 30 120 % Produktif 86.67% 86.67% 80.00% 86.67% 85.00%

Total

 Pi 86.67% + 86.67% + 80.00% + 86.67% � =

Persentase Produktivitas Pekerja Supply

Hari ke-

Gambar 4.7. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material D

5. Pekerja Material E

Tabel 4.5. Persentase Produktivitas Pekerja Material E

Hari

Kegiatan Jumlah

A J L A Produktif

E T Produktif P A

M Total

Persentase Produktivitas Pekerja Supply E

Hari ke-

Gambar 4.8. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material E

6. Pekerja Material F

Tabel 4.6. Persentase Produktivitas Pekerja Material F

Hari

Kegiatan Jumlah

A J L R A Produktif

Non

E E T Produktif P A

M Total

Persentase Produktivitas Pekerja Supply F

Hari ke-

Gambar 4.9. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material F

7. Pekerja Material G

Tabel 4.7. Persentase Produktivitas Pekerja Material G

Hari

Kegiatan Jumlah

J L A Produktif

E P T Produktif A M

30 30 30 30 120 % Produktif 73.33% 83.33% 80.00% 86.67% 80.83%

Total

 Pi 73.33% + 83.33% + 80.00% + 86.67% � =

Persentase Produktivitas Pekerja Supply G

Hari ke-

Gambar 4.10. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material G

8. Pekerja Material H

Tabel 4.8. Persentase Produktivitas Pekerja Material H

Hari

Kegiatan Jumlah

J L R A Produktif

Non

E 10 10 8 7 E 35 Produktif P T A M

Persentase Produktivitas Pekerja Supply H

Hari ke-

Gambar 4.11. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material H

9. Pekerja Material I

Tabel 4.9. Persentase Produktivitas Pekerja Material I Hari

Kegiatan Jumlah

A J L R A Produktif

E I Non K R

E E T Produktif P A

M Total

Persentase Produktivitas Pekerja Supply I

Hari ke-

Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material I

10. Pekerja Material J

Tabel 4.10. Persentase Produktivitas Pekerja Material J

Hari

Kegiatan Jumlah

J L A Produktif

E P T Produktif A M

30 30 30 30 120 % Produktif 80.00% 76.67% 83.33% 100.00% 85.00%

Total

 Pi 80.00% + 76.67% + 83.33% + 100.00% � =

Persentase Produktivitas Pekerja Supply J

Hari ke-

Gambar 4.13. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material J

Ketika diperhadapkan dengan sepuluh tabel dan gambar grafik di atas, tentunya kita tidak dapat dengan mudah memahami persentase produktivitas pekerja wanita regu A di bagian material preparation PT Djarum. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut, penulis membuat tabel rekapitulasi persentase produktivitas pekerja wanita regu A yang tercantum pada gambar 4.12.

Tabel Rekapitulasi Persentase Produktivitas Pekerja Wanita Regu A

e n 50.00%

rs 40.00% e

P 30.00% 20.00%

Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja A B C D E F G H I J

Nama Pekerja

Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Wanita Regu A Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Wanita Regu A

yang harus dipersiapkan untuk hari tersebut. Lain halnya dengan pekerja golongan 4 (Pekerja Material H dan Pekerja Material I). Mereka memiliki nilai persentase produktivitas yang lebih rendah karena banyaknya aktivitas Istirahat dan menunggu.

untuk

membicarakan material

Berdasarkan hasil analisis dengan perhitungan persentase produktivitas di atas, hal tersebut membuktikan bahwa produktif atau tidaknya suatu pekerja dalam melakukan aktivitasnya selama 1 hari tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya golongan pada masing masing pekerja. Dapat dilihat pada pekerja yang bernama Pekerja Material J dengan golongan 5 justru dapat dikatakan lebih produktif dari pada pekerja lainnya.

4.4.3. Analisis Beban Kerja Pekerja

Rumus beban kerja operator yang digunakan: �

� = 100% ... (persamaan 3)

Sesuai dengan rumus pada persamaan 3 di atas, dihasilkan nilai beban kerja yang dialami oleh masing- masing pekerja yang dapat dilihat pada tabel 4.91.

Tabel 4.11. Beban Kerja yang Dialami Pekerja Bagian Material Preparation (Regu A)

Waktu

Waktu

Beban Nama

Baku

kerja

Kerja (menit) (menit)

Pekerja Material A

106% Pekerja Material B

103% Pekerja Material C

106% Pekerja Material D

113% Pekerja Material E

107% Pekerja Material F

108% Pekerja Material G

108% Pekerja Material H

92% Pekerja Material I

85% Pekerja Material J

Suatu beban kerja dapat dikatakan optimal dengan nilai beban kerja sejumlah 100%. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa beban kerja yang dialami oleh masing-masing pekerja sangat tinggi dan karena lebih dari 100%.

Yang menyebabkan tingginya beban kerja yang dialami oleh masing-masing operator adalah karena material yang harus dipindahkan memiliki massa yang sangat berat dan harus dipindahkan secara manual dari pallet tempat meletakkan material ke hand pallet untuk nantinya di-supply ke produksi. Berat material yang dimaksud kurang lebih 15 kg ke atas dan yang mengangkat material ini adalah pekerja wanita secara keseluruhan. Hal ini pun tidak cukup terjadi hanya sekali atau pun dua kali selama satu shift mereka melakukan pekerjaannya, melainkan secara terus menerus.

Selain itu, ada pula pekerjaan di bagian sortiran yang mengharuskan pekerja untuk menunggu karyawan produksi untuk mengambil produk sortiran di bagian Selain itu, ada pula pekerjaan di bagian sortiran yang mengharuskan pekerja untuk menunggu karyawan produksi untuk mengambil produk sortiran di bagian

4.4.4. Analisis Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan

Untuk menghitung jumlah tenaga kerja standar yang dibutuhkan, dapat digunakan rumus berikut ini:

Dari rumus di atas, dapat dihasilkan jumlah tenaga kerja 10 orang untuk departemen material. Pada departemen material preparation, khususnya untuk regu A, tim pekerja yang ada dapat bekerja sama dengan baik dan karena adanya pengalaman kerja yang cukup lama, mereka dapat bekerja dengan cepat dan sigap meskipun beban kerja yang ada melebihi 100% (standar beban kerja maksimum). Pekerja yang ada pun sudah dapat melakukan pekerjaannya dengan tangkas dan tidak perlu diberi aba-aba setiap waktu.

Untuk mengetahui jumlah pekerja optimum yang sebaiknya melakukan tugas pekerjaan ini, dapat dilihat tabel 4.92 yang merupakan tabel untuk analisis jumlah pekerja berdasarkan pengukuran beban kerja operator yang dapat ditinjau berdasarkan tabel 4.91.

Tabel 4.12. Pengukuran Beban Kerja Operator

Nilai Beban Kerja Prestasi Kerja Jumlah Karyawan

A >1

Sangat Baik

Sangat Kurang

B 0.9-1.00

Baik

Kurang

C 0.7-0.89

Cukup

Cukup

D 0.5-0.69

Kurang

Banyak

Sangat Banyak Dari analisa menggunakan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 80% operator wanita untuk regu A yang ada termasuk dalam beban kerja dengan nilai A yang memiliki prestasi kerja yang sangat baik karena beban kerja yang ada melebihi 100%, dan jika dilihat dari jumlah karyawannya masih termasuk kategori kurang. Sedangkan 10% lainnya termasuk dalam nilai B dengan prestasi kerja baik, dan 10% sisanya termasuk dalam nilai C dengan prestasi kerja cukup. Akan tetapi, dengan beban kerja maksimal adalah 112%, penambahan pekerja pun tidak perlu dilakukan.

E <0.5

Sangat Kurang

4.4.5. Analisis Produktivitas Pekerja dengan Pekerjaan sesuai Job Desk Masing-masing Pekerja

Jika dilihat dari hasil data pengamatan yang tertera pada Lampiran 1 hingga Lampiran 40, pekerja yang ada cenderung melakukan pekerjaan multi tasking. Dengan kata lain, setiap pekerja harus memiliki kemampuan untuk mengerjakan keseluruhan pekerjaan yang ada di bagian material preparation. Baik itu memindahkan material, memastikan kesesuaian stock material, men-supply material, dan membersihkan lantai di bagian material preparation. Selain itu, ada pula 2 pekerja wanita pada regu A yang ternyata hanya sebagai pekerja sementara pada bagian material preparation, yaitu pekerja H dan pekerja I. Hal inilah yang menjadikan data produktivitas yang dimiliki oleh pekerja bagian material ini menjadi terlihat ambigu.

Berikut ini rincian job desk yang seharusnya masing-masing pekerja lakukan:

a. Pekerja A : pengawas material, bertugas untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan material, memastikan kesesuaian material dengan stock, membantu pekerja lain mensupply material.

b. Pekerja B dan E : pekerja supply, bertugas untuk menyuplai material yang berupa lem, filter, alcohol, dan bekerja di gudang sortiran untuk mengurus material yang nantinya akan disortir.

c. Pekerja C, D, F, G, H : pekerja material, bertugas untuk menyuplai material dan mengurus material di lantai material preparation.

menemukan hasil produktivitas bersih yang dialami masing-masing pekerja, dengan cara menganggap aktivitas pekerja yang tidak sesuai dengan job desknya dianggap sebagai idle atau pekerjaan menganggur. Dengan demikian diasumsikan jika pekerja tersebut tidak melakukan job desknya berarti pekerja yang bersangkutan sedang tidak memiliki pekerjaan pada waktu ketika diamati. Di samping itu, pada analisis tambahan ini, kedua pekerja wanita sementara di regu A di bagian material preparation tidak dianggap karena tidak seharusnya berada di bagian ini sehingga pada data analisis ini kemudian dihilangkan.

Oleh karena

itu,

untuk

Dengan cara yang sama seperti langkah-langkah pada sub bab 4.4.1 hingga 4.4.3 di atas, diperoleh hasil pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13. Hasil Data Percobaan Persentase, Waktu Baku, dan Beban Kerja Pekerja Wanita Regu A Persentase

Nama Waktu Baku Beban Kerja

Produktivitas

Pekerja A

106% Pekerja B

103% Pekerja C

106% Pekerja D

113% Pekerja E

94% Pekerja F

108% Pekerja G

106% Pekerja J

112% Dari data di atas, ternyata ada perbedaan dengan

hasil analisis data pada tabel 4.11 dan gambar 4.12. Jika masing-masing pekerja diharuskan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan job desk masing-masing, persentase produktivitas pekerja tersebut cenderung kecil, yaitu sekitar 67% hingga 83.33%, meskipun beban kerja yang dialami masing-masing pekerja cenderung besar karena bernilai lebih dari 90% dengan prestasi kerja yang tergolong baik.

Hal ini cukup membuktikan bahwa dengan adanya 8 pekerja saja sudah sangat cukup untuk ditempatkan di bagian material preparation dan tidak diperlukan lagi adanya penambahan pekerja.

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan selama Kerja Praktek di bagian material preparation PT Djarum Kudus yang bertempat di OASIS, mengenai produktivitas pekerja wanita regu A, dapat diketahui bahwa pekerja wanita regu A menerapkan pekerjaan multi tasking di mana setiap pekerja harus mampu untuk melakukan keseluruhan pekerjaan yang ada di bagian material preparation. Pekerjaan yang dimaksud meliputi menyuplai material, memastikan kesesuaian stock material, mengumpulkan aval,

membersihkan lantai di bagian material preparation, memindahkan material, menata material di bagian material preparation.

Dengan adanya pekerjaan multi tasking ini ternyata sangat mempengaruhi tingkat produktivitas yang dialami oleh masing-masing pekerja. Ada pun hal positif yang ditimbulkan

pekerja seharusnya menganggur, pekerja tersebut dapat membantu pekerja lain dalam melakukan pekerjaannya sehingga mempermudah pekerjaan yang ada.

adalah

ketika

Dalam konteks pekerjaan yang multi tasking, produktivitas pekerja yang ada termasuk dalam kategori baik karena nilai produktivitas yang ada lebih besar dari 70%. Jika dilihat dari kondisi saat ini, pekerja wanita regu A yang berjumlah 8 orang (dengan pekerja H dan pekerja I yang berjabat sebagai pekerja sementara di bagian material preparation diabaikan) sudah tergolong sangat cukup dengan prestasi kerja yang dapat Dalam konteks pekerjaan yang multi tasking, produktivitas pekerja yang ada termasuk dalam kategori baik karena nilai produktivitas yang ada lebih besar dari 70%. Jika dilihat dari kondisi saat ini, pekerja wanita regu A yang berjumlah 8 orang (dengan pekerja H dan pekerja I yang berjabat sebagai pekerja sementara di bagian material preparation diabaikan) sudah tergolong sangat cukup dengan prestasi kerja yang dapat

5.2. Saran

Berkaitan dengan perbaikan ke depannya, penulis mengusulkan beberapa saran yang berkaitan dengan produktivitas pekerja beserta usulan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pekerja wanita regu A yang meliputi:

1. Berdasarkan analisis produktivitas pekerja, dengan adanya produktivitas yang ada masih belum optimal karena masih jauh dari nilai 100%. Sehingga pekerjaan yang ada perlu ditambah, yang dapat dilakukan dengan cara membantu pekerja di bagian pre filter maker dalam mensuplai acetate tow.

2. Penataan layout di material preparation sebaiknya diusahakan lebih optimal dan pasti. Hal ini sering kali dikeluhkan oleh pekerja wanita regu A karena peletakkan material yang cenderung tersebar dan tidak teratur. Masalah ini justru sangat menyulitkan pekerja yang tentunya dituntut untuk bekerja dengan cepat tetapi dikarenakan oleh hal ini mereka diharuskan untuk mencari terlebih dahulu material yang tersedia.

3. Untuk dapat menyelaraskan pendapat dan peraturan antar regu, sebaiknya diperlukan adanya meeting antar kepala regu dan pengawas pada masing-masing regu sehingga nantinya dapat membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan pengaturan dan penyelesaian arsip-arsip di bagian material preparation.

4. Pemberian reward dan penghargaan terhadap regu yang prestasi kerjanya baik yang berguna untuk memotivasi pekerja. Di samping itu, dapat juga dilakukan dengan cara diadakan refreshing paling tidak setiap 2 tahun sekali

jenuh dalam menjalankan rutinitas pekerjaannya sehari-hari.

sehingga

pekerja

tidak