PERJALANAN PANJANG ATAS PERJALANAN PANJANG ATAS

PERJALANAN PANJANG ATAS PERJALANAN PANJANG ATAS

“Kamisan”

tua paruh baya. Beberapa payung pun patah dalam ke- amis itu, mentari sore mulai

K telah cukup untuk membuat kita tidak be- Masing-masing peserta aksi tentunya memiliki motif

jadian itu. Setelahnya, meskipun dijaga oleh tiga tronton menjilati kulit. Ditambah dengan aparat, aksi tetap mereka lakukan, bergandengan tangan emisi kendaraan yang lewat di

agar tidak terpisah satu sama lain.

depan Istana Negara. Hawa ini

Perjuangan yang Belum Berakhir

tah dan ingin segera pulang ke rumah. Na- tersendiri yang nantinya melahirkan semangat yang sangat mun tidak bagi sekelompok Ibu dan Bapak besar untuk berjuang. Contohnya Ibu Sumarsih. Peristiwa berpayung hitam itu. Walau sebagian ram- tragis yang mengiringi reformasi 10 tahun yang lalu tidak but sudah mulai memutih, mereka tetap

akan pernah terlupa di benaknya. Pada peristiwa Semanggi berdiri selama sejam di seberang istana

I tanggal 13 November 1998, anak sulungnya B.R. Norma putih itu. Aksi berjejer ini tidak sekali pun

Irmawan, mahasiswa semester 5 jurusan Akuntansi Uni- membuat mereka lelah. Mereka percaya

versitas Atmajaya, meninggal terkena timah panas petugas pada pepatah ”batu yang ditetesi oleh air

di bagian dada.

secara terus-menerus pasti hancur juga”. Sebenarnya ia telah berusaha melindungi anak sulung- “Kamisan”, begitulah aksi ini mereka

nya itu, “sebagai orangtua, saya melarang Wawan untuk namakan. Aksi ini dilakukan setiap ming-

demo,” ungkapnya. Wawan patuh pada sang ibu. Ia mem- gunya pada hari Kamis mulai pukul 16.00

batasi diri dengan hanya mengadakan seminar-seminar di sampai 17.00. Beratributkan pakaian

dalam kampus dan mengabdikan diri sebagai relawan ke- dan payung hitam yang menurut mereka

manuisaan, bukan peserta demonstrasi. Namun tetap saja, melambangkan keteguhan cinta terhadap

“...motivasi saya adalah cinta, saya mencintai wawan…, maka saya

harus membelanya.”

orang-orang yang dibunuh oleh aparat, aksi demonstrasi dilakukan. Sebuah aksi tanpa pengeras suara, tanpa orasi, dan tentunya tanpa keributan. Hanya spanduk dibentangkan lebar-lebar, payung ber- tuliskan tuntutan, dan foto-foto korban pelanggaran HAM.

Mereka merupakan korban dan ke- luarga korban tindak pelanggaran HAM yang tergabung dalam JSKK ( Jaringan Solidartias Korban dan Keluarga Korban). Memasuki minggu ke-65, berbagai rintan- Mereka merupakan korban dan ke- luarga korban tindak pelanggaran HAM yang tergabung dalam JSKK ( Jaringan Solidartias Korban dan Keluarga Korban). Memasuki minggu ke-65, berbagai rintan-

pada hari naas itu, tentara masuk ke kampus At- jang 3 bulan dari pekerjaannya setelah kejadian itu. majaya. Malang tidak dapat ditolak. Hasil otopsi dr. “Perihal meninggal saya Ikhlas, cara meninggalnya Budi Sampurno dari RSCM menunjukkan peluru

ini yang saya minta negara bertanggungjawab!” un- masuk ke dada, menembus paru dan jantung sebe- gkapnya tegas. “Supaya tidak ada korban baru lagi,” lah kiri. Berdasarkan penyeledikan Komnas HAM, lanjutnya. Rupanya ia tidak ingin lagi ada Ibu lain

Wawan tertembak ketika berusaha menolong merasakan penderitaan dirinya. para korban. Terbukti dengan ditemukannya obat-

Waktu cutinya dimanfaatkan Ibu Sumarsih obatan di dalam tas yang masih menggantung di

menuntaskan pertanyaan-pertanyaan seputar punggungnya ketika itu.

kematian ananknya. Berbagai instansi terkait ia

Meninggalnya Wawan meninggalkan luka yang datangi. Mulai dari Kodam Jaya, Puspom, sampai mendalam bagi keluarganya. Ibu Sumarsih, yang

ke Fraksi ABRI di DPR. Namun hasil yang di- sekarang berumur 56 tahun, mengambil cuti pan-

dapat ternyata nihil, seperti juga nasib pengusutan kasus-kasus serupa yang terjadi di kurun waktu yang hampir bersa-

maan. Tragedi Semanggi, Peristiwa Trisakti, dan kasus lainnya ternyata telah menjadi bola panas yang di- hindari oleh pihak yang seharusnya

bertanggung jawab dalam penyidi- kannya. Sepuluh tahun sudah waktu

ia habiskan untuk menuntut keadi- lan, namun wanita yang sebagian

rambutnya telah memutih ini tidak akan menyerah. “Yang memotivasi saya adalah cinta, saya mencintai

Wawan…, maka saya harus membe- lanya!” ucapnya dengan yakin.

10 tahun waktu untuk perjuan- gan Ibu Sumarsih ternyata belumlah lama. Pak Bejo, juga merupakan

peserta aksi ”Kamisan”, sudah 43 tahun berjuang untuk nasibnya. Ia

merupakan korban ’65, dimana diduga terjadi pembantaian besar- besaran terhadap rakyat yang diang- gap sebagai anggota atau antek dari

Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Pak Bejo, pembantaian waktu itu tidak hanya untuk mereka yang dianggap anggota. “Ya Bapak- nya, ya anaknya, itu semua dibantai Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Pak Bejo, pembantaian waktu itu tidak hanya untuk mereka yang dianggap anggota. “Ya Bapak- nya, ya anaknya, itu semua dibantai

melarikan diri ke Jakarta. Setelah 5 tahun, akh- irnya pada tahun 1970, ia berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Salemba selama 9 tahun.

Selama sembilan tahun dalam Penjara Salemba merupakan penderitaan bagi Pak Bejo. Disana, ia dan tahanan politik (tapol) yang lain diinterogasi, dipukul, disetrum, dan disiksa. “Penjara tahanan

kriminal saja (perlakuannya-red) lebih baik,” ka- tanya. Tapi, disana juga ia bisa banyak belajar

karena para tapol merupakan orang yang pintar, terpelajar, namun dianggap berbahaya. Setelah

keluar penjara, Pak Bejo masih diperlakukan se- cara diskriminatif. Setelah Reformasi ’98, ia mulai bergabung bersama tapol-tapol yang lain untuk memperjuangkan pengusutan atas ketidakadilan

yang ia dan rekan-rekannya terima. Perjalanan Ibu Sumarsih dan Pak Bejo mung- kin hanya segelintir dari banyak cerita tentang pelanggaran HAM di Indonesia. Perjuangan mer- eka pun tidak akan ada artinya jika pemerintah ti- dak mempunyai kemauan untuk mengurai benang

kusut pelanggaran HAM ini. Harapan menyeruak kala UU No.2000 tentang pengadilan HAM

disahkan. Namun, belum terlihat juga hasil yang diinginkan. Perjalanan Ibu Sumarsih selama10 tahun dan penderitaan Pak Bejo selama 43 tahun merupakan sebuah catatan keyakinan di lembar hitam pelanggaran HAM di Indonesia.

HAFIZ MIZAN PILIANG U

/S R IO /S R IO

amuk massa = asYik massa?

TITAH.SUMA

K korban amukan massa setelah ni kebenarannya namun―jika bo-

“HaJar!!!”

ejadian diatas adalah

Ada Kerumunan

Keheningan malam pun

Anggapan bahwa amuk massa pecah. Segerombolan

pengalaman seorang

membudaya di Indonesia itu bu- manusia berlari

Yono (bukan nama asli).

kan sesuatu yang yang bisa diami- menyerang seorang

Setahun lalu, ia menjadi

leh dikatakan―memang begitulah engah ia berlari

aksinya mencuri perhiasan keta-

sifat dasar manusia. Ia cenderung menyelamatkan diri dari

lelaki muda. Terengah-

huan. Perbuatan Yono memang

salah. Namun mengadili Yono

melakukan self-defense apabila

dengan amukan juga tidak dapat

sesuatu yang penting terancam sesuatu yang penting terancam

hanya terjadi apabila ada kum-

politik, sosial, dan ekonomi. Ti- pulan orang. Hal ini ditegaskan

satu atau dua minibus penuh

dak hanya pada kelompok elit, oleh Daisy Indira Yasmine,