PEREMPUAN PASCA 10 TAHUN REFORMASI

PEREMPUAN PASCA 10 TAHUN REFORMASI

Dra. Masruchah Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia

ADE/SUMA

T pertama perempuan yang berdiri pada era refor- akan mengadaptasi AD/ART partai, saat kongres

utur katanya tegas, tapi jangan sangka ia ggara Pemilu. Lalu juga ada UU Partai Politik galak. Ia sangat vokal apabila berbicara

yang memang jelas mengatakan bahwa setiap par- mengenai masalah perempuan. Organisasi tai baru perlu melibatkan 30% perempuan sampai yang dipimpinnya merupakan organisasi

di tingkat nasional dalam pembentukkannya. Ini

masi dan telah memiliki lebih dari 15.000 anggota atau munas harus melakukan revisi AD/ARTnya.) di seluruh Indonesia.

Di sela-sela kesibukan-

nya, Beliau meluangkan waktu untuk diwawan-

Apakah arah gerakan perempuan sudah sesuai cara oleh reporter SUMA, Ni Made Kumara Santi dengan cita-cita?

Dewi, langsung di kantornya yang berlokasi dae- Masih ada yang melenceng karena konteks rah Pasar Minggu.

otonomi daerah juga perlu direview dan direfleksi- kan kembali, karena kebijakan-kebijakan di lokal

Perkembangan apa yang terjadi dalam gerakan

ini banyak yang mengatur kehidupan perempuan

perempuan selama 10 tahun reformasi?

selain soal pelacuran terutama perda anti maksiat, Pada masa orba (Orde Baru, -red) organisasi

Jika perempuan keluar di atas jam 9 malam bisa kena perempuan relatif dibungkam oleh negara. Saya

razia. Saya pikir ini kan adalah hak berekspresi, melihat 10 tahun reformasi ada beberapa kema-

dan hak asasi manusia. Dalam hal berbusana juan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan

misalnya dia mau pakai jilbab atau tidak berjilbab yang terkait dengan perlindungan perempuan

itu kan haknya bukan tergantung kepada pikiran misalkan ada UU Kewarganegaraan yang tahun

orang-orang. Tetapi intervensi terhadap agama orang-orang. Tetapi intervensi terhadap agama

nalarnya. Di satu sisi ini memang peluang politik adalah hal yang mudah untuk bisa mengaitkannya. yang baik, tapi jika kemudian ini dikunci dengan

Ini realita, tapi semua ini alatnya adalah tubuh aturan-aturan moral. Saya pikir merupakan ma-

perempuan. Nah, di tingkat nasional itu mungkin salah besar bahwa seksualitas perempuan dikontrol kebijakan itu susah untuk diimplementasikan sepenuhnya oleh negara. Kembali lagi ini adalah

maka yang dijadikan alat ya konten porno. Ok, mainstream yang tetap mengatur perempuan me-

kita sepakat pada masalah-masalah yang porno, lalui organisasi. Tapi sekarang ini diatur secara

tetapi sudah ada UU yang mengatur sendiri men- individu-individu dan kontrolnya adalah moral.

genai masalah itu. Lalu untuk apa membuat UU Pornografi yang sebenarnya definisinya sendiri

Apa pendapat Anda tentang pornografi?

belum jelas? Jika kita melihat di daerah-daerah Begini ketika di di zaman rezim Orba kelom-

masalah mengenai pornografi ini sudah diwadahi pok-kelompok agama atau ranah agama dibatasi

dengan perda-perda syariah atau perda jilbabisasi. dan dilarang masuk. Tapi ketika reformasi, siapa

Menurut saya hal ini sebenarnya adalah masalah pun bebas menyuarakan suaranya. Dulu kelompok besar. kanan atau kelompok-kelompok keras, funda- mentalis itu tidak diperbolehkan masuk ke ranah

Harapan Anda ke depan?

negara. Atau agama apa pun lah bahkan yang pal- Saya berharap isu perempuan ini menjadi isu ing moderat sekalipun negara tidak menyuarakan

sosial. Jadi tidak bisa jalan sendiri, gerakan sosial hal itu. Itu merupakan urusan personal. Sekarang

berjalan sendiri gerakan perempuan berjalan send- ini semuanya menggunakan label agama. Entah

iri karena masalah perempuan juga masalah sosial. caranya lewat menawari sesuatu, jual buku atau

Yang kedua bagaimana di antara teman-teman ger- tawaran bimbingan dan

akan perempuan sendiri lain-lain. Ada main-

juga saling menguatkan stream agama masuk di

“saya pikir merupakan masalah karena problem perempuan,

sini. Di sekolah-sekolah

ancamannya itu banyak bisa saja terjadi kes-

besar bahwa seksualitas

sekali, bagaimana kita epakatan guru Agama

perempuan dikontrol

harus bekerja secara ber- mengatakan untuk me-

sepenuhnya oleh negara”

sinergi dan mengadakan ningkatkan ketakwaan

gerakan massiv baik di dan keimanan, maka

tingkat lokal, nasional, siswa-siswi harus sholat

maupun dunia. Persoa- berjamaah. Atau siswi

lan lokal juga persoalan perempuan sebaiknya ba-

nasional, persoalan na- junya di bawah lutut atau

sional persoalan lokal mengenakan jilbab. Ini

sehingga harus menjadi merupakan taktik para

gerakan bersama. Kelom- guru agama. Ketika saya

pok-kelompok organisasi tanya di beberapa tempat,

perempuan yang punya aturan ini merujuk pada

konstituen dan basis harus UU Sisdiknas, karena

sering-sering melakukan di dalam UU Sisdiknas

konsolidasi karena jika ti- konsolidasi karena jika ti-

DESENTRALISASI KESEHATAN:

askeskin diCaBut, masYarakat diruGikan

I atau sekitar 30 persen dari total adanya distribusi tanggung pertama yang membuat sistem

ni satu lagi kasus bu-

satunya adalah masalah kes-

tas Indonesia.

ruknya persatuan di

ehatan masyarakat. Kesehatan

Berdasarkan keterangan Drs.

negara kita. Sebanyak 76,

di era desentralisasi sekarang ini

Chairul Anwar, Apt (anggota

4 juta masyarakat miskin

diharapkan lebih baik, karena

Komisi IX DPR-RI), masalah

penduduk Indonesia diper-

jawab ke provinsi-provinsi dan

desentralisasi ini tidak berjalan

mainkan oleh beberapa pihak

sebagaimana mestinya adalah yang tidak bertanggung jawab.

kabupaten. Pemerintah daerah

tingkat pemahaman peny- Seharusnya merekalah yang

diberikan keleluasaan untuk

memanajemen wilayahnya sesuai elenggara kesehatan, baik yang mendapatkan pemeliharaan hid- dengan kondisi mereka. Se-

berada di pusat dan di daerah.

kesehatan

di, pada amandemen ke 4 UUD

syarakat bukanlah PT Askes

45 setelah reformasi dinyatakan

atau Departemen Kesehatan.

secara eksplisit bahwa negara

“Masyarakatlah pemilik ang-

menjamin pelayanan kesehatan

garan itu”. Jelas Chairul dalam

bagi masyarakat dan menjamin

harian Tempo, 21 Februari 2008,

fasilitas medis. Intrepretasinya

hal. 7 , tertera bahwa Menteri

dari UU ini adalah kesehatan

Kesehatan Siti Fadilah Supari merupakan hak masyarakat. Se- telah memutuskan tetap bekerja luruh masyarakat miskin, secara

sama dengan PT Askes dalam

penuh akan ditanggung oleh

penyelenggaraan Askeskin 2008.

pemerintah. “Jika mereka sakit,

Namun yang terjadi setelah itu

dengan hanya membawa kartu

adalah perseteruan antara Di-

miskin atau Surat Keterangan

rektur Utama PT Askes dengan

Tidak Mampu”, jelas Sandi.

Menkes Siti Fadilah Supari.

Berdasarkan keterangan

Akhirnya Askeskin dicabut

Chairul Anwar, bahwa wujud

diganti menjadi Jaminan Kes- konkret negara menjamin pelay- ehatan Masyarakat (Jamkesmas). anan kesehatan bagi masyarakat

Hal ini menjadi pembahasan

khusus oleh komisi IX DPR-RI. tas yang ada sebagai modal dasar. Komisi ini meminta Menkes Fasilitas pelayanan kesehatan

yaitu dengan menjadikan fasili-

untuk meninjau ulang peralihan masyarakat diberikan unsur in- Askeskin menjadi Jamkesmas. put seperti sinergisme, anggaran

Sementara hal ini belum jelas, , manejemen, visi-misi kesehatan, Menkes telah mengatakan Ask-

sehingga outcome yang dihasil-

eskin beralih menjadi Jamkes-

mas yang disampaikannya dalam undang-undang. Namun kondisi sambutan pertemuan sosialisasi yang ada sekarang seakan terjadi Jamkesmas di JCC, Senayan, Ja-

kan sesuai dengan cita-cita

kesalahan manajemen, ketidak-

karta, Rabu (26/3/2008).

sinergisan, visi-misi tidak jelas.

Menkes pernah menyam-

“Misal visi Indonesia Sehat 2010, paikan bahwa beberapa alasan sekali dengan pusat. “Timbul-

PUTRI.SUMA

akhirnya kerjasama Askeskin nya gejala seperti Bupati atau

sekarang sudah 2008 dan ting-

dicabut dari Gubernur yang bertindak seb-

gal 2 tahun lagi, jika dikatakan

PT Askes adalah terjadi agai raja-raja kecil yang ingin

ini sangat sulit, apalagi dengan

penggelembungan dana tung- kekuasaannya penuh dalam

kondisi “centang pertang” sep-

gakan Askeskin. Pemerintah mengatur masalah-masalah di

erti ini,” lirih Cahirul dengan

diminta mengeluarkan dana daerah,” papar Chairul. Masalah

nada pesimis.

sebesar Rp 10 triliun untuk 74,6 yang ketiga, adalah masalah atau kan Chairul yang juga alumni

Contoh lain yang diungkap-

juta rakyat miskin yang masuk masalah penataan yang artinya

kuota penerima Askeskin. Se- belum terjadi dukungan yang

Fakultas MIPA Universitas

Indonesia yaitu permasalahan

mentara dana yang tersedia di mentara dana yang tersedia di

Dengan membentuk Jamkes- mas sekarang ini, akan menim- bulkan permasalahan baru dan lagi-lagi yang menjadi korban adalah masyarakat. Pasalnya, pembentukan Jamkesmas tentu- lah membutuhkan penyesuaian yaitu waktu, uang, orang (SDM), dan jaringan. “Hal ini sama saja dimulai lagi dari nol,” jelas Chairul yang mengetok meja saat memaparkan hal ini. Ia pun menambahakan. “Kesehatan itu hanya menjadi kelinci perco- baan, tidak ada desain dari awal. Seharusnya dari tahun ketahun makin membaik, namun ke- nyaatanya tahun pertama sampai dengan ketiga “tengkar” kemu- dian tahun keempat memulai dari nol.” Berarti tahun kelima sama seperti tahun kedua. Ka- pan mau beres?” tandas Chairul, lelaki berkopiah yang kerap kali disapa ustaz oleh sekitar, saat

Suma UI mewawancarainya di Gedung Jamsostek YTKI.

Chairul Anwar juga menam- bahkan, “Jika saja Siti Fadilah dapat memperkirakan hal ini dari awal tentulah akan lebih baik.” Disini terlihat bahwa tidak adanya konsep yang kuat, valid, dan jelas, untuk perma- salahan Askeskin. Sebenarnya dalam melangkah, Menkes su-

pernah meminta Departemen Kesehatan, PT Askes dan pihak

rumah sakit untuk membenahi mekanisme kerja sama penge- lolohan Askeskin ini.

Sebagaimana yang diung- kapkan oleh United Nations De- velopmnent Programme (UNDP),

tingkat indeks pembangunan manusia Indonesia masih ter- tinggal dibanding negara-negara lain. Padahal, salah satu unsur terpenting dalam indeks pem- bangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan.

Kondisi ini membuat negara

berkomitmen untuk meningkat- kan kesehatan masyarakat. Hal ini terlihat dari pemerintah me- naikkan anggaran kesehatan di tahun 2005 sekitar 5 triliun dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang sekarang

menjadi 18 triliun, seperti yang diungkapkan oleh Chairul

Anwar.

Namun menurut hasil diskusi mahasiswa FKM UI dalam forum kelas Kebijakan

Kesehatan, meskipun ada

kenaikan anggaran di masa desentralisasi tetap saja outcome dari kinerja kepemerintahan kesehatan sama saja, dan tidak ada bedanya, bahkan masalah kesehatan begitu “polemik”.

Hal ini dikarenakan, kesehatan tidak cukup berbicara anggaran,

namun manajemen input, dan komitmen menjalankan proses

dan juga kerjasama baik intern departemen dan antar departe- men terkait.

Jika saja kesehatan ma- syarakat dapat ditingkatkan ini berarti mendukung masyarakat untuk produktif secara ekonomi, seperti cita-cita UU 23 tahun

1992. Jika pendapatan atau kon- disi ekonomi masyarakat secara individual meningkat berarti meningkat pula perekonomian bangsa. Melihat kecenderungan ini, maka kesehatan menjadi sektor yang dikedepankan untuk memulihkan kondisi bangsa, meskipun masalah akan terus muncul. Terbukti dari adanya peningkatan aggaran kesehatan, dana pengurangan subsidi BBM

yang dialihkan kepada kes- ehatan. Hal-hal ini juga didu-

kung oleh Presiden SBY sendiri, seperti dalam pidato-pidatonya

yang pro terhadap kesehatan termasuk Askeskin, dan bahkan

sempat memimpin rapat kabinet terbatas bidang kesehatan di Departemen Kesehatan 20 Feb-

ruari Silam. CHRISSENDY T.L.SITORUS

kesehatan

cerita pendek

iVorY

“N Daleem.”

ama lengkap lu apa?” “Come on, that’s the fact, Ivo! Jadi, mulai se- “Ivory.”

karang elu gua panggil Ivo Si Gigi Gajah, hihi.” “Udah, gituh ajah?”

Selorohku, menggodanya. Menggoda Ivo. Cewek “Iya, begitu saja. Singkat. Padat.

cantik sok idealis yang aku kenal seminggu lewat

sudah sejak demonstrasi menentang kebijakan “Oh.” Responku, datar.

pemerintah mengimport jarum pentul Made in Ger- “Kok elo gak keliatan penasaran, sih?”

many. Cewek yang sekarang lagi menghisap seba- “Apa?”

tang mild dalam-dalam usai menonton Ayat-Ayat “Nama gue!”

Cinta di 21 Detos bersamaku. “Emangnya ada apa dengan namamu, Ivo?”

“Oh, elo Dadang?”

“Katanya lo interest sama gue! Huh, gimana siy, “Dadang Mulayana kasep, tepatnya.” Jawabku nama gue kan unik!”

cengar-cengir saat pertama kali berkenalan “Emang Ivory bahasa mana, ya? Sejenis bumbu

dengannya.

masak, bukan?”

“Ketua Imaho ?”

“Hmm, h0keh, sekarang gue percaya kalo nilai “Bukan, Neng. Itu mah Dadang Mahendra. Gua pdpt bahasa inggris lu `C`!”

mah normal.” Ralatku, menyelamatkan image pada “Hihi, maap deh, pengaruh gejala gizi buruk

pertemuan pertama.

waktu masih kanak-kanak.” “Oh. Ngapain lo ikut demo?” “Ivory, demikian bonyok kasih nama gue.” Kata

“Ditraktir mie ayam sama korlapnya.” Jawabku Ivo sambil menangkupkan kedua tangannya meny- jujur, sambil megang pantat 2 , entah salah tingkah, angga dagu, tatapannya seolah menerawang.

salah urat atau salah syaraf. “Hmm.” Aku juga gak mau kalah, kucondong-

“Ck, yang kek elu nih ngerusak citra mahasiswa.” kan tubuhku dan melakukan perilaku yang sama

Ivo geleng-geleng kepala.

dengan Ivo, bedanya tatapan mataku hinggap ke “Emang alesan lu ikut demo?” meja seberang, memperhatikan seorang nenek

“GUE MAU NGERUBAH BANGSA INI!” tengah menganiaya cucunya yang baru saja

melempar juice cabe rawit super tepat ke mata “MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI!” sang nenek.

Glek. Gua cuma bisa keselek mendengar penu- “Ivory itu artinya GADING, bego…!” katanya

turan Ivo. Otak gua gak nyampe. Ke laut aja luh, sambil menjulek dahiku.

Dadang! Seolah seperti itu arti tatapan mata Ivo “Hmm.” Dengan keterbatasan kapasitas otak

padaku.

aku mencoba memahaminya.

“Elo gila, ya.”

“Ada pepatah yang menyatakan tak ada gading “Huh?” pernyataan sadis Ivo itu menyeretku dari yang tak retak.”

alam flashback.

“Oke, lalu apa hubungannya peryataan dari “Semua orang tadi pada nangis nonton AAC, eh, si pepatah yang merangkap jadi bandit pengutil

elu malah ketawa cekikikan minta dicekek.” gading gajah itu dengan nama lu, Ivo?”

“Hihi, abis gua ngebayangin yang gak sadarkan “Begitulah gue adanya. Gue nggak sempurna,

diri bukan Maria, tapi elu Ivo. Terus, yang berusaha Dang. Seperti nggak ada gading yang gak retak.”

menyadarkan bukan Fahri, tapi gua, si Dadang Tandas Ivo, sok puitis.

Kasep.”

“Hmm, jadi elu kek gading, ya?” “Begitu gue sadar, terus yang pertama kali gue “Right.”

lihat muka elo, Dang, pasti gue langsung teriak-te- lihat muka elo, Dang, pasti gue langsung teriak-te-

nyari jangkrik.” Aku bisa lebih lucu dari Komeng, demi kamu “!” Ivo melotot padaku, seolah berkata: apa-

Ivo!

kah kau tak malu dengan mahasiswa-mahasiswa “Beno itu…pemberani!” pahlawan Ampera dan pahlawan reformasi yang

Demi elu, Ivo, Mak Lampir juga bakal gua ce- telah merelakan jiwa mudanya untuk negeri ini?!

kek kalo berani-berani nyentuh rambut lu! Lupakan Mahasiswa durjana kau!

Beno! Please.

“Yah, nyari jangkrik kan juga ikut membantu me-

“Beno itu…ganteng.”

ningkatkan ekonomi bangsa, Ivo.” Kilahku cengen- Gue? Apa bedanya jempol, eh, muka gue sama gesan, sambil mencomot french fries yang mulai

Afghan?

mendingin di meja kami.

“Beno itu…cerdas.”

Para pengunjung resto silih berganti, tetapi GLEK. Kalau yang ini gua juga ragu. kami belum hendak beranjak. Diam-diam kucuri

“Yang terpenting Beno itu orangnya berwibawa tatap pahatan-pahatan wajah cantik Ivo yang ken-

dan idealis banget!”

tara menyuratkan adanya sumbangan kromosom

SKAK MAT!

ras Arya yang angkuh dalam tubuhnya. Cocok

denganku yang juga berwajah indo kalau begitu. Alkisah, Ivo akhirnya resmi jadi calon istri si Meskipun wajahku mirip tukang tape konon kata-

Beno satpam, eh, ketua senat sialan itu! Hingga nya kakeknya dari kakekku adalah mantan legiun

pada suatu hari terjadilah peristiwa yang menghe- asing Perancis yang tersohor di kancah perang

bohkan!

dunia. Yah, jadi wajar saja kulitku jadi hitam manis “Ivo turun! Jangan nekat, Ivo!” teriak beberapa begini. Mercy. Ehehehe.

mahasiswa yang berusaha menolong. Hmm, Ivo, rasanya ingin sekali aku mengatakan

“Jangan pada ngedeket! Gue lompat nih!” teriak bahwa aku…,

Ivo sambil melakukan aksi sirkus di atas pagar “Dang!” seru Ivo, menghentakan lamunanku.

pembatas jembatan Teksas yang menghubungkan “Uhm, apa?” Jawabku dengan tatapan mata

fakultas teknik dan sastra. penuh cinta.

“Ivo, kalo jatuh elu mati!” Seruku merangsek ke “Gue pengen ngomong sesuatu sama lo.” Ucap

depan mendekati Ivo.

Ivo sambil mengaduk-aduk orange squash di “Ya iyalah, mati! Bego lo, Dang! Udah, jangan hadapannya.

ngedeket lagi!”

“…?” Aku semakin mencondongkan tubuhku, “Ivo, setidaknya elu katakan alasanya! Kenapa, menanti apa yang akan diucapkan Ivo.

Ivo? Bukan kek gini Ivory yang gue kenal!” “Gue…, keknya gue…, gue jatuh cinta…sama,”

“Tak ada gading yang tak retak, Dang! Saat ini “STOP! STOP, IVO! Nggak perlu segitunya! Bia-

hati gue bukan hanya retak, tapi remuk!” rin gue yang nembak elu!” seruku setengah histeris,

euphoria, tidak menyangka bahwa akhirnya Ivo

“BENO sialan!”

menyadari pesona dahsyat alamiah yang aku miliki.

“Hah?”

Uoh! “Iya, Dang. Beno ngekhianatin gue.” “Jangan gila, lo, Dang.” Reaksi Ivo kemudian.

“Ngepet. Berani-beraninya dia nyakitin hati lu! “Tapi, Ivo, gua…,”

Biar gua cabutin semua bulu yang melekat di tu- “Gue JATUH CINTA sama BENO!” Pekik Ivo

buhnya!” eng ing eng, aku jadi superman dadakan, dengan mata penuh cahaya.

“Dia ngapain lu, Ivo?!”

“Gua juga jatuh cinta…WHAT?! Elu jatuh cin-

“Dia selingkuh.”

tanya sama Beno?!” seruku gak terima. Kenapa

“Sama siapa?”

bukan sama gue, Ivo? Rintih hatiku.

“Asia Carrera.”

“Iya, Dang! I am fall in love with him!” “Oh, sama si Asia…HAH?! Itu kan bintang porno “With BENO?”

termahsyur abad ini!” termahsyur abad ini!”

segitu harumnya ajah menyimpan retaknya sendiri! iVorY “Baiklah Ivo, jika kau memaksa.” Aku pasang

“Kok elu malah belain Beno, sih!”

tulus.

“Seperti kata elu, Ivo. Nggak ada gading yang “Cium! Cium!” pekik segerombolan mahasiswa semulus Miyabi 4 . Eh, ups!”

berakal bulus.

“Siapa tuh, Miyabi?” “Gue aja! Gue aja!” jerit napsu beberapa orang “Tukang pecel. Udah, lupain ajah.”

mahasiswa berwajah nista. “Beno sudah mencemarkan nama gue dan

“Tapi, duh, gimana ya,” aku pasang tampang nama pergerakan mahasiswa dengan kelakuannya

seolah dipaksa melakukan sesuatu yang sangat itu!”

kubenci. Ivo tersenyum penuh arti. Ups. Rupanya “Ivo, di dunia fana ini emang nggak ada yang

dia dapat membaca ekspresi sebenarnya dalam sempurna. Elu sendiri tau kan, isu kondom bekas

hatiku yang berteriak-teriak: Yes! Yes! Come on, yang bertebaran di gedung perwakilan rakyat pas-

babe. Lets kiss!

capendudukan gedung itu oleh mahasiswa Mei “Please, Dang. Gue nggak pengen ngebawa be- 1998? Lihat, buka mata Ivo, gading reformasi yang

kas bibir Beno ke akherat.”

Apalagi hanya seorang Beno?!”

muka paling hipokrit.

“Tapi gue tetep nggak bisa terima kenyataan ini, Seorang mahasiswa berinisiatif memasang Dang!”

hijab 7 dari sepanduk bertuliskan ucapan selamat “Emang Beno udah ngapain ajah sampe elu ne-

atas terpilihnya dekan fakultas yang baru. gerasa tercemar dan nggak bisa terima gitu?”

Maka kami berciuman. Dimulai perlahan. Lalu “Dia udah…,”

semakin ketat. Semakin dalam. Semakin larut. “Apa?””

Hingga tak sadar ketika Ivo melepaskan bibirnya, “Beno udah…,”

aku ambil inisiatif merangsek menghapus bagian- “APA?! DIAPAIN?!” aku yang jadi heboh sendiri,

bagian lain di wajah dan leher jenjang Ivo yang garuk-garuk selangkangan.

kusinyalir terdapat jejak-jejak Beno. “Hiyah, elo tau sendirilah, apa yang udah kita

“Adakah bekas lain dari tubuh Beno di tubuhmu lakukan sebagai sepasang kekasih.” Lirih Ivo me-

yang perlu kuhapus dengan tubuhku?” lirihku, saat malingkan wajahnya, bersiap-siap hendak mence-

tiba di daun telinga Ivo. Rintik hujan mulai berting- burkan diri ke danau.

kah saat aku mengatakan kalimat yang sangat Beno…dasar, pendekar durjana pemetik

propokatif itu.

bunga 5 kau! Makiku membatin. “Cukup, Dang. Biarkan hujan yang menghapus Awan terlihat tebal menutupi langit sehingga air

semua bekas yang ditinggalkan Beno pada diriku.” danau nampak begitu kelam dan suasana di seki-

Usai berkata demikian Ivo menanggalkan satu per tarnya lebih mencekam.

satu pakaiannya, tanpa sisa sehelai benang. “I “Dang…,” mendadak Ivo kembali memalingkan

wanna naked in the rain.” Ujar Ivo, setengah berbi- wajahnya, menatapku, lekat.

sik, kepadaku.

“Iya?”

Damn, lucky rain!

“Elo mau nolongin gue gak?” Maka hujanpun terjun bebas sejadi-jadinya, “Apapun Ivo!” seru gue serta merta, “gue siap

penuh gairah membasuh tubuh telanjang Ivory, kok kalau harus bertanggung jawab atas perbua-

seolah memenuhi titahnya, menghapus sisa-sisa tan yang dilakukan Beno. Kalau lahirnya cewek kita

Beno yang melekat dalam tubuh dan jiwanya, kasih nama…,”

merekatkan kembali serpih-serpih gading hatinya “Nggak segitunya, Dang! Mending gue disuntik

yang telah remuk hilang bentuk. mati aja.” Ivo sempat-sempatnya tersenyum sebe-

ENDANG RUKAMANA lum menuntaskan niat harakirinya.

Depok, Mei 2008 “?”

“Dang…,” Ivo menatapku lekat, penuh harap.

Jakarta, 2.15 pagi

aya masih sangat men- gantuk sebenarnya. Tapi apa mau dikata, jarum jam telah lewat 15 menit

dari angka 2. Sudah dua hari ini, saya juga harus menggantikan teman yang sedang sakit. Ia me- mohon agar saya menggantikan- nya untuk beberapa hari. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaan ini karena tanggungannya banyak, istrinya dua dan punya enam anak. Saya pun tidak tega me- nolak permintaannya. Dengan mata masih setengah terpejam, saya bersiap-bersiap untuk be- rangkat kerja.

Jakarta masih sepi ketika saya tiba, hanya satu dua mobil yang lalu lalang dan beberapa truk besar. Angin pun masih dingin menusuk sampai ke tulang. Benar-benar menyiksa tubuh kurus saya yang hanya dibalut dua lapis pakaian. Per- angkat tempur untuk bekerja sudah saya bawa. Sarung tangan, sapu lidi besar bergagang pan- jang sudah di tangan dan kain penutup kini sudah dililitkan di wajah. Saatnya membersihkan

Namun, betapa terkejutnya saya ketika akan kembali mem- bersihkan jalanan melihat lebih banyak polisi yang berjaga-jaga di sekitar Bundaran HI.

“Mau ada apa lagi nih, mas?” tanya saya ke Karjo teman

sekerja saya

”Mahasiswa mao demo kat- anya”

“Demo apa lagi?” ”Katanya sih tentang repor-

masi!”

”Oh...,” jawab saya sekenanya ”Repormasi udah 10 taon

katanya, jadi mao didemo-in

sama mahasiswa. Gua gak ngerti dah maunya apaan, tapi ini mah bakal nambah-nambahin ker- jaan kita aja...!!”, tambah Karjo agak sewot.

***

Sudah sepuluh tahun? Be- narkah? Secepat itukah waktu berjalan? Mendengar kata ”Re-

formasi” saya selalu teringat

bapak, ibu, dan Ika adik saya. Entah dimana mereka sekarang. Berarti sudah hampir sepuluh tahun saya hidup sendirian.

Reformasi, menurut orang- orang sih bagus untuk negeri ini.

Bahkan sering pulang sampai larut malam dan pagi-paginya bapak sudah pergi lagi. Menurut cerita ibu, bapak sedang mem- perjuangkan kebenaran. Tapi kebenaran apa? Saya sama sekali tidak mengerti. Yang saya tahu, bapak saya hanyalah seorang pengusaha besi bekas sederhana bukan pengusaha kaya. Bapak cuma punya 6 pekerja. Tapi berkat kerja kerasnya, bapak bisa mencukupi kebutuhan keluarga kami dan keenam pekerjanya. Bapak saya adalah orang yang ulet, berani, dan keras. Dia juga suka menolong orang yang se- dang kesusahan. Dugaan saya, karena menolong orang itulah bapak saya hilang.

Sekitar bulan September 1997, Bapak saya pernah marah besar. Sampai-sampai dia me- lempar besi-besi tuanya karena emosi. Saya dan Ika yang me- lihat kejadian itu benar-benar takut. Kata Bang Pino, salah satu pekerja bapak, ini karena Kak Faisal. Pekerja termuda ini menghadap bapak dan men- gatakan akan berhenti bekerja karena ingin aktif di pergerakan