Analisis Impulse Response Function (IRF)

4.4 Analisis Impulse Response Function (IRF)

IRF menunjukkan bagaimana respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap kejutan dari variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. IRF digunakan untuk melihat pengaruh kontemporer dari sebuah variabel IRF menunjukkan bagaimana respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap kejutan dari variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. IRF digunakan untuk melihat pengaruh kontemporer dari sebuah variabel

4.4.1 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Volume Impor Beras

Guncangan volume impor beras sebesar satu standar deviasi pada periode pertama akan meningkatkan volume impor beras sebesar 1,21 persen. Pada periode-periode berikutnya, respon volume impor beras masih positif namun nilainya semakin menurun. Respon volume impor beras terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada jangka panjangnya, yaitu pada periode kesepuluh dimana respon volume impor beras adalah sebesar 0,6 persen.

4.4.2 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Rasio Harga Beras Dalam Negeri terhadap Harga Beras Dunia

Guncangan rasio harga beras dalam negeri terhadap harga beras dunia sebesar satu standar deviasi juga tidak langsung direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Respon positif mulai muncul pada periode kedua sebesar 0,17 persen . Respon positif terus berlangsung hingga akhir periode dan mencapai kesetimbangan pada periode ketigabelas dimana volume impor beras berfluktuasi sekitar 0,2 persen dari rata-ratanya. Hal ini sesuai dengan hasil persamaan jangka panjang dan teori keseimbangan parsial dalam perdagangan internasional bahwa semakin besar kesenjangan antara harga domestik dengan internasional maka volume impor juga semakin besar.

4.4.3 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Rasio Produksi terhadap Konsumsi Beras Dalam Negeri

Guncangan rasio produksi terhadap konsumsi beras dalam negeri sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada tahun pertama.

Pada tahun kedua dan ketiga guncangan rasio produksi terhadap konsumsi beras mulai direspon negatif oleh volume impor beras sebesar 0,22 persen dan 0,36 persen. Guncangan rasio produksi terhadap konsumsi beras terus menimbulkan fluktuasi terhadap volume impor beras dalam jangka panjang, hingga pada periode kesebelas volume impor beras baru menunjukkan keseimbangan dengan respon negatif sebesar 0,4 persen. Sesuai teori perdagangan internasional, semakin kecil excess demand yang terjadi maka volume impor juga semakin kecil. Hasil ini juga sesuai dengan hasil persamaan jangka panjang yang menunjukkan bahwa rasio produksi terhadap konsumsi beras berpengaruh negatif terhadap volume impor beras.

4.4.4 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Rasio Ketergantungan Impor

Guncangan rasio ketergantungan impor beras sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Respon positif baru muncul pada periode ke dua kemudian pada periode ketiga respon berbalik arah menjadi negatif. Fluktuasi terus terjadi hingga periode keenambelas dan keseimbangan baru tercapai pada periode keduapuluh dengan respon sekitar 0,05 persen. Hal ini sejalan dengan hasil persamaan jangka panjang yang menunjukkan bahwa volume impor beras dan rasio ketergantungan impor memiliki hubungan positif.

4.4.5 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Kebijakan Liberalisasi Perdagangan Beras

Respon volume impor beras terhadap guncangan kebijakan liberalisasi perdagangan beras baru muncul pada periode kedua sebesar 0,2 persen. Volume Respon volume impor beras terhadap guncangan kebijakan liberalisasi perdagangan beras baru muncul pada periode kedua sebesar 0,2 persen. Volume

4.4.6 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan PDB

Respon volume impor beras terhadap guncangan PDB sebesar satu standar deviasi belum tampak pada periode pertama. Mulai periode kedua muncul respon positif sebesar 0,17 persen. Respon positif pada jangka panjang semakin besar dan hingga akhir periode volume impor beras memberikan respon positif terhadap guncangan PDB. Hasil ini sesuai dengan hasil persamaan jangka panjang yang menunjukkan hubungan positif antara volume impor beras dan PDB.

4.4.7 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Pertumbuhan Penduduk

Guncangan pertumbuhan penduduk sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Respon mulai muncul pada periode kedua sebesar 0,07 persen, respon terus menurun hingga periode kedelapan bahkan pada periode kesembilan respon berbalik arah menjadi negatif. Pada periode kesepuluh respon kembali positif hingga akhir periode. Keseimbangan tercapai pada periode kelimabelas dimana volume impor beras merespon positif guncangan pertumbuhan penduduk sebesar 0,02 persen. Hasil Guncangan pertumbuhan penduduk sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Respon mulai muncul pada periode kedua sebesar 0,07 persen, respon terus menurun hingga periode kedelapan bahkan pada periode kesembilan respon berbalik arah menjadi negatif. Pada periode kesepuluh respon kembali positif hingga akhir periode. Keseimbangan tercapai pada periode kelimabelas dimana volume impor beras merespon positif guncangan pertumbuhan penduduk sebesar 0,02 persen. Hasil

4.4.8 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Nilai Tukar Riil

Guncangan nilai tukar riil sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Pada periode kedua dan ketiga volume impor beras memberikan respon positif sebesar 0,01 persen. Pada periode keempat respon berbalik arah menjadi negatif sebesar 0,16 persen. Hingga akhir periode guncangan nilai tukar riil direspon negatif oleh volume impor beras. Sesuai dengan hasil persamaan jangka panjang nilai tukar rupiah riil dan volume impor beras berhubungan negatif, depresiasi nilai tukar membuat harga beras impor menjadi relatif lebih mahal dan mengurangi volume beras yang diimpor.