Norma Faktor-faktor Penentu Pemilihan Kode

Pemilihan Kode..., Yulia Mutmainnah. Mater Program in Linguistics, Diponegoro University ©2008, UNDIP Institutional Repository kode bahasa yang lebih luas dibandingkan dengan penutur yang mempunyai pendidikan dan wawasan yang rendah. Penggunaan kode bahasa oleh penutur tersebut tidak lepas dari pengaruh pergaulan dan pengetahuan penutur.

3. Norma

Salah satu fungsi bahasa sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia dalam masyarakat tidak bisa terlepas dari norma-norma yang berlaku dalam berbudaya. Etika berbahasa ini erat hubungannya dengan pemilihan kode bahasa dan norma-norma sosial. Pada penelitian tentang pemilihan kode pada masyarakat tutur Jawa ini, norma dasar yang ada pada masyarakat Jawa tetap berlaku pada masyarakat tutur Jawa yang berada di kota Bontang. Dalam masyarakat Jawa, mereka memperlakukan bahasa Jawa sebagai cara untuk menghormati orang lain. Norma yang ada pada masyarakat tutur Jawa ini terlihat pada kosakata yang dipilih dalam bertutur. Dalam berinteraksi verbal, masyarakat tutur Jawa masih memegang teguh norma-norma yang biasa ada pada masyarakat Jawa, yakni dengan tetap mempertimbangkan kepada siapa dia bertutur dan ragam bahasa apa yang sesuai dengan sosial budayanya. Pada masyarakat tutur Jawa di kota Bontang, terdapat dua kode dasar yang digunakan dalam berinteraksi verbal, yakni kode BI dan kode BJ. Dalam bertutur dengan mitra tutur yang bukan berasal dari daerah Jawa dan dengan mitra tutur yang hubungannya tidak dekat, masyarakat tutur Jawa di kota Pemilihan Kode..., Yulia Mutmainnah. Mater Program in Linguistics, Diponegoro University ©2008, UNDIP Institutional Repository Bontang cenderung untuk menggunakan kode BI dalam komunikasi verbal mereka. Hal ini disebabkan karena adanya jarak antara penutur yang satu dengan lainnya. Sedangkan pada suasana formal, mereka juga menggunakan kode BI dalam bertutur karena dinilai kode BI lebih sesuai dan lebih memasyarakat terutama pada suasana formal dimana penutur yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut tidak hanya berasal dari suku Jawa. Kode BJ dalam masyarakat tutur Jawa dapat dibedakan menjadi dua ragam, yakni ragam krama dan ragam ngoko. Seperti halnya pada masyarakat tutur Jawa pada umumnya, masyarakat tutur Jawa di kota Bontang juga masih memegang norma pemilihan ragam tersebut dalam bertutur. Dengan mempertimbangkan kepada siapa dia bertutur, masyarakat tutur tersebut harus menentukan ragam krama atau ngoko yang akan digunakannya. Namun demikian, norma pemakaian ragam krama dan ngoko ini nampaknya tidak terdapat pada masyarakat tutur Jawa yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya. Bagi masyarakat tutur Jawa yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya, mereka terbiasa menggunakan kode BJ dengan dialek khusus, yakni dialek Surabaya. Walaupun pada dialek Surabaya juga terdapat istilah krama dan ngoko, masyarakat tuturnya lebih terbiasa bertutur dengan menggunakan ragam ngoko dialek Surabaya dalam bertutur tanpa mempertimbangkan kepada siapa dia bertutur. Pemilihan Kode..., Yulia Mutmainnah. Mater Program in Linguistics, Diponegoro University ©2008, UNDIP Institutional Repository 30 KONTEKS : PERCAKAPAN YANG TERJADI ANTARA SEORANG LELAKI DENGAN MERTUANYA DI SEBUAH RUMAH. P1 : Omah wes dadi ki yo syukuran, ngundang tangga-tangga kene karo kanca-kancamu. Rumah sudah jadi itu ya syukuran. Mengundang tetangga- tetangga di sini dan teman-temanmu P2 : Syukuran duwite sapa? Nek Bapak gelem ngetokno duwit nggo syukuran yo gak apa-apa. Aku wes gak duwe duwit neh, wes entek nggo mbangun. Wes lah, syukurane keri gampang. Sing penting saiki iso mangan. Syukuran uangnya siapa? Kalau Bapak mau mengeluarkan uang untuk syukuran ya tidak apa-apa. Saya sudah tidak punya uang lagi, sudah habis untuk membangun. Sudah lah, syukurannya nanti saja, gampang. Yang penting sekarang bisa makan Pada peristiwa tutur di atas, P2 tetap menggunakan kode BJ ragam ngoko dalam bertutur dengan P1 walaupun P1 tersebut adalah ayah mertuanya. Dalam hal ini, norma yang ada pada masyarakat Jawa pada umumnya tidak berlaku bagi P2 yang merupakan penutur jati BJ dari daerah Surabaya. Bagi P2, dia merasa terbiasa dan nyaman dengan BJ yang dia gunakan selama ini, walaupun dia bertutur dengan lawan tutur yang usianya lebih tua darinya. Walaupun P2 berada di kota Bontang yang jaraknya jauh dari Surabaya, namun ragam bahasa yang digunakannya tidak bisa lepas dari budaya yang sangat kuat yang dia bawa dari daerah asalnya. Pemilihan Kode..., Yulia Mutmainnah. Mater Program in Linguistics, Diponegoro University ©2008, UNDIP Institutional Repository

BAB V VARIASI ALIH KODE, VARIASI CAMPUR KODE

DAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL PENENTUNYA Pada penelitian ini, ditemukan berbagai bentuk alih kode dan campur kode yang muncul dalam peristiwa tutur pada masyarakat tutur Jawa di kota Bontang. Variasi bentuk itu dapat dilihat dari pemilihan kode bahasa yang dialihkan atau kode bahasa lain yang dicampurkan dalam proses tuturan. Dilihat dari dasar bahasa, peristiwa alih kode dan campur kode tersebut dapat dikategorikan dalam dua variasi bentuk, yaitu 1 alih kode dan campur kode dengan dasar BI; dan 2 alih kode dan campur kode dengan dasar BJ. Selain itu, pada penelitian ini juga ditemukan faktor- faktor yang menyebabkan alih kode dan campur kode.

A. Variasi Alih Kode

Pada penelitian tentang pilihan kode pada masyarakat tutur Jawa di kota Bontang ini, terdapat dua kode dasar variasi alih kode, yaitu 1 alih kode dengan kode dasar BI, dan 2 alih kode dengan kode dasar BJ. Alih kode jenis tersebut terjadi pada semua ranah pemilihan bahasa yang memungkinkan terjadinya pemilihan BI dan BJ sebagai kode dasar.