KERENTANAN KOMUNITAS NELAYAN DALAM KONTEKS PERUBAHAN IKLIM: STUDI KASUS DI PULAU AMBON, MALUKU

Penutup

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji pengaruh perubahan iklim adalah tingkat kerentanan. Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang dipengaruhi oleh proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dapat meningkatkan resiko terhadap dampak bahaya. Dalam konteks sosial, kerentanan merupakan fungsi dari paparan (exposure), kemampuan adaptasi (adaptive capacity) dan sensitifitas (sensitivity). Paparan merupakan derajat (seberapa jauh) suatu sistem sosial secara alamiah rentan terhadap perubahan iklim. Sensitifitas merupakan tingkat suatu sistem terkena dampak sebagai akibat dari semua elemen perubahan iklim, termasuk karakteristik iklim rata-rata, variabilitas iklim, dan frekuensi serta besaran ekstrim. Dampak tersebut dapat merugikan ataupun menguntungkan. Efek-efek tersebut dapat secara langsung (seperti perubahan hasil panen karena perubahan iklim atau variabilitas temperatur) atau secara tidak-langsung (seperti kerusakan yang disebabkan oleh kenaikan frekuensi banjir di pesisir sebagai akibat dari kenaikan muka air- laut).

Kerentanan nelayan di lokasi penelitian terkait dengan ekologi dan mata pencaharian mereka di mana kawasan pesisir secara teori adalah daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Selain itu penduduk yang bergantung kepada keramahan alam adalah kelompok yang juga paling rentan dan peka terhadap dampak perubahan iklim. Hasil penelitian menemukan bahwa ketergantungan komunitas terhadap sumberdaya laut yang mencakup hampir dari 90 persen anggota masyarakat membuat dimensi paparan meliputi hampir semua komunitas nelayan. Laju perubahan lingkungan yang melampaui pengetahuan dan keterampilan nelayan yang bersumber dari pengalaman dan pengetahuan turun temurun membuat nelayan sangat peka terhadap dampak perubahan iklim.

Perubahan iklim pada wilayah penelitian telah menurunkan produktivitas nelayan secara signifikan. Tidak berhenti di situ, tekanan perubahan iklim juga berdampak pada aspek-aspek sosial budaya komunitas meliputi aspek sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, struktur sosial dan posisi sosial nelayan. Termasuk dalam kerentanan itu adalah kerentanan pangan mengingat beras dan hampir seluruh kebutuhan pokok masyarakat tidak diproduksi oleh nelayan melainkan didatangkan dari luar pulau, terutama pulau Jawa dan Sulawesi. Kerentanan pada sektor ini terletak pada dua sumber yakni, pertama perubahan kebiasaan penduduk dari mengkomsumsi makanan lokal yang melimpah dan ‘pro iklim’ kepada Perubahan iklim pada wilayah penelitian telah menurunkan produktivitas nelayan secara signifikan. Tidak berhenti di situ, tekanan perubahan iklim juga berdampak pada aspek-aspek sosial budaya komunitas meliputi aspek sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, struktur sosial dan posisi sosial nelayan. Termasuk dalam kerentanan itu adalah kerentanan pangan mengingat beras dan hampir seluruh kebutuhan pokok masyarakat tidak diproduksi oleh nelayan melainkan didatangkan dari luar pulau, terutama pulau Jawa dan Sulawesi. Kerentanan pada sektor ini terletak pada dua sumber yakni, pertama perubahan kebiasaan penduduk dari mengkomsumsi makanan lokal yang melimpah dan ‘pro iklim’ kepada

Hal ini berarti bahwa komunitas di lokasi penelitian sudah sangat ‘terpukul’ oleh dampak negatif perubahan iklim. Tekanan alam telah secara nyata menjadi yang menjadi faktor yang dapat mengganggu atau bahkan merugikan kehidupan mereka sehingga berimplikasi pada kerentanan komunitas. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah adaptasi maka nelayan akan terpuruk pada krisis penghidupan. Untungnya, meskipun memiliki sumber daya terbatas dalam menghadapi dampak perubahan iklim, komunitas memiliki aspek-aspek yang menguatkan kemampuan adaptasinya. Kemampuan adaptasi yang dimiliki memberi kemampuan kepada komunitas untuk melakukan penyesuaian (adjust) terhadap perubahan iklim, meliputi kondisi pada aspek sosial-ekonomi, penghidupan dan kelembagaan.

Referensi

Abidin, H.Z., H. Andreas, R. Djaja, M.Gamal, T. Deguchi dan Y. Maruyama. 2008. “Penurunan Tanah di Wilayah Jakarta: Karakteristik, Penyebab dan Dampaknya”. Dalam Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Kenaikan Muka Laut Relatif dan Kerentanan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia: Status Report Hasil-hasil Penelitian (hlm. 66-91). Jakarta: BRKP.

Agrawal, A. 2008. The Role of Local Governance and Institutions in Livelihoods Adaptation to Climate Change, Paper Prepared For The Social Dimensions of Climate Change, Social Development Department, The World Bank, Washington DC, March 5-6, 2008.

Carpenter, S., B. Walker, J. Anderies, and N. Abel. 2001. “From Metaphor to Measurement: Resilience of What to What?”. Ecosystems 4(8): 765-781.

Church, J.A. and J.A. W th hite. 2006. “A 20 Century Acceleration in Global Sea- Level Rise”, Geophysical Research Letter, Vol. 33, L01602.

Denzin, N.K. and Y.S. Lincoln (eds.). 2000. Handbook of Qualitative Research (Second Edition), Thousand Oaks: Sage Publication Inc. DKP Provinsi Maluku, 2007. Laporan Tahunan 2006. Ambon: DKP Maluku. DNPI. 2011. Pemetaan Kerentanan di Daerah Provinsi serta Inventarisasi Kebijakan dan

Kelembagaan dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim. Jakarta: DNPI. Eakin, H. 2005. “Institutional Change, Climate Risk, and Rural Vulnerability: Cases from Central Mexico”. World Development 33(11): 1923-38. Folke, C. 2006. “Resilience: the emergence of a perspective for social-ecological systems analyses”. Global Environmental Change 16: 253-67. Gornitz, V. 1995. “Sea level rise: A Review Of Recent Past and Near-Future Trends”. Earth Surf. Proc. Landforms 20: 7-20. Hadi, S, I.M. Radjawane, R. Widiaratih, E. Riawan. 2008. “Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut”. Dalam Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Kenaikan Muka Laut Relatif dan Kerentanan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia: Status Report Hasil-hasil Penelitian (hlm. 110-124). Jakarta: BRKP.

Howden, S. M., J.F. Soussana, and F.N. Tubiello. 2007. “Adapting Agriculture to Climate Change”. Proceedings of the National Academy of Sciences 104(50): 19691-96. IIED, 2007. Climate change: study maps those at greatest risk from cyclones and rising seas. London,

and Development and Development

IPCC. 2007. Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge: Cambridge University Press.

Jones, R., R. Boer, L. Mearns, and S. Magezi. 2004. “Assessing Current Climate Risks”. In Bo Lim, Erika Spanger-Siegfried, Ian Burton, Eizabeth Malone and Saleemul Huq (eds.). Adaptation Policy Frameworks for Climate Change: Developing Strategies, Policies and Measures (pp: 91-117). Cambridge University Press. Available on line at http://www.undp.org/gef/05/kmanagement/pub_practitioner.html

KNLH. 2007. Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Kurniadi, 2008. “Kerentanan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Akibat Naiknya Paras Muka Air Laut di Kabupaten Tulang Bawang”. Dalam Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Kenaikan Muka Laut Relatif dan Kerentanan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia: Status Report Hasil-hasil Penelitian (hlm. 57-65). Jakarta: BRKP.

Kurnio, H. 2008. “Isu Perubahan Permukaan Laut dalam Perspektif Geologi Kelautan melalui Kajian Coastal Vulnerabilit Indeks (CVI) Beberapa Pesisir Terpilih Pulau Jawa”. Dalam Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Kenaikan Muka Laut Relatif dan Kerentanan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia: Status Report Hasil-hasil Penelitian (hlm. 170-190). Jakarta: BRKP.

Maguire, B. and S. Cartwright. 2008. Assessing a Community’s Capacity to Manage Change:

A Resilience Approach to Social Aassessment. Australia: Bureau of Rural Sciences. Manyena, S.B. 2006. “The Concept of Resilience Revisited”, Disasters 30(4): 433−50. Marfirani, R dan I, Adiatma. 2012. “Pergeseran Mata Pencaharian Nelayan Tangkap Menjadi

Nelayan Apung di Desa Batu Belubang. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012.

Marr C. 2009. Keadilan Iklim dan Penghidupan yang Berkelanjutan. Bogor: Down to Earth International Campaign for Ecological Justice in Indonesia. Marshall, N.A., P.A. Marshall, J. Tamelander, D. Obura, D. Malleret-King, and J.E. Cinner. 2010. A Framework for Social Adaptation to Climate Change; Sustaining Tropical Coastal Communities and Industries. Gland, Switzerland: IUCN.

Meliana, T. 2005. Studi Daerah Rawan Genangan Akibat Kenaikan Paras Muka Laut dan

Penurunan Muka Tanah di Jakarta Utara. Tugas Akhir. Jurusan Oseanografi, ITB. Nelson, D.R., W.N. Adger, and K. Brown. 2007. “Adaptation to Environmental Change: Contributions of a Resilience Framework”. Annual Review of Environment and Resources 32: 395-419.

Nicholls, R.J. and Frank M.J.H. 2000. Global Vulnerability Analysis. Encyclopedia of Coastal Science. Kluwer: Academic Publisher. Patriana, R. 2011, Pola Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Iklim. Tesis. Program Studi Sosiologi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Pranowo, M.B. 2009. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Pustaka Alfabet. Priyambodo, B. 2005. Banjir di Daerah Pantai yang Mengalami Penurunan Tanah dan

Dipengaruhi oleh Peningkatan Muka Air Laut. Disertasi. Jurusan Teknik Sipil, ITB. Rahmasari, L. 2011. “Strategi Adaptasi Perubahan Iklim bagi Masyarakat Pesisir”. Jurnal Sains dan Teknologi MARITIM. Vol. X(1): 1-11.

Resilience Alliance. 2009. Resilience, 25 December, www. resalliance.org/576.php Rosenzweig, C., and M. Parry. 1994. “Potential impact of climate change on world food

supply”. Nature 367: 133–38. Salim, E. 2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Smit, B. and J. Wandel. 2006. “Adaptation, Adaptive Capacity and Vulnerability”. Global

Environmental Change 16: 282-92. Subair, M.Y. Rumra, dan S. Amal. 2008. Segregasi Pemukiman Berdasar Agama: Solusi atau Ancaman? Pendekatan Sosiologis-Filosofis atas Interaksi Orang Islam dan Orang Kristen Pasca Konflik 1999-2004 di Kota Ambon, Yogyakarta: Grha Guru.

Sutisna, S. 2002. Monitoring Permukaan Laut Akibat Pemanasan Global dan Dampaknya pada Daerah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Bakosurtanal. Tahir, A. 2010. Formulasi Indeks Kerentanan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil: Kasus Pulau Kanu-Kota Batam, Pulau Barrang Lompo-Kota Makasar, dan Pulau Saonek- Kabupaten Raja Ampat. Disertasi, Sekolah Pascarajana IPB, Bogor.

Tauli-Corpuz, V., R. Chavez, E. Baldo-Soriano, M.C. Magata, Golocan, M.V. Bugtong, L. Enkiwe-Abayao dan J. Cariño. 2009. Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat, Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Down to Earth. Jakarta: Tebtebba Foundation.

Tompkins, E.L. and W.N. Adger. 2004. “Does Adaptive Management of Natural Resources Enhance R esilience to Climate Change?”. Ecology and Society 9(2): 10. [online] URL:http://www.ecologyandsociety.org/vol9/iss2/art10.

UNDP. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim : Mengapa Indonesia harus beradaptasi untuk melindungi

(Thailand) Co., Ltd. http://www.adb.org/documents/translations/indonesian/climate-change-highlights-id.pdf UNEP. 2009. Climate Change Science Compendium. Catherine P. McMullen, Jason Jabbour, Eds. http://www.unep.org/pdf/ccScienceCompendium2009/ cc_ScienceCompendium- 2009_full_en.pdf.

Walker, B.S., J. Carpenter, A.N. Anderies, G. Cumming, M. Janssen, L. Lebel, J. Norberg, G. Peterson, and R. Pritchard. 2002. “Resilience Management in Socio-Ecological Ssystems: A Working Hypothesis for A Participatory Approach”. Conservation Ecology, 6(1): 14, at http:// www.consecol.org/vol16/iss1/art14.

Yohe, G. and Tol, R.S.J. 2002. “Indicators for social and economic coping capacity - moving to ward a working definition of adaptive capacity”, Global Environmental Change 12:

25- 40.