i. Dilakukan pencatatan dan pengamatan pada pasien. j. Skor mual dan muntah maka dinilai masalah PONV pada pasien setelah 1,6,12,
dan 24 jam pertama setelah pemberian tramadol suppositori dan tramadol intra vena. Skala point dari 0 tidak mual dan muntah, 1 mual, 2 muntah, 3
Penderita mengalami mual lebih dari 30 menit atau muntah 2 kali k. VAS adalah alat yang digunakan untuk mengukur nyeri. Caranya dengan
menanyakan kepada pasien dan memintanya untuk menunjukkan intensitas nyerinya pada sepanjang garis horizontal 0 -100mm.
Gambar VAS l. Penelitian dihentikan bila terjadi blok total spinal, kegawatan jalan nafas, jantung,
paru dan otak yang mengancam jiwa.
3.7 Identifikasi variabel a. Variabel independen :
a. Tramadol suppositori 100 mg b. Tramadol intra vena 100 mg
b. Variabel dependen :
a. Mual b. Muntah
Universitas Sumatera Utara
3.8 Rencana manajemen dan analisa data
a. Data yang akan terkumpul dianalisa dengan EPI Info. b. Interval kepercayaan yang dipakai 95
3.9 Definisi operasional
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah VAS, skor , mual, dan muntah setelah pemberian tramadol suppositori dan tramadol intra vena .
• Spinal anestesi : tindakan anestesi dengan cara memberikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid. Tehnik ini cukup efektif dan mudah dikerjakan. Obat
anestesi lokal yang banyak digunakan adalah bupivakain 0,5 hiperbarik, oleh karena bupivakain memiliki lama kerja blokade sensorik dan motorik yang cukup
panjang. • Tramadol: merupakan suatu opioid sintetik yang memiliki efek samping mual dan
muntah. • Mual disebut merupakan sensasi yang timbul sebelum terjadi muntah, ditandai
dengan perasaan khusus didaerah lambung dan penolakan makanan. • Muntah : mengeluarkan cairan yang ada didalam lambung.
3.10 Masalah etika
Dalam penelitian ini dilakukan anestesi spinal . Pada anestesi spinal bisa terjadi beberapa kemungkinan :
a. Total blok anestesi spinal . Hal ini bisa terjadi ketika pada anestesi spinal tergantung pada kecepatan memberikan obat anestesi, posisi pasien saat spinal .
Penanganannya adalah dengan menjaga jalan nafas dan memberikan oksigen 100 kalau perlu intubasi, memberikan cairan koloid dan efedrin dan siap dengan obat-
obat darurat misal adrenalin, sulfas atropine dan alat-alat darurat misalnya set intubasi dan DC-Shock.
Universitas Sumatera Utara
b. Terjadi post dural puncture headache PDPH. Hal ini bisa terjadi karena kebocoran cairan serebrospinal ketika spinal puncture dengan menggunakan
spinocan nomor besar no 23 G ke atas. Insiden kejadian PDPH Di RS Adam Malik Medan dilakukan dengan spinocan yang sudah cukup baik yaitu nomor 25 G
– 27 G sehingga insiden PDPH sudah sangat jarang terjadi. Namun bila terjadi dapat diatasi dengan posisi pasien tetap berbaring terlentang selama minimal 24
jam dan rehidrasi cukup adekuat. c. Pada anestesi spinal juga bisa terjadi hipotensi akibat blok simpatis. Dikatakan
hipotensi bila terjadi penurunan tekanan darah sampai 20 dari tekanan darah basal dan masih dapat ditolerir oleh pasien-pasien dewasa muda yang sehat.
Namun untuk mengantisipasi terjadinya hipotensi maka sudah disiapkan cairan kristaloid dan efedrin. Bila terjadi hipotensi segera diberikan efedrin 5 – 10 mg,
dan ekstra cairan kristaloid sebanyak 250 ml. Bila perlu ditambah lagi efedrin 10 mg dan ekstra pemberian kristaloid sampai 2 mlkg.
d. Bila nyeri hebat paska bedah dilakukan pemberian ketorolac 30mg8jam iv e. Bila timbul depresi nafas paska bedah, diterapi dengan naloxone 1µgkgBB.
f. Bila timbul mual muntah hebat di terapi dengan ondansentron 4mg12 jam
Universitas Sumatera Utara
3.11 PROSEDUR KERJA