menjadi kurang dan pihak bank meminta tambahan benda jaminan untuk melunasi
seluruh sisa utang beserta bunganya.
36
Adanya klausula baku seperti yang disebut di atas, maka klausula‐klausula ini
mengesampingkan hak‐hak konsumen yang tercantum dalam Pasal 4 huruf c UUPK yaitu
“hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
danatau jasa”.
E. Jual beli menurut KUH Perdata
Secara umum pengertian jual beli kredit menurut istilah adalah menjual sesuatu
dengan pembayaran tertunda, dengan cara memberikan cicilan dalam jumlah‐jumlah
tertentu dalam beberapa waktu secara tertentu, lebih mahal dari harga kontan.
37
Dengan pengertian lain dapat dikatakan bahwa jual beli kredit adalah:
“pembayaran secara tertunda dan dalam bentuk cicilan dan dalam waktu‐waktu yang
ditentukan”. Jual
beli adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya sudah dilahirkan sebagai suatu
perjanjian yang sah pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai
unsur‐unsur yang pokok yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai
barang yang tak bergerak.
38
Sifat konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam Pasal
1458 yang berbunyi: “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu
mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang
36
Subekti R, 1996, Jaminan‐jaminan Untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan Menurut
Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung ,
hal 33
37
http:ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com201203hukum-jual-beli-secara- kredit.html diakses 26 Oktober 2013
38
Subekti, Hukum Perjanjian, hlm. 79-80
Universitas Sumatera Utara
itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”. Perkataan jual beli sebenarnya
terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual” dan “beli”
mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang.
39
Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual. Sedangkan beli
adalah adanya perbuatan membeli.
Dengan demikian perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam
satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak yang lain membeli, maka dalam hal ini
terjadilah peristiwa hukum jual beli.
Dari defenisi yang dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa jual beli itu
dapat terjadidengan cara :
40
1. Pertukaran
harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan 2.
Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar
yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
Oleh karena perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang
mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual
kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah
dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli.
41
Dalam kehidupan dewasa ini semakin hari tingkat kebutuhan semakin
meningkat, apalagi budaya konsumtif sudah semakin meluas ditengah‐tengah
masyarakat, tidak jarang untuk pembeliannya dengan cara kredit.
42
39
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Cetakan Kedua, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal 33
40
Ibid
41
Ibid
42
Ibid, hal 50
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dimaksud dengan pembelian dengan cara kredit ini adalah suatu
pembelian yang dilakukan terhadap sesuatu barang, yang mana pembayaran harga
barang tersebut dilakukan secara berangsur‐angsur dengan tahapan pembayaran yang
telah disepakati kedua belah pihak pembeli dan penjual. Adapun jenis jual beli kredit
yang lazim dilakukan oleh anggota masyarakat dewasa ini adalah seperti Kredit
Pemilikan Rumah KPR, Kredit Kendaraan, Kredit alat‐alat rumah tangga dan lain‐lain
sebagainya.
43
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli kredit adalah
pembayaran yang tertunda dengan cara cicilan, bisa dengan adanya tambahan harga
ataupun tidak. Namun biasanya jual beli secara kredit itu memang dengan adanya
tambahan harga dari yang kontan.
Dalam suatu masyarakat, dimana sudah ada peredaran uang berupamata uang
sebagai alat pembayaran yang sah, perjanjian jual beli merupakansuatu perjanjian yang
paling lazim diadakan diantara para anggotamasyarakat.Wujud dari perjanjian jual beli
ialah rangkaian hak‐hak dankewajiban‐kewajiban dari kedua belah pihak, yang saling
berjanji, yaitu sipenjual dan si pembeli.Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457
sampai dengan Pasal 1540 KUHPerdata. Pengertian jual beli menurut Pasal
1457KUHPerdata adalah; “suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, danpihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.”
Dari pengertian menurut Pasal 1457 KUHPerdata tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik, dimanapihak
43
Ibid
Universitas Sumatera Utara
penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang danpihak pembeli
berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan.Hak milik suatu barang yang
semula dimiliki pihak penjual, akan berpindahtangan kepada si pembeli apabila sudah
ada penyerahan secara yuridis sesuaidengan ketentuan Pasal 1459 KUHPerdata.
Perjanjian jual beli dianggaptelah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya
orang ‐orang inimencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya,
meskipunkebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar Pasal1458
KUHPerdata.Barang dan harga inilah yang menjadi unsur pokok dariperjanjian jual
beli.
44
Menurut Pasal 1517 KUHPerdata, jika pihak pembelitidak membayar harga pembelian,
maka itu merupakan suatu wanprestasiyang memberikan alasan kepada pihak
penjual untuk menuntut ganti rugiatau pembatalan perjanjian menurut ketentuan
‐ketentuan Pasal 1266 dan1267 KUHPerdata.“Harga“ tersebut harus berupa sejumlah
uang. Jikadalam suatu perjanjian tidak menunjuk kepada dua hal tersebut barang
danuang, maka itu akan merubah perjanjiannya menjadi tukar menukar, ataukalau
harga itu berupa jasa, perjanjiannya akan menjadi suatu perjanjiankerja, dan begitulah
seterusnya. Dalam pengertian jual beli sudah termaktubpengertian bahwa disatu
pihak ada barang dan dilain pihak ada uang.Tentang macamnya uang, dapat diterangkan
bahwa, meskipun jual beli ituterjadi di Indonesia, tidak diharuskan bahwa harga
itu ditetapkan dalam matauang rupiah, namun diperbolehkan kepada para pihak untuk
menetapkannyadalam mata uang apa saja.
45
44
Wirjono Prodjodikoro, Azaz‐ azaz Hukum Perjanjian, Penerbit Sumur Bandung, Jakarta Cetakan
Ketujuh, 1983, hal 67
45
Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi, Op.Cit, hal 14
Universitas Sumatera Utara
Mengenai sifat dari perjanjian jual beli, menurut para ahli hokumBelanda,
perjanjian jual beli hanya mempunyai sifat obligator, atau bersifatmengikat para
pihak.Jual beli yang bersifat obligator dalam Pasal 1459 KUHPerdatamenerangkan
bahwa hak milik atas barang yang dijual belum akanberpindah tangan kepada pembeli
selama belum diadakan penyerahanyuridis menurut Pasal 612, 613, dan 616
KUHPerdata.Dari sifat obligator tersebut dalam perjanjian jual beli, dapatdijabarkan
menjadi beberapa hal yang pada intinya juga termasuk dalamsifat obligatortersebut. Hal
ini dapat dilihat dari obyeknya apa saja yangmenjadi obyeknya, harga yang telah
disepakati kedua belah pihak dalamperjanjian jual beli, dan yang terakhir adalah hak dan
kewajiban para pihak.
46
Berpijak dari asas konsensualitas dalam perjanjian jual beli sejaktercapainya kata
sepakat mengenai jual beli atas barang dan harga walaupunbelum dilakukan
penyerahan barang ataupun pembayaran maka sejak saatitulah sudah lahir suatu
perjanjian jual beli. Asas konsensualitas itu sendirimenurut pasal 1458 KUHPer mengatur
sebagai berikut : Jual beli sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah
mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga meskipun barang belum
diserahkan dan hargabelum dibayar.
47
Kata Kosensualitas itu sendiri berasal dari bahasa latin consensus yangartinya
kesepakatan. Kata kesepakatan tersebut mengandung makna bahwadari para pihak
yang bersangkutan telah tercapai suatu persesuaiankehendak. Artinya apa yang
dikehendaki oleh para pihak telah tercapai suatukesamaan, kemudian dari persesuaian
kehendak tersebut tercapai katasepakat. Sebagai contoh pihak penjual sebagai pihal
46
Ibid
47
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pertama ingin melepaskan hak milik atas suatu barang sertelah mendapatkan
sejumlahuang sebagai imbalannya.Begitu pula dipihak kedua sebagai pihak pembeliyang
menghendaki hak milik atas barang tersebut harus bersediamemberikan sejumlah
nominal uang tertentu kepada penjual sebagaipemegang hak milik sebelumnya.Jual
beli yang bersifat obligator dalam KUHPerdata Pasal 1359 bahwa hak milik atas barang
yang dijual belum akan berpindah ke tanganpembeli selama belum diadakan
penyerahan menurut ketentuan Pasal 612 yang menyebutkan bahwa penyerahan atas
benda bergerak dilakukan denganpenyerahan nyata, Pasal 613 bahwa penyerahan
piutang atas nama,dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah
tangan.Sifat obligatoir dalam perjanjian jual beli menurut KUHPerdata maksudnya
bahwa perjanjian jual beli akan timbul hak dan kewajibanbertimbal balik pada para
pihak. Yaitu saat meletakkan kepada penjualkewajiban untuk menyerahkan hak milik
atas barang yang dijual, selanjutnya memberikan kepadanya hak untuk menuntut
pembayaran atasharga yang telah menjadi kesepakatan. Sementara pihak pembeli
berkewajiban untuk membayar harga sebagai imbalan haknya untukmendapatkan
penyerahan hak milik atas barang yang dibeli, dengan kata lain hak milik akan berpindah
dari pihak penjual kepada pembeli setelahdiadakan penyerahan.
48
Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang‐undang
telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara khusus terhadap
perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam Kitab Undang‐undang
Hukum Perdata maupun Kitab Undang‐undang Hukum Dagang. Perjanjian jual beli diatur
dalam pasal 1457‐1540 Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata. Menurut pasal 1457
48
http:mvpivanaputra-show.blogspot.com201303perjanjian-jual-beli-menurut- kuhperdata.html diakses 26 Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat
pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu barang benda, dan pihak lain yang
bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga.
Dari pengertian yang diberikan pasal 1457 diatas, persetujuan jual beli sekaligus
membebankan dua kewajiban yaitu :
49
1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.
2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual.
Menurut Salim H.S., Perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat
antara pihak penjual dan pihak pembeli.
50
Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban
untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga
dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut.
51
1. Adanya
subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli 2.
Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga
3. Adanya
hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli Unsur
pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara penjual
dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang menjadi objek
jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak telah setuju
tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli tersebut ditegaskan
dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi antara
49
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 181.
50
Salim H.S., Op.Cit, hlm. 49.
51
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan
harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”.
52
Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain yang tidak
disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual beli tetap tidak terjadi
karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah menyepakati unsur
esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal
lainnya, klausul‐klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan
ketentuan ‐ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang‐undangan BW atau
biasa disebut unsur naturalia.
53
Walaupun telah terjadi persesuaian antara kehendak dan pernyataan, namun
belum tentu barang itu menjadi milik pembeli, karena harus diikuti proses penyerahan
levering benda yang tergantung kepada jenis bendanya yaitu :
54
1. Benda Bergerak
Penyerahan benda bergerak dilakukan dengan penyerahan nyata dan kunci atas
benda tersebut.
2. Piutang atas nama dan benda tak bertubuh
Penyerahan akan piutang atas nama dan benda tak bertubuh lainnya dilakukan
dengan sebuah akta otentik atau akta di bawah tangan.
3. Benda tidak bergerak
52
R.Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 2.
53
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 127.
54
Salim H.S,Op.Cit , hlm. 49.
Universitas Sumatera Utara
Untuk benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan pengumuman
akan akta yang bersangkutan, di Kantor Penyimpan Hipotek.
Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457‐pasal 1540 BW. Ketentuan tersebut
untuk masa sekarang ini tentu saja tidak cukup untuk mengatur segala bentuk atau jenis
perjanjian jual beli yang ada dalam masyarakat, akan tetapi cukup untuk mengatur
tentang dasar‐dasar perjanjian jual beli. Dalam pasal 1457 BW diatur tentang pengertian
jual beli sebagai berikut : Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dengan mana
pihak yangsatu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.
55
Perjanjian jual beli pada umumnya merupakan perjanjian konsensual karena
mengikat para pihak saat terjadinya kesepakatan para pihak tersebut mengenai unsur
esensial dan aksidentalia dari perjanjian tersebut.
56
Dikatakan adanya kesepakatan mengenai unsur esensial dan aksidentalia,
karena walaupun para pihak sepakat mengenai barang dan harga, jika ada hal‐hal lain
yangtidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut jual beli tetap
tidak terjadi karena tidak tercapai kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah
menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, yaitu tentang barang yang
akan dijual dan harga barang tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya,
klausul ‐klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan‐
ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang‐undangan BW atau biasa
disebut unsur naturalia.
55
Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 126
56
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian jual beli dikatakan pada umumnya merupakan perjanjian konsensual
karena ada juga perjanjian jual beli yang termasuk perjanjian formal, yaitu yang
mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulis yang berupa akta autentik, yakni jual beli
barang ‐barang tidak bergerak.
57
Kesepakatan dalam perjanjian jual beli yang pada umumnya melahirkan jual beli
tersebut, juga dikecualikan apabila barang yang diperjual belikan adalah barang yang
biasanya dicoba dulu pada saat pembelian, karena apabila yang menjadi objek
perjanjian jual beli tersebut adalah barang yang harus dicoba dulu untuk mengetahui
apakah barang tersebut baik atau sesuai keinginan pembeli, perjanjian tersebut selalu
dianggap dibuat dengan syarat tangguh, artinya perjanjian tersebut hanya mengikat
apabila barang yang menjadi objek perjanjian adalah baik setelah dicoba.
58
Walaupun perjanjian jual beli mengikat para pihak setelah tercapainya
kesepakatan, namun tidak berarti bahwa hak milik atas barang yang diperjualbelikan
tersebut akan beralih pula bersamaan dengan tercapainya kesepakatan karena untuk
beralihnya hak milik atas barang yang diperjualbelikan dibutuhkan penyerahan.
Apabila dalam perjanjian jual beli tidak ditentukan oleh para pihak dimana
seharusnya barang yang diperjualbelikan tersebut diserahkan, penyerahan harus
dilakukan di tempat dimana barang itu berada pada saat perjanjian jual beli dilakukan.
Cara penyerahan benda yang diperjualbelikan berbeda berdasarkan kualifikasi
barang yang diperjualbelikan terebut. Adapun cara penyerahan tersebut adalah sebagai
berikut :
59
57
Ibid
58
Ibid
59
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1. Barang
bergerak bertubuh, cara penyerahannya adalah penyerahan nyata dari tangan
penjual atau atas nama penjual ke tangan pembeli, akan tetapi penyerahan secara
langsung dari tangan ke tangan tersebut tidak terjadi jika barang tersebut dalam
jumlah yang sangat banyak sehingga tidak mungkin diserahkan satu persatu, sehingga
dapat dilakukan dengan simbol‐simbol tertentu penyerahan simbolis, misalnya
penyerahan kunci gudang sebagai simbol dari penyerahan barang yang ada
dalam gudang tersebut. Pengecualian lain yang bersifat umum atas penyerahan
nyata dari tangan ke tangan tersebut adalah, jika : a.
Barang yang dibeli tersebut sudah ada di tangan pembeli sebelum penyerahan benda
tersebut dilakukan, misalnya barang tersebut sebelumnya telah dipinjam
oleh pembeli; b.
Barang yang di beli tersebut masih berada di tangan penjual pada saat
penyerahan karena adanya suatu perjanjian lain, misalnya barang yangsudah
dijual tersebut langsung dipinjam oleh penjual;
c. Barang yang dijual tersebut berada di tangan pihak ketiga, baik karena
persetujuan sebelum penyerahan, maupun atas persetujuan pembeli setelah
penyerahan berlangsung.
2. Barang
bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara penyerahannya adalah
dengan melalui akta di bawah tangan atau akta autentik. Akan tetapi, agar penyerahan
piutang atas nama tersebut mengikat bagi si berutang, penyerahan tersebut
harus diberitahukan kepada si berutang atau disetujui atau diakui secara tertulis
oleh si berutang. 3.
Barang tidak bergerak atau tanah, cara penyerahannya adalah melalui pendaftaran
atau balik nama.
Universitas Sumatera Utara
Apabila karena kelalaian penjual, penyerahan tersebut tidak dapat dilaksanakan,
pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian atas alasan bahwa si penjual tidak
memenuhi kewajibannya. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1266 BW bahwa
syarat batal selalu dianggap dicantumkan dalam perjanjian‐perjanjian timbal balik
manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Di samping menuntut pembatalan perjanjian, si pembeli juga dapat menuntut
agar penyerahan barang tersebut dilaksanakan sepanjang penyerahan tersebut masih
memungkinkan untuk dilaksanakan bahkan dapat disertai penggantian biaya rugi dan
bunga.
60
Jual beli angsuran atau biasa juga disebut jual beli cicilan banyak dijumpai dalam
praktik, baik dalam jual beli yang objeknya adalah barang bergerak maupun barang tidak
bergerak.
61
Istilah cicil yang dikenal dalam masyarakat tidak selamanya harus diartikan
sebagai jual beli cicilan, tetapi ada kemungkinan yang dimaksud adalah sewa beli karena
dalam masyarakat biasanya kalau membeli barang dengan pembayaran yang dilakukan
secara bertahap, yaitu dilakukan tiap bulan maka sebagian anggota masyarakat dengan
mudah mengatakan bahwa itu adalah jual beli cicilan, tanpa memerhatikan konsep
kontraknya apakah jual beli cicilan ataukah sewa beli.
Sepintas antara sewa beli dan jual beli angsuran memang sama, yaitu
pembayaran dilakukan secara bertahap tiap bulan, namun pada dasarnya antara kedua
kontrak tersebut terdapat perbedaan yang sangat berarti.
62
60
Ibid
61
Ibid
62
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Salah satu perbedaan yang paling menonjol antara jual beli angsuran dan sewa
beli adalah kalau jual beli angsuran pada dasarnya hak milik sudah beralih pada
saat barang yang menjadi objek jual beli diserahkan kepada pembeli sedangkan
pada perjanjian sewa beli, hak milik baru beralih pada saat pembayaran
angsurannya telah lunas, sehingga pada perjanjian sewa beli, angsuran yang
dibayar setiap bulan oleh pembeli hanyalah merupakan pembayaran uang sewa
sehingga apabila perjanjian sewa beli tersebut pembayaran harga sewa
barangnya macet, angsuran yang telah dibayarkan tidak seharusnya diminta
kembali. Akan tetapi, bila pembayaran tersebut sudah berlangsung sekian lama
bahkan hampir lunas, sangatlah tidak patut jika penjual dengan begitu saja
menarik barang yang disewabelikannya tanpa memperhitungkan pembayaran
yang telah dilakukan oleh pembeli sewa, jika pembayaran harga sewanya
macet.
63
Walaupun secara konseptual antara jual beli angsuran dan sewa beli memiliki
perbedaan, dalam praktiknya keduanya hampir sama karena para pelaku usaha
membuat klausul yang menyebabkan pembeli tidak diberi kebebasan untuk
mengalihkan barang yang dibeli secara angsuran atau disewa beli sebelum barang
tersebut dibayar lunas, sebaliknya baik pada sewa beli maupun pada jual beli angsuran,
pihak pembeli atau penyewa beli selalu dibebani untuk menanggung segala resiko
yangtimbul pada barang yang menjadi objek perjanjian jual beli angsuran atau perjanjian
sewa beli.
64
63
Ibid
64
Ibid
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERJANJIAN JUAL
BELI MOBIL
KREDIT
A. ProsesProsedur perjanjian jual beli Jual Beli Mobil secara kredit