Jual beli menurut KUH Perdata

menjadi kurang dan pihak bank meminta tambahan benda jaminan untuk melunasi seluruh sisa utang beserta bunganya. 36 Adanya klausula baku seperti yang disebut di atas, maka klausula‐klausula ini mengesampingkan hak‐hak konsumen yang tercantum dalam Pasal 4 huruf c UUPK yaitu “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa”.

E. Jual beli menurut KUH Perdata

Secara umum pengertian jual beli kredit menurut istilah adalah menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda, dengan cara memberikan cicilan dalam jumlah‐jumlah tertentu dalam beberapa waktu secara tertentu, lebih mahal dari harga kontan. 37 Dengan pengertian lain dapat dikatakan bahwa jual beli kredit adalah: “pembayaran secara tertunda dan dalam bentuk cicilan dan dalam waktu‐waktu yang ditentukan”. Jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur‐unsur yang pokok yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tak bergerak. 38 Sifat konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam Pasal 1458 yang berbunyi: “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang 36 Subekti R, 1996, Jaminan‐jaminan Untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung , hal 33 37 http:ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com201203hukum-jual-beli-secara- kredit.html diakses 26 Oktober 2013 38 Subekti, Hukum Perjanjian, hlm. 79-80 Universitas Sumatera Utara itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”. Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. 39 Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual. Sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli. Dengan demikian perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak yang lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Dari defenisi yang dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa jual beli itu dapat terjadidengan cara : 40 1. Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan 2. Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan. Oleh karena perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli. 41 Dalam kehidupan dewasa ini semakin hari tingkat kebutuhan semakin meningkat, apalagi budaya konsumtif sudah semakin meluas ditengah‐tengah masyarakat, tidak jarang untuk pembeliannya dengan cara kredit. 42 39 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Cetakan Kedua, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal 33 40 Ibid 41 Ibid 42 Ibid, hal 50 Universitas Sumatera Utara Adapun yang dimaksud dengan pembelian dengan cara kredit ini adalah suatu pembelian yang dilakukan terhadap sesuatu barang, yang mana pembayaran harga barang tersebut dilakukan secara berangsur‐angsur dengan tahapan pembayaran yang telah disepakati kedua belah pihak pembeli dan penjual. Adapun jenis jual beli kredit yang lazim dilakukan oleh anggota masyarakat dewasa ini adalah seperti Kredit Pemilikan Rumah KPR, Kredit Kendaraan, Kredit alat‐alat rumah tangga dan lain‐lain sebagainya. 43 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli kredit adalah pembayaran yang tertunda dengan cara cicilan, bisa dengan adanya tambahan harga ataupun tidak. Namun biasanya jual beli secara kredit itu memang dengan adanya tambahan harga dari yang kontan. Dalam suatu masyarakat, dimana sudah ada peredaran uang berupamata uang sebagai alat pembayaran yang sah, perjanjian jual beli merupakansuatu perjanjian yang paling lazim diadakan diantara para anggotamasyarakat.Wujud dari perjanjian jual beli ialah rangkaian hak‐hak dankewajiban‐kewajiban dari kedua belah pihak, yang saling berjanji, yaitu sipenjual dan si pembeli.Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 KUHPerdata. Pengertian jual beli menurut Pasal 1457KUHPerdata adalah; “suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, danpihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.” Dari pengertian menurut Pasal 1457 KUHPerdata tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik, dimanapihak 43 Ibid Universitas Sumatera Utara penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang danpihak pembeli berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan.Hak milik suatu barang yang semula dimiliki pihak penjual, akan berpindahtangan kepada si pembeli apabila sudah ada penyerahan secara yuridis sesuaidengan ketentuan Pasal 1459 KUHPerdata. Perjanjian jual beli dianggaptelah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang ‐orang inimencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipunkebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar Pasal1458 KUHPerdata.Barang dan harga inilah yang menjadi unsur pokok dariperjanjian jual beli. 44 Menurut Pasal 1517 KUHPerdata, jika pihak pembelitidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu wanprestasiyang memberikan alasan kepada pihak penjual untuk menuntut ganti rugiatau pembatalan perjanjian menurut ketentuan ‐ketentuan Pasal 1266 dan1267 KUHPerdata.“Harga“ tersebut harus berupa sejumlah uang. Jikadalam suatu perjanjian tidak menunjuk kepada dua hal tersebut barang danuang, maka itu akan merubah perjanjiannya menjadi tukar menukar, ataukalau harga itu berupa jasa, perjanjiannya akan menjadi suatu perjanjiankerja, dan begitulah seterusnya. Dalam pengertian jual beli sudah termaktubpengertian bahwa disatu pihak ada barang dan dilain pihak ada uang.Tentang macamnya uang, dapat diterangkan bahwa, meskipun jual beli ituterjadi di Indonesia, tidak diharuskan bahwa harga itu ditetapkan dalam matauang rupiah, namun diperbolehkan kepada para pihak untuk menetapkannyadalam mata uang apa saja. 45 44 Wirjono Prodjodikoro, Azaz‐ azaz Hukum Perjanjian, Penerbit Sumur Bandung, Jakarta Cetakan Ketujuh, 1983, hal 67 45 Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi, Op.Cit, hal 14 Universitas Sumatera Utara Mengenai sifat dari perjanjian jual beli, menurut para ahli hokumBelanda, perjanjian jual beli hanya mempunyai sifat obligator, atau bersifatmengikat para pihak.Jual beli yang bersifat obligator dalam Pasal 1459 KUHPerdatamenerangkan bahwa hak milik atas barang yang dijual belum akanberpindah tangan kepada pembeli selama belum diadakan penyerahanyuridis menurut Pasal 612, 613, dan 616 KUHPerdata.Dari sifat obligator tersebut dalam perjanjian jual beli, dapatdijabarkan menjadi beberapa hal yang pada intinya juga termasuk dalamsifat obligatortersebut. Hal ini dapat dilihat dari obyeknya apa saja yangmenjadi obyeknya, harga yang telah disepakati kedua belah pihak dalamperjanjian jual beli, dan yang terakhir adalah hak dan kewajiban para pihak. 46 Berpijak dari asas konsensualitas dalam perjanjian jual beli sejaktercapainya kata sepakat mengenai jual beli atas barang dan harga walaupunbelum dilakukan penyerahan barang ataupun pembayaran maka sejak saatitulah sudah lahir suatu perjanjian jual beli. Asas konsensualitas itu sendirimenurut pasal 1458 KUHPer mengatur sebagai berikut : Jual beli sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga meskipun barang belum diserahkan dan hargabelum dibayar. 47 Kata Kosensualitas itu sendiri berasal dari bahasa latin consensus yangartinya kesepakatan. Kata kesepakatan tersebut mengandung makna bahwadari para pihak yang bersangkutan telah tercapai suatu persesuaiankehendak. Artinya apa yang dikehendaki oleh para pihak telah tercapai suatukesamaan, kemudian dari persesuaian kehendak tersebut tercapai katasepakat. Sebagai contoh pihak penjual sebagai pihal 46 Ibid 47 Ibid Universitas Sumatera Utara pertama ingin melepaskan hak milik atas suatu barang sertelah mendapatkan sejumlahuang sebagai imbalannya.Begitu pula dipihak kedua sebagai pihak pembeliyang menghendaki hak milik atas barang tersebut harus bersediamemberikan sejumlah nominal uang tertentu kepada penjual sebagaipemegang hak milik sebelumnya.Jual beli yang bersifat obligator dalam KUHPerdata Pasal 1359 bahwa hak milik atas barang yang dijual belum akan berpindah ke tanganpembeli selama belum diadakan penyerahan menurut ketentuan Pasal 612 yang menyebutkan bahwa penyerahan atas benda bergerak dilakukan denganpenyerahan nyata, Pasal 613 bahwa penyerahan piutang atas nama,dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan.Sifat obligatoir dalam perjanjian jual beli menurut KUHPerdata maksudnya bahwa perjanjian jual beli akan timbul hak dan kewajibanbertimbal balik pada para pihak. Yaitu saat meletakkan kepada penjualkewajiban untuk menyerahkan hak milik atas barang yang dijual, selanjutnya memberikan kepadanya hak untuk menuntut pembayaran atasharga yang telah menjadi kesepakatan. Sementara pihak pembeli berkewajiban untuk membayar harga sebagai imbalan haknya untukmendapatkan penyerahan hak milik atas barang yang dibeli, dengan kata lain hak milik akan berpindah dari pihak penjual kepada pembeli setelahdiadakan penyerahan. 48 Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang‐undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara khusus terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam Kitab Undang‐undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang‐undang Hukum Dagang. Perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1457‐1540 Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata. Menurut pasal 1457 48 http:mvpivanaputra-show.blogspot.com201303perjanjian-jual-beli-menurut- kuhperdata.html diakses 26 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu barang benda, dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga. Dari pengertian yang diberikan pasal 1457 diatas, persetujuan jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban yaitu : 49 1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli. 2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual. Menurut Salim H.S., Perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pihak pembeli. 50 Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut. 51 1. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli 2. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga 3. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang menjadi objek jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi antara 49 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 181. 50 Salim H.S., Op.Cit, hlm. 49. 51 Ibid. Universitas Sumatera Utara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”. 52 Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul‐klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan ‐ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang‐undangan BW atau biasa disebut unsur naturalia. 53 Walaupun telah terjadi persesuaian antara kehendak dan pernyataan, namun belum tentu barang itu menjadi milik pembeli, karena harus diikuti proses penyerahan levering benda yang tergantung kepada jenis bendanya yaitu : 54 1. Benda Bergerak Penyerahan benda bergerak dilakukan dengan penyerahan nyata dan kunci atas benda tersebut. 2. Piutang atas nama dan benda tak bertubuh Penyerahan akan piutang atas nama dan benda tak bertubuh lainnya dilakukan dengan sebuah akta otentik atau akta di bawah tangan. 3. Benda tidak bergerak 52 R.Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 2. 53 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 127. 54 Salim H.S,Op.Cit , hlm. 49. Universitas Sumatera Utara Untuk benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan, di Kantor Penyimpan Hipotek. Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457‐pasal 1540 BW. Ketentuan tersebut untuk masa sekarang ini tentu saja tidak cukup untuk mengatur segala bentuk atau jenis perjanjian jual beli yang ada dalam masyarakat, akan tetapi cukup untuk mengatur tentang dasar‐dasar perjanjian jual beli. Dalam pasal 1457 BW diatur tentang pengertian jual beli sebagai berikut : Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak yangsatu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 55 Perjanjian jual beli pada umumnya merupakan perjanjian konsensual karena mengikat para pihak saat terjadinya kesepakatan para pihak tersebut mengenai unsur esensial dan aksidentalia dari perjanjian tersebut. 56 Dikatakan adanya kesepakatan mengenai unsur esensial dan aksidentalia, karena walaupun para pihak sepakat mengenai barang dan harga, jika ada hal‐hal lain yangtidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut jual beli tetap tidak terjadi karena tidak tercapai kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, yaitu tentang barang yang akan dijual dan harga barang tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul ‐klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan‐ ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang‐undangan BW atau biasa disebut unsur naturalia. 55 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 126 56 Ibid Universitas Sumatera Utara Perjanjian jual beli dikatakan pada umumnya merupakan perjanjian konsensual karena ada juga perjanjian jual beli yang termasuk perjanjian formal, yaitu yang mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulis yang berupa akta autentik, yakni jual beli barang ‐barang tidak bergerak. 57 Kesepakatan dalam perjanjian jual beli yang pada umumnya melahirkan jual beli tersebut, juga dikecualikan apabila barang yang diperjual belikan adalah barang yang biasanya dicoba dulu pada saat pembelian, karena apabila yang menjadi objek perjanjian jual beli tersebut adalah barang yang harus dicoba dulu untuk mengetahui apakah barang tersebut baik atau sesuai keinginan pembeli, perjanjian tersebut selalu dianggap dibuat dengan syarat tangguh, artinya perjanjian tersebut hanya mengikat apabila barang yang menjadi objek perjanjian adalah baik setelah dicoba. 58 Walaupun perjanjian jual beli mengikat para pihak setelah tercapainya kesepakatan, namun tidak berarti bahwa hak milik atas barang yang diperjualbelikan tersebut akan beralih pula bersamaan dengan tercapainya kesepakatan karena untuk beralihnya hak milik atas barang yang diperjualbelikan dibutuhkan penyerahan. Apabila dalam perjanjian jual beli tidak ditentukan oleh para pihak dimana seharusnya barang yang diperjualbelikan tersebut diserahkan, penyerahan harus dilakukan di tempat dimana barang itu berada pada saat perjanjian jual beli dilakukan. Cara penyerahan benda yang diperjualbelikan berbeda berdasarkan kualifikasi barang yang diperjualbelikan terebut. Adapun cara penyerahan tersebut adalah sebagai berikut : 59 57 Ibid 58 Ibid 59 Ibid Universitas Sumatera Utara 1. Barang bergerak bertubuh, cara penyerahannya adalah penyerahan nyata dari tangan penjual atau atas nama penjual ke tangan pembeli, akan tetapi penyerahan secara langsung dari tangan ke tangan tersebut tidak terjadi jika barang tersebut dalam jumlah yang sangat banyak sehingga tidak mungkin diserahkan satu persatu, sehingga dapat dilakukan dengan simbol‐simbol tertentu penyerahan simbolis, misalnya penyerahan kunci gudang sebagai simbol dari penyerahan barang yang ada dalam gudang tersebut. Pengecualian lain yang bersifat umum atas penyerahan nyata dari tangan ke tangan tersebut adalah, jika : a. Barang yang dibeli tersebut sudah ada di tangan pembeli sebelum penyerahan benda tersebut dilakukan, misalnya barang tersebut sebelumnya telah dipinjam oleh pembeli; b. Barang yang di beli tersebut masih berada di tangan penjual pada saat penyerahan karena adanya suatu perjanjian lain, misalnya barang yangsudah dijual tersebut langsung dipinjam oleh penjual; c. Barang yang dijual tersebut berada di tangan pihak ketiga, baik karena persetujuan sebelum penyerahan, maupun atas persetujuan pembeli setelah penyerahan berlangsung. 2. Barang bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara penyerahannya adalah dengan melalui akta di bawah tangan atau akta autentik. Akan tetapi, agar penyerahan piutang atas nama tersebut mengikat bagi si berutang, penyerahan tersebut harus diberitahukan kepada si berutang atau disetujui atau diakui secara tertulis oleh si berutang. 3. Barang tidak bergerak atau tanah, cara penyerahannya adalah melalui pendaftaran atau balik nama. Universitas Sumatera Utara Apabila karena kelalaian penjual, penyerahan tersebut tidak dapat dilaksanakan, pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian atas alasan bahwa si penjual tidak memenuhi kewajibannya. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1266 BW bahwa syarat batal selalu dianggap dicantumkan dalam perjanjian‐perjanjian timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Di samping menuntut pembatalan perjanjian, si pembeli juga dapat menuntut agar penyerahan barang tersebut dilaksanakan sepanjang penyerahan tersebut masih memungkinkan untuk dilaksanakan bahkan dapat disertai penggantian biaya rugi dan bunga. 60 Jual beli angsuran atau biasa juga disebut jual beli cicilan banyak dijumpai dalam praktik, baik dalam jual beli yang objeknya adalah barang bergerak maupun barang tidak bergerak. 61 Istilah cicil yang dikenal dalam masyarakat tidak selamanya harus diartikan sebagai jual beli cicilan, tetapi ada kemungkinan yang dimaksud adalah sewa beli karena dalam masyarakat biasanya kalau membeli barang dengan pembayaran yang dilakukan secara bertahap, yaitu dilakukan tiap bulan maka sebagian anggota masyarakat dengan mudah mengatakan bahwa itu adalah jual beli cicilan, tanpa memerhatikan konsep kontraknya apakah jual beli cicilan ataukah sewa beli. Sepintas antara sewa beli dan jual beli angsuran memang sama, yaitu pembayaran dilakukan secara bertahap tiap bulan, namun pada dasarnya antara kedua kontrak tersebut terdapat perbedaan yang sangat berarti. 62 60 Ibid 61 Ibid 62 Ibid Universitas Sumatera Utara Salah satu perbedaan yang paling menonjol antara jual beli angsuran dan sewa beli adalah kalau jual beli angsuran pada dasarnya hak milik sudah beralih pada saat barang yang menjadi objek jual beli diserahkan kepada pembeli sedangkan pada perjanjian sewa beli, hak milik baru beralih pada saat pembayaran angsurannya telah lunas, sehingga pada perjanjian sewa beli, angsuran yang dibayar setiap bulan oleh pembeli hanyalah merupakan pembayaran uang sewa sehingga apabila perjanjian sewa beli tersebut pembayaran harga sewa barangnya macet, angsuran yang telah dibayarkan tidak seharusnya diminta kembali. Akan tetapi, bila pembayaran tersebut sudah berlangsung sekian lama bahkan hampir lunas, sangatlah tidak patut jika penjual dengan begitu saja menarik barang yang disewabelikannya tanpa memperhitungkan pembayaran yang telah dilakukan oleh pembeli sewa, jika pembayaran harga sewanya macet. 63 Walaupun secara konseptual antara jual beli angsuran dan sewa beli memiliki perbedaan, dalam praktiknya keduanya hampir sama karena para pelaku usaha membuat klausul yang menyebabkan pembeli tidak diberi kebebasan untuk mengalihkan barang yang dibeli secara angsuran atau disewa beli sebelum barang tersebut dibayar lunas, sebaliknya baik pada sewa beli maupun pada jual beli angsuran, pihak pembeli atau penyewa beli selalu dibebani untuk menanggung segala resiko yangtimbul pada barang yang menjadi objek perjanjian jual beli angsuran atau perjanjian sewa beli. 64 63 Ibid 64 Ibid Universitas Sumatera Utara BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL KREDIT

A. ProsesProsedur perjanjian jual beli Jual Beli Mobil secara kredit