perundangundanganan yang berlaku, dan Pemerintah juga melakukan pengawasan
terhadap dilaksanakannya peraturan perundang‐undangan tersebut oleh berbagai pihak
yang terkait.
19
B. Prinsip dan Bentuk Perlindungan Hukum
Kebutuhan ‐kebutuhan akan reformasi hukum, khususnya hukum ekonomi
dalam perkembangan dewasa ini sangatlah mendesak. Apalagi dalam era globalisasi
seperti sekarang ini, ditandai dengan saling ketergantungan antara negara satu dengan
negara lain. Indonesia dituntut membentuk hukum nasional yang mampu berperan
dalam memperlancar lalu lintas hukum di tingkat internasional. Unsur‐unsur dari makna
perlindungan konsumen ini yaitu unsur tindakan melindungi, unsur adanya pihak‐pihak
yang melindungi dan unsur cara melindungi. Adalah fakta bahwa terdapat ketentuan‐
ketentuan yang baik berasal dari legal culture bangsa lain ataupun konvensi‐konvensi
internasional yang dapat dimanfaatkan dalam rangka modernsasi hukum nasional. Yang
perlu diperhatikan dalam pembentukan hukum ekonomi nasional adalah tanggung
jawab produk product liability.
20
Secara historis, product liability lahir karena adanya ketidakseimbangan
tanggung jawab antara produsen dan konsumen, dimana produsen yang pada awalnya
menerapkan strategi producy oriented dalam pemasaran produknya, harus merubah
19
Resti Nurhayati. Perlindungan Konsumen Berdasarkan Undang‐Undang Nomor 8 tahun
1999. Semarang : Kisi Hukum Majalah Ilmiah FH Unika Soegijapranata, 2001.
20
Happy Susanto, 2008, Hak‐Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta, hal 34
Universitas Sumatera Utara
strateginya menjadi consumer oriented. Product liability adalah suatu tanggung jawab
secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang
atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk atau
dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut. Bahkan
dilihat dari konvensi tentang product liability diperluas terhadap badanorang yang
terlibat dalam rangkaian komersial tentang persiapan atau penyebaran dari produk.
Unsur ‐unsur dari makna perlindungan konsumen yaitu unsur tindakan melindungi, unsur
adanya pihak‐pihak yang melindungi dan unsur cara melindungi. Berdasarkan unsur‐
unsur ini berarti perlindungan mengandung makna suatu tindakan perlindungan atau
tindakan melindungi dari pihak‐pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu
dengan menggunakan cara‐cara tertentu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
perlindungan konsumen dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya
perlindungan ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum. Tetap dari bentuk‐
bentuk perlindungan terhadap konsumen tersebut yang terpenting adalah perlindungan
yang tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan kalimat untuk kepentingan pihak lain,
serta rumusannya hanya terpaku pada orang atau mahluk lain, padahal dalam
kenyataan tidak hanya orang saja yang disebut konsumen, tetapi masih ada yang lain
yakni badan usaha.
21
Bentuk perlindungan konsumen ini dilakukan dan diberikan UUPK yakni dengan
adanya penetapan serta pengaturan hak‐hak dan kewajiban‐kewajiban konsumen yang
terdapat pada pasal 4‐5 UUPK. Dengan adanya ketentuan pengaturan ini, memberikan
batasan terhadap kewajiban‐kewajiban produsen Pasal 7 UUPK dan hak‐hak produsen
21
Nining Muktamar; 2005, Berperkara Secara Mudah, Murah dan Cepat, Pengenalan Mekanisme
Alternatif Penyelesaian Sengketa Konsumen, Piramedia, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 6 UUPK serta perbuatan apa saja yang tidak dapat dilakukan pelaku usaha
terhadap konsumen Pasal 8‐17 UUPK. Perlindungan konsumen ini juga ditegaskan lagi
dengan adanya permberian sanksi administratif ataupun sanksi pidana Pasal 60 dan 62
UUPK terhadap pelaku usaha yang tidak memenuhi tanggung jawab sebagaimana
ditentukan dalam UUPK, yakni pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan 3, Pasal
20, Pasal 25 dan Pasal 26 akan dijatuhkan sanksi administratif oleh BPSK berupa
penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. Bagi
pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 8, pasal 9, Pasal
10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat
2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana
denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Serta pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1,
Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf f dipidana dengan penjara
paling lama 2 dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima
ratus juta rupiah. Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan lika berat, sakit berat,
cacat hingga menyebabkan kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Selain itu, konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga
yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum Pasal 45 ayat 1 UUPK.
Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan dengan
menggunakan ketentuan Hukum Acara Perdata atau diluar pengadilan berdasarkan
pilihan sukarela para pihak yang bersengketa Pasal 45 ayat 2 UUPK.
Bentuk perlindungan konsumen ini dilakukan dan diberikan UUPK yakni dengan
adanya penetapan serta pengaturan hak‐hak dan kewajiban‐kewajiban konsumen yang
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada pasal 4‐5 UUPK. Dengan adanya ketentuan pengaturan ini, memberikan
batasan terhadap kewajiban‐kewajiban produsen Pasal 7 UUPK dan hak‐hak produsen
Pasal 6 UUPK serta perbuatan apa saja yang tidak dapat dilakukan pelaku usaha
terhadap konsumen Pasal 8‐17 UUPK. Bentuk perlindungan konsumen di Indonesia
dipopulerkan sekitar 25 tahun yang lalu, yakni dengan berdirinya suatu lembaga
swadaya masyarakat yang bernama Yayasan Lembaga Konsumen IndonesiaYLKI.
Setelah YLKI, kemudian muncul beberapa organisasi serupa, antara lain Lembaga
Pembinaan dan Perlindungan Konsumen LP2K di Semarang yang berdiri sejak tahun
1988 dan bergabung sebagai anggota Consumers International CI. Di luar itu, dewasa
ini cukup banyak lembaga swadaya masyarakat serupa yang berorientasi pada
kepentingan pelayanan konsumen, seperti Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia
YLBKI di Bandung dan perwakilan YLKI di berbagai provinsi di tanah air.
28
Yayasan ini sejak
semula tidak ingin berkonfrontasi dengan produsen pelaku usaha, apabila dengan
pemerintah. Hal ini dibuktikan benar oleh YLKI, yakni dengan menyelenggarakan pekan
promosi Swakarya II dan III yang benar‐benar dimanfaatkan oleh kalangan produsen
dalam negeri. YLKI bertujuan melindungi konsumen, menjaga martabat produsen,
dan membantu permerintah. Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk membantu
konsumen agar hak‐haknya terlindungi. Di samping itu tujuan YLKI adalah untuk
meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga
bisa melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.
22
22
Happy Susanto,Op.Cit, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip ‐prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia berlandas pada
Pancasila sebagai dasar ideologi dan dasar falsafah Negara. Prinsip‐prinsip yang
mendasari perlindungan hukum bagi rakyat berdasarkan Pancasila adalah :
23
1. Prinsip
‐prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintahan yang
bersumber pada konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Pengakuan akan harkat dan martabat manusia pada dasarnya terkandung
dalam nilai‐nilai Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara. Dengan
kata lain, Pancasila merupakan sumber pengakuan akan harkat dan martabat
manusia. Pengakuan akan harkat dan martabat manusia berarti mengakui kehendak
manusia untuk hidup bersama yang bertujuan yang diarahkan pada usaha
untuk mencapain kesejahteraan bersama. 2.
Prinsip Negara Hukum
Prinsip kedua yang melandasi perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan
pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara
serta adanya asas keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan
asas kerukunan tetap merupakan elemen pertama dan utama karena Pancasila,
yang pada akhirnya mengarah pada usaha tercapainya keserasian dan
keseimbangan dalam kehidupan. Nurmandjito membagi bentuk perlindungan
hukum menjadi 2 dua, yaitu :
a. Perlindungan
hukum yang preventif. Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan
kepada rakyat untuk mengajukan keberatan inspraak atas
23
Nurmandjito; 2000, Kesiapan Perangkat Perundang‐undangan Tentang Perlindungan Konsumen,
Mandar Maju, Bandung, hal 48
Universitas Sumatera Utara
pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintahan mendapat bentuk yang
definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang
didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan dengan adanya perlindungan
hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati‐hati dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan asas freies ermessen, dan rakyat
dapat mengajukan keberatan atau dimintai pendapatnya mengenai rencana
keputusan tersebut.
b. Perlindungan
hukum yang represif. Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan
apabila terjadi sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai
badan yang secara partial menangani perlindungan hukum bagi rakyat,
yang dikelompokkan menjadi 3 tiga badan, yaitu: 1
Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum. Dewasa ini dalam praktek telah
ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada
Peradilan Umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.
2 Instansi
Pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi. Penanganan
perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah yang
merupakan lembaga banding administrasi adalah permintaan banding terhadap
suatu tindak pemerintah oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan
pemerintah tersebut. Instansi pemerintah yang berwenang untuk merubah
bahkan dapat membatalkan tindakan pemerintah tersebut. 3
Badan ‐badan khusus. Merupakan badan yang terkait dan berwenang untuk
menyelesaikan suatu sengketa. Badan‐badan khusus tersebut antara lain
Universitas Sumatera Utara
adalah Kantor Urusan Perumahan, Pengadilan Kepegawaian, Badan Sensor
Film, Panitia Urusan Piutang Negara, serta Peradilan Administrasi Negara.
Adapun Prinsip Prinsip dalam Hukum Perlindungan Konsumen yakni:
24
1. Let The Buyer Beware
Pelaku
Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak perlu proteksi
konsumen
diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri
konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak
terbuka
DAlam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor
2. The due Care Theory
pelaku
usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasyarakatkan produk,
baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
Pasal
1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah
hak orang lain, atau menunjuk pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan
membuktikan adanya hak atau peristirwa tersebut.
kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan
3. The Privity of Contract
24
Permadi; 2006. Pola Sikap Masyarakat terhadap Masalah Perlindungan Konsumen. Jakarta:
Bina Cipta, hal 39
Universitas Sumatera Utara
Prinsip
ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen,
tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar
yang diperjanjikan.
fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat
merupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi
dominasi pelaku usaha.
4. Kontrak bukan Syarat
Prinsip
ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi merupakan syarat
untuk menetapkan eksistensi suatu huungan hukum
25
C. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Dalam Undang‐Undang Perlindungan Konsumen