nilainya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Ganti
rugi harus diberikan dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal transaksi.
B. Perlindungan Hukum terhadap nasabah atas pemberian perjanjian kredit
menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Bank Indonesia telah menetapkan upaya perlindungan nasabah sebagai salah
satu pilar dalam Arsitektur Perbankan Indonesia API yang diluncurkan oleh Gubernur
Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004. API sendiri merupakan suatu cetak biru
sistem perbankan nasional yang terdiri dari enam pilar untuk mewujudkan misi sistem
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan
dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. PBI No.
717PBI2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, Bank Indonesia mewajibkan
seluruh bank untuk menyelesaikan setiap pengaduan nasabah yang terkait dengan
adanya potensi kerugian finansial pada sisi nasabah. Dalam PBI ini diatur mengenai rata
cara penerimaan, penanganan. dan juga pemantauan penyelesaian pengaduan. Selain
itu, bank diwajibkan pula untuk memberikan laporan triwulanan kepada Bank
Indonesia mengenai pelaksanaan penyelesaian pengaduan nasabah tersebut.
Prinsipnya, PBI di atas mengatur bahwa bank tidak diperkenankan menolak setiap
pengaduan yang diajukan secara lisan matipun tertulis. Untuk pengaduan lisan, bank
wajib menyelesaikannya dalam waktu 2 hari kerja sedangkan untuk pengaduan tertulis
wajib diselesaikan dalam waktu 20 hari kerja dan dapat diperpanjang hingga 20 hari
kerja berikutnya apabila terdapat kondisi‐kondisi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
UUPK bukan satu‐satunya hukum yang mengatur tentang perlindungan
konsumen di Indonesia. Sebelum disahkannya UUPK pada dasarnya telah ada beberapa
peraturan perundang‐undangan yang materinya melindungi kepentingan konsumen
antara lain: Pasal 202‐205 Kitab Undang‐Undang Hukum Pidana, Ordonansi Bahan‐
bahan Berbahaya 1949, Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang‐
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan sebagainya. Lahirnya UUPK
diharapkan menjadi payung hukum umbrella act di bidang konsumen dengan tidak
menutup kemungkinan terbentuknya peraturan perundang‐undangan lain yang
materinya memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen.
77
Adanya perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen di bidang
perbankan menjadi urgen, karena secara faktual kedudukan antara para pihak
seringkali tidak seimbang. Perjanjian kreditpembiayaan dan perjanjian pembukaan
rekening bank yang seharusnya dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak, karena
alasan efisiensi diubah menjadi perjanjian yang sudah dibuat oleh pihak yang
mempunyai posisi tawar bargaining position dalam hal ini adalah pihak bank. Nasabah
tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menerima atau menolak perjanjian yang
disodorkan oleh pihak bank take it or leave it.
Dalam upaya memberikan perlindungan kepada konsumen, konsumen tidak
hanya dihadapkan pada persoalan ketidakmengertian dirinya ataupun kejelasan akan
pemanfaatan, penggunaan maupun pemakaian barang danatau jasa yang disediakan
77
Erman Rajagukguk, dkk, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: CV. Mandar Maju, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
oleh pelaku usaha, karena kurang atau terbatasnya informasi yang disediakan,
melainkan juga terhadap bargaining position yang kadang kala sangat tidak seimbang,
yang pada umumnya tercermin dalam perjanjian baku yang tidak informatif, serta tidak
dapat ditawar‐tawar lagi oleh konsumen.
Menurut Pasal 19 UUPK pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan
ganti kerugian dalam hal terjadi kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konesumen
akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan,
dengan ketentuan bahwa ganti rugi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Ganti
rugi harus diberikan dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal transaksi.
Pelaksanaan perjanjian kredit jual beli yang dilakukan oleh PT BII Finance Center
telah memenuhi syarat‐syarat perjanjian sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal
1320 KUHPerdata, yaitu adanya kesepakatan antara konsumen dan PT BII Finance
Center untuk membuat suatu perjanjian yaitu kendaraan roda dua, adanya kecakapan
hukum dari para pihak dan perjanjian pembiayaan kendaran roda empat mobil
tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sebab yang halal sehingga konsumen tidak
akan dirugikan. perjanjian kredit jual beli kendaran roda empat mobil pada PT BII
Finance Center sebenarnya merupakan perjanjian timbal balik atau perjanjian baku.
Dapat dikatakan perjanjian baku karena dalam perjanjian kredit jual beli kendaran roda
empat mobil tersebut terdapat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu PT BII
Finance Center selaku kreditur dan pihak konsumen selaku debitur. PT BII Finance
Center maupun pihak konsumen berkewajiban mentaati isi perjanjian kredit jual beli
Universitas Sumatera Utara
yang telah disepakati bersama. Hak konsumen atas kepemilikan kendaran roda empat
mobil. Semua perjanjian kredit, termasuk dalam perjanjian kredit mobil diterangkan
bahwa peralihan hak kepemilikan barang baru terjadi pada hari pembayaran kredit
bulan terakhir atau apabila dilakukan pelunasan harga barang sebelum waktu yang
ditentukan berakhir. Selama harga barang belum dibayar lunas, maka barang yang
menjadi obyek perjanjian, misalnya kendaran roda empat mobil, tetap berstatus
barang sewa yang hak kepemilikannya dipegang oleh si penjual, walaupun semua surat‐
surat dan Bukti Pemilikan Kendaraan adalah atas nama pembeli, sehingga status
pembeli adalah penyewa, agar pembeli tidak dapat menjual atau memindahtangankan
barang tersebut dalam bentuk apapun kepada pihak lain, tetapi dalam perjanjian juga
disebutkan hal yang dapat dikatakan berlawanan, yaitu pada saat bersamaan dengan
lunasnya pembayaran angsuran seluruhnya, maka pembeli akan menjadi pemilik.
Klausula tersebut menunjukan adanya sikap pengamanan security yang berlebihan dari
penjual terhadap kemungkinan terjadinya peralihan hak dari barang otomotif yang
merupakan barang kredit.
Berdasarkan harga kredit yang dibebankan kepada pembeli pada setiap bulan
yang tercantum dalam perjanjian, harga dapat dikatakan termasuk tinggi besar untuk
ukuran harga jual, sehingga dapat diasumsikan bahwa harga kredit bukanlah harga jual
kontan melainkan harga jual yang dicicil pembayarannya.
Dalam klausul perjanjian juga disebutkan bahwa selama pembayaran angsuran
belum lunas seluruhnya, maka pembeli harus menyerahkan STNK asli sebagai jaminan,
sehingga dapat diasumsikan bahwa sebelumnya telah terjadi penyerahan hak milik dari
penjual kepada pembeli, yaitu dengan penyerahan STNK asli, tetapi karena sesuatu hal,
Universitas Sumatera Utara
yaitu untuk menjaga kemungkinan agar barang kredit mobil tersebut tidak
dijualdipindahtangankan, maka STNK asli harus diserahkan kepada penjual sebagai
jaminan selama harga yang ditentukan belum lunas. Pembeli baru akan menjadi pemilik
bersamaan dengan dilunasinya pembayaran harga kredit disertai dengan penyerahan
kembali STNK asli. Dalam klausula lain dari perjanjian kredit kendaran roda empat
mobil disebutkan, bahwa apabila pembeli lalai wanprestasi dalam membayar
angsuran, maka kendaran roda empat mobil tersebut diambil kembali oleh penjual dan
dijual dengan harga pasaran. Hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi
angsuran ‐angsuran, denda‐denda yang belum dibayar oleh pembeli, maupun biaya‐
biaya yang dikeluarkan penjual untuk pengambilan kembali kendaraan tersebut. Apabila
dari hasil penjualan masih ada kekurangan, maka pembeli wajib melunasi sisanya,
sebaliknya apabila ada kelebihan maka kelebihan tersebut akan diserahkan kepada
pembeli. Berdasarkan isi klausula tersebut dapat diasumsikan bahwa perjanjian tersebut
merupakan perjanjian jual beli, karena uang‐uang angsuran tetap diperhitungkan.
Pengaturan mengenai resiko dalam perjanjian kredit kendaran roda empat
mobil menentukan bahwa pembeli menanggung sepenuhnya resiko yang dihadapi,
bahkan dalam klausula perjanjian disebutkan bahwa apabila terjadi sesuatu pada barang
kendaraan roda empat baik seluruh ataupun sebagian yang menyebabkan musnahnya
barang karena sebab apapun, termasuk pada keadaan memaksa overmacht sekalipun,
pembeli wajib membayar kerugian kepada penjual sejumlah harga yang disesuaikan
dengan nilai barang mobil tersebut, dengan menguranginya dengan harga sewa
bulanan yang sudah dibayarkan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko yang
tidak diinginkan, pada prakteknya penjual mewajibkan pembeli untuk mengasuransikan
objek sewa beli kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh penjual, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
premi asuransi dibebankan kepada pembeli. Perjanjian kredit kendaran roda empat
mobil pada prakteknya diikuti dengan surat kuasa yang memberikan hak kepada
penjual untuk mengambil kembali barang otomotif yang menjadi objek sewa beli dari
kekuasaan pembeli atau siapa saja dengan atau tanpa bantuan pihak yang berwajib,
karena terjadinya kemacetan pembayaran angsurancicilan oleh pembeli.
C. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Jalur Non Litigasi dan Litigasi