Bentuk Malpraktek Advokat pada Kasus dalam Putusan DKC IKADIN No. 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska

2. Bentuk Malpraktek Advokat pada Kasus dalam Putusan DKC IKADIN No. 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska

Dalam perkara Nomor: 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska., pelanggaran- pelanggarannya mencakup:

a. Melanggar sumpah jabatan sebagai Advokat sebagaimana Pasal 4 Ayat (2) Poin 5 Undang-Undang Advokat No.18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan :

“Bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat dan tanggung jawab saya sebagai Advokat.”

b. Menjanjikan kepada kliennya bahwa dengan membayar sejumlah uang akan dapat merubah pasal dakwaan, dan dapat mengusahakan kerterangan palsu sehingga hukuman kliennya menjadi lebih ringan. Melanggar Pasal

6 huruf (d) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan: “Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan,

atau harkat dan martabat profesinya.” dan melanggar Bab III tentang Hubungan Dengan Klien dalam Pasal 4

huruf (b) Kode Etik Advokat Indonesia: “Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat

menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.” menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.”

“Advokat tidak benar menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan dimenangkan.”

d. Advokat tidak memperhatikan kemampuan klien untuk membayar honorarium, meskipun uang diberikan kepada Advokat bukan untuk dirinya sepeserpun, namun untuk memenuhi permintaan tersebut klien menjadi lebih terbebani. Melanggar hak retensi Advokat, untuk mengancam dan mengurangi kapasitas sebagai Advokat dalam membela dan melindungi kliennya. Dalam berperkara menggunakan biaya-biaya tidak perlu sehingga memberatkan kliennya. Melanggar Bab III tentang Hubungan Dengan Klien dalam Pasal 4 huruf (d) Kode Etik Advokat Indonesia:

“Dalam menentukan honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien.”

e. Advokat telah berusaha meminta uang secara berlebihan dan/atau secara terus menerus dengan alasan untuk mengusahakan/menjanjikan sesuatu klien agar hukuman klien lebih ringan. Melanggar Bab III tentang Hubungan Dengan Klien dalam Pasal 4 huruf e Kode Etik Advokat Indonesia:

“Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.” “Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.”

“Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya.

g. Melanggar Bab III tentang Hubungan Dengan Klien Pasal 4 huruf i Kode Etik Advokat Indonesia:

“Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam 3 pasal huruf a.”

Bentuk-bentuk pelanggaran (malpraktek) Advokat dalam perkara Nomor: 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska. Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta, Tanggal 7 Juli 2006 atau aduan Ny. Sri Winarni terhadap Sdr. H. Bahrun Naja, S.H. sebagai Teradu sebagai berikut:

a. Menimbang bahwa 5 orang anggota Majelis Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta pada tanggal 24 Juni 2006 Jam 10.00 WIB telah hadir secara lengkap pada musyawarah Majelis Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta. Yaitu Johny Simanjuntak, S.H. sebagai ketua merangkap anggota, Rusma Sakiri, S.H. Sebgai anggota merangkap panitera, Sri Utami, S.H. sebagai anggota, Supanto, S.H. sebagai anggota ad.hoc dan Anwar Syuhuri sebagai anggota ad.hoc. dan kelima anggota

Majelis tersebut sepakat menjatuhkan keputusan seperti tersebut dibawah ini.

b. Bahwa Majelis berharap agar dengan keputusan ini Teradu H. Bahrudin Naja, S.H. masih dapat memperbaiki diri dan tidak lagi mengulangi perbuatannya yang akan lebih memberatkan lagi hukumannya nantinya.

c. Bahwa setelah memeriksa dan mempertimbangkan pengaduan, pembelaan, surat-surat bukti dan keterangan saksi-saksi, maka Majelis Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta mengambil keputusan berupa :

1) Menerima pengaduan dari pengadu Sri Winarni;

2) Mengadili serta menjatuhkan sanksi kepada teradu H. Bahrun Naja, S.H. sebagaimana diatur dalam pasal 16 ayat 1 huruf c Kode Etik Advokat Indonesia jo. Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 18 tahun 2003 berupa pemberhentian sementara dari profesinya selama

12 (dua belas) bulan terhitung sejak putusan ini berkekuatan tetap;

3) Memutuskan bahwa seluruh konsekwensi sanksi skorsing berlaku

efektif untuk teradu. Keputusan seperti diatas seharusnya merupakan malpraktek Advokat

karena selain melanggar Kode Etik dan Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat yang diduga melanggar Pasal 378 KUHP (Kitab Undang- Undang Hukum Pidana) mengenai penipuan:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Menurut ahli hukum pidana Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 378 KUHP adalah sebagai berikut : Menurut ahli hukum pidana Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 378 KUHP adalah sebagai berikut :

b. Penipu itu bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain tanpa hak. Dari maksud itu ternyata bahwa tujuannya adalah untuk merugikan orang yang menyerahkan barang itu.

c. Yang menjadi korban penipuan itu harus digerakkan untuk menyerahkan barang itu dengan jalan :

1) Penyerahan barang itu harus akibat dari tindakan tipu daya.

2) Sipenipu harus memperdaya sikorban dengan satu akal yang tersebut

dalam Pasal 378 KUHP. Mencermati kasus di atas maka unsur-unsur yang dikemukakan oleh

Moeljatno telah terpenuhi diantaranya adalah :

a. Ibu Sri Winarni digerakan untuk menyerahkan sejumlah uang kepada Pak Bahrun dengan jalan tipu muslihat.

b. Pak Bahrun bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan meminta sejumlah uang tetapi tidak menjalankan tugas sesuai yang diperjanjikan.

c. Tipu muslihat dilakukan Pak Bahrun dengan menjanjikan hukuman yang diterima oleh Yosep bias ringan dengan syarat Ibu Sri Winarni harus menyerahkan sejumlah uang kepada Pak Bahrun, tetapi setelah uang diserahkan ternyata semua yang diperjanjikan hanya kebohongan belaka.

Adanya dugaan penelantaran klien oleh Advokat terdapat tindak pidana dalam Pasal 304 KUHP :

“Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

Mencermati pasal tersebut delik pidana dalam kasus ini yaitu dengan delik berganda yang dilakukan beberapa kali perbuatan dan sengaja melalaikan kewajiban (commssionis per ommissionis). Pasal 304 KUHP mengenai orang yang karena perjanjian wajib memberikan kehidupan, perawatan atau memelihara orang lain. Dengan ada 3 macam kewajiban didalamnya:

a. Untuk memberi kehidupan orang lain, sebagai contoh kewajiban seorang ayah, ibu, wali terhadap anaknya;

b. Untuk merawat (menolong, membantu yang merupakan kewajiban profesi) orang lain, sebagai contoh kewajiban profesi Dokter-pasien dan Advokat-klien;

c. Memelihara orang lain, sebagai contoh memelihara orang cacat, orang yang tidak mampu memelihara dirinya sendiri, orang telah memberikan kuasanya untuk diberikan pertolongan hukum. Terkait dengan adanya hubungan “fiduciary duties” dari seorang Advokat terhadap kliennya.

Dalam Putusan No. 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska, klien mengadukan ke Kepolisian, namun ditingkat penyelidikan tidak dapat ditindak lanjuti karena pihak penyelidik dalam hal ini Polisi menganggap tidak berwenang memproses kasus ini. Pihak Kepolisian hanya berkomentar bahwa yang berhak dan mempunyai kewenangan memproses kasus ini adalah IKADIN. Sangat disayangkan Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta tidak menyarankan, dan/atau mengingatkan baik kepada pengadu maupun Kepolisian dalam bentuk lisan maupun tulisan. Perkara seperti dalam kasus ini dapat dikategorikan tindak pidana malpraktek. Seseorang Advokat yang Dalam Putusan No. 01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska, klien mengadukan ke Kepolisian, namun ditingkat penyelidikan tidak dapat ditindak lanjuti karena pihak penyelidik dalam hal ini Polisi menganggap tidak berwenang memproses kasus ini. Pihak Kepolisian hanya berkomentar bahwa yang berhak dan mempunyai kewenangan memproses kasus ini adalah IKADIN. Sangat disayangkan Dewan Kehormatan Cabang IKADIN Surakarta tidak menyarankan, dan/atau mengingatkan baik kepada pengadu maupun Kepolisian dalam bentuk lisan maupun tulisan. Perkara seperti dalam kasus ini dapat dikategorikan tindak pidana malpraktek. Seseorang Advokat yang

“Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila pelanggaran terhadap kode etik profesi Advokat mengandung unsur pidana.”

Dewan Kehormatan Advokat tidak mempunyai kewenangan memproses pelanggaran yang berhubungan dengan “criminal malpractice” manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana. Seharusnya pula Dewan Kehormatan Advokat setelah membacakan putusan tersebut memberikan masukan/saran kepada pihak pengadu untuk mengajukan tuntutan hukum karena sudah memuat rumusan delik pidana dan adanya kerugian yang diterima pengadu.