Kajian Teori

a. Pengertian Prestasi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwo Darminto (1976: 32):”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai”. Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud (1991: 81):”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, yang telah dilakukan atau dikerjakan”. Menurut M. Anton Mulyono (1995:787) bahwa yang damaksud :”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan”. Sedangkan menurut WS. Winkel (1986:162):”Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai”. Prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dikerjakan atau dilakukan. Untuk melihat hasil mengajar dapat dilihat pada prestasi.

b. Pengertian Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Sedangkan menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Belajar adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan atau menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

commit to user

belajar.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong aktivitas pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

commit to user

menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa tersebut dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) maupun faktor ayng berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Oleh karena itu, guru harus memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal dari siswa agar proses belajar – mengajar menarik dan prestasi belajar siswa, khususnya mata pelajaran Sejarah dapat meningkat.

Menurut Martensi K. DJ (1980:10) prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang berasal dari siswa. Faktor internal di sini diantaranya adalah: 1)kecerdasan, 2)bakat, 3)minat, 4)motivasi, 5)perasaan, 6)sikap, dan 7)kematangan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal antara lain: 1)lingkungan keluarga, 2)lingkungan sekolah, dan 3)lingkungan masyarakat.

5. Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi. Sardiman (1990:40) mengatakan bahwa “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas”.

Anton M. Mulyono (2001 : 26) berpendapat bahwa keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan - kegiatan

commit to user

pendapatnya bahwa aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) berpendapat bahwa belajar aktif merupakan suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, sebab siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Dalam merancang pembelajarannya, seorang guru harus mampu mengarahkan dan mengoptimalkan keaktifan yang telah dimiliki oleh setiap siswa. Menurut Nana Sujana (1996:23) :

Pengoptimalan keaktifan siswa didasarkan pada : (a) Anak bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, (b) Setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, (c) Individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, (d) Anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Jenis-jenis Keaktifan dalam Belajar.

Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2001: 172) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu:

a) Kegiatan-kegiatan visual

commit to user

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b) Kegiatan-kegiatan lisan Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy , membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f) Kegiatan-kegiatan metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

g) Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor- faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h) Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari- hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs dan Martinis (2007: 84) berpendapat bahwa faktor – faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

e) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g) Memberi umpan balik (feed back)

commit to user

siswa selalu terpantau dan terukur.

i) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

6. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai Standar Kompetensi mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar

2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran

3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji tingkat kefektifan media

pembelajaran Sejarah berbasis visualisasi museum terhadap siswa kelas VIII, SMP Muhammadiyah 2 Karanganyar dengan Standar Kompetensi; ”Memahami Usaha Persiapan Kemerdekaan” dan Kompetensi Dasar; ”Mendiskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi dan proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia”.