Deskripsi Data
B. Deskripsi Data
Sesuai dengan tujuan utama dalam penelitian ini, maka data dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara kepala sekolah, guru dan orangtua; perbedaan sikap antara orangtua normal dan orangtua ABK; serta hubungan tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi.
Sebelum melakukan kategorisasi, asumsi bahwa skor responden telah terdistribusi normal harus terpenuhi. Untuk itu, dilakukan uji normalitas agar dapat mengetahui bentuk distribusi skor. Berdasarkan uji normalitas, diperoleh nilai p-value=0,147. Karena nilai p-value > 0,05, dengan demikian data penelitian terdistribusi normal sehingga dapat digunakan ketegorisasi berdasar distribusi normal.
dikelompokkan menjadi tujuh kelompok, yaitu sikap masyarakat secara umum, sikap kepala sekolah, sikap guru, sikap orang tua, sikap orangtua siswa normal, sikap orangtua ABK, sikap masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan. Untuk mengukur interval masing-masing kelompok digunakan rumus lebar interval sebagai berikut:
Lebar interval =
Adapun distribusi dari kelompok sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Sikap Masyarakat Secara Umum Pengelompokan sikap masyarakat secara umum, dibagi menjadi
5 interval, yaitu rentang antara 109-120, 121-132, 133-144, 145-156, dan 157-168.
Tabel 4.1 Sikap Masyarakat Secara Umum
157-168 145-156 133-144 121-132 109-120
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa secara umum sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 23 responden (15,86%) berada dalam rentang nilai 157-168, sebanyak 41 responden (28,28%) berada di rentang 145-156, sebanyak 55 responden
Sikap Masyarakat Secara Umum
berada di rentang skor 109-120. Mulai skor antara 35-80, sikap masyarakat secara umum dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif atau sangat setuju. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor total sikap masyarakat dimulai dari 109 yakni berada di rentang sikap yang netral, hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat secara umum terhadap ABK di sekolah inklusi dapat dikatakan kebanyakan bersikap positif dan hanya beberapa yang bersikap netral, serta tidak ada yang bersikap negatif. Berikut adalah grafik distribusi sikap masyarakat secara umum:
Grafik 4.1. Sikap Masyarakat Secara Umum
2. Sikap Kepala Sekolah Pengelompokan sikap kepala sekolah, dibagi menjadi 5 interval, yaitu rentang antara 130-136, 137-144, 145-152, 153-160, dan 161- 168.
109-120
121-132
133-144
145-156
157-168
Tabel 4.2. Sikap Kepala Sekolah
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat sikap kepala sekolah terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 5 responden (20%) dalam rentang nilai 130-136, sebanyak 5 responden (20%) berada di rentang 145-152, sebanyak 9 responden (36%) dalam rentang 153-160 dan sebanyak responden (12%) berada dalam rentang skor 161-168.
Mulai skor antara 35-80, sikap kepala sekolah dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor total sikap kepala sekolah dimulai dari 130 yakni berada di rentang sikap yang positif atau sangat setuju, hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap kepala sekolah terhadap ABK di sekolah inklusi adalah positif dan tidak ada yang bersikap netral atau bahkan bersikap negatif. Berikut adalah grafik sikap kepala sekolah terhadap ABK di sekolah inklusi:
Sikap Kepala Sekolah
3. Sikap Guru Pengelompokan sikap guru terhadap ABK di sekolah inklusi, juga dibagi menjadi 5 interval, yaitu rentang antara 119-128, 129-138, 139-148, 159-168.
Tabel 4.3 Sikap Guru Terhadap ABK di Sekolah Inklusi
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.3 dapat dilihat sikap guru terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 6 responden (12%) dalam rentang nilai 159-168, 16 responden (16%) berada di rentang 149-158, 18 responden (36%)
153-160 145-152 137-144 130-136 137-144
Sikap Guru
128. Mulai skor antara 35-80, sikap guru dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif. Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa skor total sikap guru dimulai dari 119 yakni berada di rentang sikap yang netral, hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap guru secara umum terhadap ABK di sekolah inklusi dapat kebanyakan adalah positif, dan sama sekali tidak ada yang bersikap negatif terhadap ABK. Berikut adalah grafik sikap guru terhadap ABK di sekolah inklusi:
Grafik 4.3. Sikap Guru Terhadap ABK di Sekolah Inklusi
4. Sikap Orangtua Secara Umum Pengelompokan sikap orangtua secara umum terhadap ABK di sekolah inklusi, juga dibagi menjadi 5 interval, yaitu rentang antara 109-120, 121-132, 133-144, 145 - 156, dan 157-168.
149-158 139-148 129-138 119-128 129-138 149-158 139-148 129-138 119-128 129-138
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.4 dapat dilihat sikap orangtua secara umum terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 9 responden (12,86%) dalam rentang nilai 157-168, sebanyak 24 responden (34,29%) berada di rentang 145 - 156, sebanyak 22 responden (31,42%) dalam rentang 133-144, sebanyak 12 responden (17,14%) berada di rentang skor 121-132, dan sebanyak 3 responden(4,29%) berada di rentang skor 109-120.
Mulai skor antara 35-80, sikap orangtua secara umum dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif. Dari tabel 4.4 diatas, diketahui rentang skor orangtua secara umum dimulai dari 109, nilai ini berada di rentang yang netral. Hal hal ini dapat disimpulkan bahwa beberapa orangtua bersikap netral, namun kebanyakan bersikap positif. Dari tabel diatas juga dapat diketahui tidak ada orangtua yang bersikap negatif terhadap ABK. Berikut adalah grafik distribusi sikap orangtua secara umum.
Sikap Orangtua Secara Umum
5. Sikap Orangtua Siswa normal Pengelompokan sikap orangtua siswa normal terhadap ABK di sekolah inklusi, terbagi menjadi 5 interval, yaitu rentang antara 116- 126, rentang 127-137, rentang 138 – 148, rentang 149 – 159, dan rentang antara 160 – 170.
Tabel 4.5. Sikap orangtua siswa normal terhadap ABK
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.5 dapat dilihat sikap orangtua siswa normal
Skor
Frekuensi Presentase
145-156 133-144 121-132 133-144
Sikap Orangtua Siswa Normal
rentang 149 - 159, sebanyak 18 responden (36%) dalam rentang 116 – 133, sebanyak 11 responden (22%) di rentang 127-137, dan
sebanyak 4 responden (8%) di rentang 116-126.
Mulai skor antara 35-80, sikap orangtua siswa normal dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif. Dari tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 50 orangtua hanya 4 orangtua yang bersikap netral, 46 orangtua bersikap positif, dan sama sekali tidak ada yang bersikap negatif. Berikut adalah grafik distribusi sikap orangtua siswa normal:
Grafik 4.5 Sikap Orangtua Siswa Normal
6. Sikap Orangtua Siswa ABK Pengelompokan sikap orangtua siswa ABK terhadap ABK di sekolah inklusi, terbagi menjadi 5 interval, yaitu rentang antara 109- 118, 119-128, 129-138, 139-148, 149-158.
149-159 138-148 127-137 116-126 127-137
Sikap Orangtua Siswa ABK
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.6 dapat dilihat sikap orangtua siswa ABK terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 1 responden (5%) dalam rentang nilai 149-158, 4 responden (20%) berada di rentang 119-128, sebanyak 4 responden (20%) dalam rentang 129-138, dan 10 responden (50%) berada dalam rentang 139-148 dan 1 responden (5%) di rentang skor 149-158.
Mulai skor antara 35-80, sikap orangtua siswa ABK dikategorikan sangat negatif atau tidak setuju; skor antara 81-126, sikap dikategorikan netral; dan skor antara 127-172, sikap dikategorikan positif. Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa beberapa orangtua siswa ABK bersikap netral dan kebanyakan bersikap positif, serta tidak ada yang bersikap negatif terhadap ABK. Grafik 4.6 Sikap Orangtua Siswa ABK
Skor
Frekuensi
Presentase
149 - 158 139 - 148 129 - 138 119 - 128 109 - 118
10
5%
50 %
20 %
20 % 5%
Jumlah
20 100%
Sikap Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pengelompokan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi, berdasarkan tingkat pendidikan, terbagi menjadi 6 yaitu dimulai dari SD, SMP, SMA, Diploma, S1, dan S2.
Tabel 4.7 Sikap Masyarakat Berdasarkan tingkat Pendidikan
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.7 dapat dilihat sikap masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan terhadap ABK di sekolah inklusi, sebanyak 7 responden (4,84%) berpendidikan S2, 68 responden (46,89%) mempunyai pendidikan S1, 10 responden (6,89%) berpendidikan diploma, 34 responden (23,45%) tamatan SMA, 14 responden (9,65%) tamatan SMP dan sebanyak 12 responden (8,28%) adalah tamatan SD.
Grafik 4.7 Sikap Masyarakat Berdasarkan tingkat Pendidikan
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara kepala sekolah, guru dan orangtua; perbedaan sikap antara orangtua normal dan orangtua ABK; serta hubungan tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi.
1. Perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, guru, dan orangtua terhadap ABK di sekolah inklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, kelompok guru dan kelompok orangtua terhadap ABK di sekolah inklusi. Berikut disajikan tabe distribusi sikap kepala sekolah, guru dan orangtua:
Tabel 4.8 Distribusi Sikap kepala sekolah, guru dan orangtua
Profesi
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
kepala_sekolah
Sumber: Data Primer 2012
Untuk mengetahui perbedaan sikap antara kelompok tersebut digunakan uji Kruskal-Wallis dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, guru, dan orangtua terhadap ABK di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,99 > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, guru, dan orangtua terhadap ABK di sekolah inklusi.
sikap antara kepala sekolah, guru dan orangtua adalah positif. Tidak adanya perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, guru, dan orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi ini disebabkan karena adanya pengetahuan tentang ABK dan sekolah inklusi antara kepala sekolah, guru dan orangtua hampir sama dan bisa dikatakan pengetahuan diatara ketiganya cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari nilai item soal kognitif mengenai ABK dan sekolah inklusi, jumlah nilai antara ketiganya bagus dan setara. Dalam hal ini yang berperan memberikan pengetahuan kepada masyarakat adalah sarana komunikasi. Menurut Saifuddin Azwar, 2011) berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainnya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pula pesan sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan adanya informasi mengenai sekolah inklusi dan ABK yang dibawa oleh media massa, baik kepada kepala sekolah, guru, maupun orangtua akan memberikan landasan kognitif baru yang positif bagi terbentuknya sikap terhadap sekolah inklusi dan ABK. Aspek kognitif ini dinilai sangat penting, karena arah sikap seseorang, ditentukan pula oleh aspek kognitifnya. Apabila pengetahuan seseorang mengenai suatu hal adalah negatif, maka arah sikap seseorang tersebut tentu akan negatif pula, demikian pula sebaliknya. Aspek kognitif dari ketiga kelompok tersebut adalah positif, sehingga arah sikap dari ketiganya adalah positif.
2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi. Berikut adalah tabel distribusi sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan:
Tabel 4.9 Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidkan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation S2
Sumber: Data Primer 2012
Tingkat pendidikan formal merupakan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden di bangku sekolah. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir. Lembaga pendidikan formal memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didiknya menuju sikap yang diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan lembaga pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep dari individu ( Saifuddin Azwar, 2011).
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi digunakan uji korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,326 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi. Semakin tinggi pendidikan formal responden, belum tentu sikap terhadap ABK di Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi digunakan uji korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,326 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi. Semakin tinggi pendidikan formal responden, belum tentu sikap terhadap ABK di
Sikap positif masyarakat terhadap ABK dalam sekolah inklusi terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh responden dengan ABK. Menurut Azwar (2011), bagaimana individu bereaksi terhadap pengalaman saat ini tidak terlepas dari penghayatannya terhadap pengalaman-pengalaman bertemu dan berkumpul dengan ABK. Dengan seiring berjalannya waktu, interaksi individu dengan ABK akan menimbulkan sikap simpati terhadap ABK. Sehingga anggapan bahwa ABK sebagai suatu aib bagi keluarga dan masyarakat sekitar sangat tidak disetujui dan menganggap bahwa ABK juga perlu mendapatkan pelayanan khusus sesuai dengan kebutuhannya.
3. Perbedaan sikap antara orangtua normal dan orangtua ABK terhadap ABK di sekolah inklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara orangtua normal dan orangtua ABK terhadap ABK di sekolah inklusi.
Tabel 4.10 Distribusi Sikap Responden Terhadap ABK Berdasarkan Golongan Orangtua Siswa Normal dan Orangtua ABK
Golongan
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
orangtua_normal 50
143.6400 12.26037 orangtua_ABK
70 Sumber: Data Primer 2012
Dalam pendidikan inklusi ini, faktor pendukung yang penting adalah sikap orangtua. Sikap orangtua ini diwujudkan dalam bentuk peran sertanya terhadap perkembangan pendidikan inklusi. Hal itu penting karena peran orangtua dapat mempengaruhi segala hal, terutama bagi perkembangan pendidikan anak reguler dan anak berkebutuhan khusus. Sikap yang diberikan orangtua dalam pendidikan inklusi dapat beranekaragam (positif dan negatif) dan dapat berbeda antara orangtua dari anak reguler maupun orangtua dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena perwujudan sikap orangtua sangat penting bagi kesuksesan pendidikan inklusi, maka peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan sikap antara orangtua dari anak reguler dengan orangtua dari anak berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusi.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara orangtua siswa normal dengan orangtua ABK maka digunakan uji Mann- Whitney. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai p-value = 0,048 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sikap antara orangtua normal dan orangtua ABK terhadap ABK di sekolah inklusi.
Dari deskripsi data diatas, sikap antara orangtua siswa normal dan orangtua siswa ABK berbeda. Grafik distribusi sikap diantara keduanya menunjukkan bahwa orangtua siswa ABK lebih bersikap positif daripada orangtua siswa normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik distribusi sikap Dari deskripsi data diatas, sikap antara orangtua siswa normal dan orangtua siswa ABK berbeda. Grafik distribusi sikap diantara keduanya menunjukkan bahwa orangtua siswa ABK lebih bersikap positif daripada orangtua siswa normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik distribusi sikap