Uji Coba Instrumen Penelitian

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen dijadikan alat pengumpul data, instrumen terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:167), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrume n”.

Ada empat jenis validitas yang sering digunakan seperti yang diungkapkan oleh Nana Sujdana (20011: 12-16), yaitu:

1. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya sehingga mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.

3. Validitas ramalan, dalam validitas ramalan yang diutamakan bukan isi tes melainkan kriterianya.

4. Validitas kesamaan suatu tes artinya membuat tes yang memiliki persamaan dengan tes sejenis yang telah ada atau telah dibakukan.

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk uji validitas maka penulis menggunakan validitas isi. Menurut Sumadi Suryabrata (2005: 41), “Validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal- soal, dilihat isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur”. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur. Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur atau kesejajaran adalah dengan “Teknik Korelasi Product Moment ” dengan rumus sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto.2006:170) Keterangan :

r xy = koefisien antara skor item tertentu dengan skor total n = jumlah sampel x = skor item tertentu y = skor total

Instrumen penelitian berdasarkan blue print/kisi-kisi instrumen penelitian tentang pernyataan. Selanjutnya instrumen diujicobakan guna mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Instumen berisi 50 pernyataan yang berbentuk checklist kemudian diujicobakan kepada 35 responden yang terdiri dari

r xy = r xy =

kemudian dianalisis dengan uji validitas korelasi product moment dengan bantuan

software dinyatakan 35 soal valid dan 15 soal gugur, yaitu pada nomor 1, 4, 6, 8,

14, 22, 23, 27, 31, 32, 33, 34, 37, 47, 48. Untuk mengetehui hasil keseluruhan item soal yang diujicobakan dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk reliabilitas alat ukur, penulis menggunakan reliabilitas internal consistency . Sugiyono (2010: 185) berpendapat bahwa “Pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik terte ntu”. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pengujian reliabilitas teknik belah dua dari Sperman Brown (split half) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r ii =

(Suharsimi Arikunto.2006:180)

di mana : r ii

= reliabilitas instrumen

=r xy yang disebabkan sebagai indeks antara dua instrumen.

Uji reliabilitas skala sikap masyarakat terhadap ABK dalam sekolah inklusi di Kabupaten Wonogiri diuji dengan teknik belah dua ganjil genap dan dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown, menggunakan bantuan software. Hasil yang diperoleh pada taraf signifikansi 5% dengan N=35 menunjukkan koefisien reliabilitas tes = 0,865. Dengan koefisien reliabilitas tes sebesar 0,865 maka dapat dikatakan instrumen yang disajikan mempunyai reliabilitas yang tinggi.

Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, analisis data yang benar dan tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Dalam penelitian ini, sikap masyarakat terhadap ABK di sekolah inklusi diketahui dengan menggunakan skala likert, yang kemudian sikap tersebut terbagi menjadi lima kategori yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara kepala sekolah, guru dan orangtua terhadap ABK dalam sekolah inklusi di kabupaten Wonogiri, digunakan uji Kruskal-Wallis dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat perbedaan sikap antara kelompok kepala sekolah, guru, dan orangtua terhadap ABK di sekolah inklusi.

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi digunakan uji korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden terhadap ABK di sekolah inklusi.

Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap antara orangtua siswa normal dengan orangtua ABK maka digunakan uji Mann-Whitney taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka tidak terdapat perbedaan sikap antara golongan orangtua siswa normal dan orangtua ABK terhadap ABK di sekolah inklusi.