Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia

E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia

Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida). Semenjak diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah.

Pada perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan pola penyaluran executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank yaitu 9 (sembilan) Bank Umum, antara lain: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 (tiga belas) Bank Pembangunan Daerah (BPD), antara lain: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua , Riau dan Nusa Tenggara Barat.

Salah satu bank yang berperan sebagai bank pelaksana KKP-E adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut Maulana dalam Indonesia Finance Today (2012), BRI mencatat penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan

commit to user

Energi (KKP-E) sebesar Rp 1,9 triliun per semester pertama 2012. Angka ini menyumbang 54% dari total outstanding KKP-E nasional yang mencapai Rp 3,46 triliun. KKP-E sendiri adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan dalam mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan dan energi. BRI telah menyalurkan KKP-E sejak 2007 dan secara akumulatif nilai kredit yang sudah disalurkan mencapai Rp Rp 4,7 triliun. Besarnya KKP-E yang disalurkan oleh BRI Cabang Karanganyar dari Tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan realisasi KKP-E pada Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Ketentuan untuk dapat mengajukan KKP-E melalui BRI adalah:

1. Petani

a. Petani menjadi anggota kelompok tani.

b. Petani peserta paling kurang berumur 21 tahun atau sudah menikah.

c. Bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau penyuluh pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E.

d. Memiliki bukti kepemilikan lahan atau Surat Kuasa Garap bagi petani penggarap diketahui oleh kepala desa/kelompok tani.

e. Rekomendasi dari PPL atau mitra usaha.

f. Tidak memiliki tunggakan kredit.

g. Maksimal lahan yang dibiayai 4 ha.

h. Surat Kuasa petani kepada kelompok tani/koperasi.

i. Plafon kredit kepada setiap petani maks Rp. 50.000.000,00. j. Plafon kredit kepada kelompok tani dalam rangka pengadaan atau peremajaan alat dan mesin untuk mendukung pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan maksimal Rp. 500.000.000,00.

2. Koperasi

a. Berbadan hukum,

b. Telah berdiri minimal 2 tahun,

c. Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan tertib,

d. Tidak memiliki tunggakan,

commit to user

e. Berusaha dibidang sektor pengadaan pangan,

f. Plafon kredit untuk koperasi dalam rangka pengadaan pangan (padi, jagung, kedelai) maksimal Rp. 500.000.000,00.

3. Mitra Usaha

a. Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang usaha pertanian.

b. Bermitra dengan kelompok tani.

c. Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis) sesuai kesepakatan. Syarat pengajuan KKP-E melalui Bank Rakyat Indonesia:

1. Permohonan diajukan debitur secara tertulis dan dilampiri dengan:

a. Surat Kuasa

b. Susunan Pengurus

c. RDKK yg ditandatangi Pengurus Kelompok dan PPL

d. Surat Kuasa Garap diketahui kep. Desa dan PPL

e. Fotocopy KTP

f. Bukti kepemilikan lahan

2. KKP-E diberikan melalui kelompok petani/peternak/pembudidaya/ nelayan.

3. Pola kredit executing.

4. Tingkat bunga dapat berubah sesuai ketentuan yang terbaru:

a. Tebu = LPS + 5%

b. Non Tebu = LPS + 6%

5. Jangka waktu maksimal 3 tahun.

6. Maksimal lahan yang dibiayai 4 Ha. Sistem pengajuan KKP-E yang diterapkan oleh BRI adalah salah satunya melalui mitra. Kegiatan usaha yang dilaksanakan bekerjasama dengan mitra usaha baik petani, kelompok tani dan atau koperasi, maka Rencana Definitive Usaha Petani (RDUP) / RDKK yang telah disusun oleh kelompok tani dan telah disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas teknis setempat atau penyuluh pertanian dan mitra usaha diajukan kepada

commit to user

BRI. Kelompok tani dan atau koperasi menandatangani akad kredit. BRI merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada petani/kelompok tani dan atau koperasi untuk diteruskan kepada petani anggota kelompok tani atau anggota koperasi. Dalam hal mitra usaha sebagai avalis kredit, pengelolaan kredit diatur sesuai kesepakatan pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan pada perjanjian kerjasama. Prosedur penyaluran KKP-E bekerjasama dengan mitra usaha adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha Keterangan :

1. Petani menyusun Rencana Kebutuhan Usaha dan Kelompok Tani menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK (dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian.

2. Pejabat yang diberi kuasa Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian terkait mensahkan RDKK yang diketahui oleh Mitra usaha.

3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke BRI.

4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RKU/RDKK, dan apabila dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani , selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani.

5. Dalam hal petani/kelompok tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra Usaha (Perusahaan BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta lain yang memiliki usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra.

Bank Pelaksana (BRI)

Dinas Pertanian

Mitra Usaha (perusahaan/koperasi)

Petani/kelompok

tani/koperasi

koordinasi

koordinasi

koordinasi

commit to user

Jika mitra usaha berbentuk koperasi maka koperasi bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) terhadap anggotanya.

6. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi petani/kelompok tani/ koperasi dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang berkoordinasi dengan BRI.

7. Petani/kelompok tani/koperasi mengembalikan KKP-E langsung kepada BRI sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit. Dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian KKP-E berjalan lancar, aman dan terkendali serta dapat memberikan manfaat bagi penerimanya maka diperlukan adanya upaya-upaya pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan secara rutin.

1. Pembinaan Pembinaan dalam pelaksanaan KKP-E di tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian bersama Instansi terkait lainnya dan Bank Pelaksana KKP-E dalam hal ini adalah BRI. Pembinaan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan Dinas Teknis berkoordinasi dengan instansi tekait lainnya dan BRI Cabang Karanganyar. Pembinaan diarahkan dalam beberapa hal antara lain:

a. Menginventarisir petani/peternak/pekebun dan kelompok tani yang layak usahanya untuk dibiayai KKP-E;

b. Membimbing petani/peternak/pekebun, dan kelompok tani dalam penyusunan rencana kebutuhan usaha dan atau RDKK;

c. Melakukan sosialisasi sumber pembiyaan pertanian kepada petani/ peternak/ pekebun dan penyuluh pertanian di tingkat lapangan;

d. Melakukan intermediasi akses pembiyaan ke lembaga perbankan;

e. Memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau penjamin kredit;

f. Membimbing, mendampingi, dan mengawal petani/peternak/pekebun dan kelompok tani dalam pemanfaatan KKP-E secara optimal, sehingga

commit to user

mau dan mampu menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan mutu intensifikasinya;

g. Memberikan pemahaman kepada petani/peternak/pekebun dan kelompok tani bahwa kredit yang diterima wajib dikembalikan sesuai jadwal.

2. Monitoring dan Evaluasi Monitoring secara terencana dan teratur mulai dari aspek rencana penyaluran, perkembangan penyaluran, kelompok sasaran dan pengembalian KKP-E dilakukan secara periodik berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Monitoring di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi KKP-E (Tim Monev KKP-E), dan di tingkat propinsi serta kabupaten atau kota dilakukan tim teknis propinsi/kabupaten/kota, yang dibentuk beraggotakan instansi terkait dan berkoordinasi dengan BRI Cabang Karanganyar. Monitoring dan evaluasi diarahkan pada pelaksanaan KKP-E secara menyeluruh mulai dari pemahaman terhadap penyampaian pedoman/petunjuk teknis; mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian KKP-E; pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait; melakukan identifikasi dan upaya pemecahan permasalahan di lapangan; mengevaluasi dan merumuskan saran penyempurnaan skim KKP-E; dan menyampaikan laporan secara berkala sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

3. Pelaporan BRI pusat wajib menyusun dan menyampaikan laporan bulanan kepada Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya secara rutin. BRI Cabang Karanganyar wajib menyampaikan laporan bulanan perkembangan penyaluran dan pengembalian KKP-E yang dikelolanya kepada Dispertanbunhut Kabupaten Karanganyar selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Dispertanbunhut Kabupaten Karanganyar menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KKP-E kepada Direktorat Pembiayaan

commit to user

Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian.

KKP-E dinyatakan berhasil apabila plafon KKP-E yang telah disediakan BRI dapat dimanfaatkan dan disalurkan kepada petani/ peternak/pekebun, kelompok tani atau koperasi; petani/peternak/pekebun mendapatkan subsidi suku bunga dari pemerintah; peningkatan penerapan teknologi anjuran; dan peningkatan produktivitas hasil di atas rata-rata. Pengajuan KKP-E yang tidak menggunakan agunan sangat membantu petani dalam memperoleh kemudahan memperoleh pinjaman. KKP-E disalurkan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan usaha tani. Namun, beberapa petani lebih memilih mengambil dalam bentuk natura atau barang untuk kemudian dipotong dari besar pinjamannya tersebut.

Pada pelaksanaannya, KKP-E pun tidak terlepas dari beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan tersebut adalah adanya pengguna

KKP-E yang kurang bertanggung jawab dan tidak mengembalikan KKP-E dengan alasan tertentu. Banyaknya kredit macet menyebabkan pengurus kelompok tani yang berperan sebagai penanggung jawab harus menanggung terlebih dahulu sisa angsuran KKP-E yang belum dibayarkan. Hal ini disebabkan oleh gagal panen yang menimpa beberapa orang petani anggota kelompok tani. Lemahnya sistem administrasi di tingkat kelompok tani pun menjadi permasalahan tersendiri. KKP-E dikelola hanya oleh pengurus kelompok tani sehingga kerap terjadi rasa kurang percaya dari beberapa pihak yang dapat berakibat pada kurang harmonisnya hubungan antar anggota. Hanya didasari sikap saling percaya, ditambah dengan tidak adanya jaminan dalam bentuk apapun sehingga beberapa petani juga cenderung mengabaikan. Selain itu, kurangnya sosialisasi menyebabkan banyak petani yang tidak mengetahui adanya KKP-E.

commit to user