Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani

3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani

Besarnya pengaruh faktor atau variabel berbeda-beda. Pengaruh faktor ditunjukkan dengan nilai uji t berdasarkan hasil dari regresi linier berganda faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan

commit to user

usaha tani. Faktor atau variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan kelompok tani Rukun Makaryo, antara lain: luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit.

a. Pengaruh Luas Lahan, Tingkat Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Kepenguasaan Lahan terhadap Pendapatan Usaha Tani

1) Luas Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi besar dalam usaha tani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung 31,749 lebih besar dari t-tabel

2 , 397 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan 99%. Dengan demikian, keputusan H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa luas lahan

berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,949 menunjukkan setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 949.000,00.

Peningkatan luas lahan berkaitan dengan jumlah benih, sarana produksi lain, dan tenaga kerja yang dicurahkan. Melalui penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja yang optimal maka diharapkan akan meningkatkan hasil produksi. Semakin luas lahan maka jumlah benih yang ditanam semakin banyak, dengan jarak tanam yang tepat akan meningkatkan jumlah produksinya. Semakin banyak jumlah produksi maka semakin banyak hasil yang akan dijual sehingga pendapatan juga meningkat.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menunjukkan rata-rata lama pendidikan yang ditamatkan oleh petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t- hitung sebesar 0,251 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dengan nilai signifikansi 0,803 lebih besar dari batas kesalahan yang

commit to user

dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, keputusan H 0 diterima dan H 1 ditolak. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Pendidikan formal tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani. Rata-rata pendidikan formal petani masih rendah yaitu sampai tahap SMP.

Umumnya tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat penyerapan informasi dan inovasi. Namun demikian, informasi dan inovasi yang dibutuhkan oleh petani tidak didapatkan dari pendidikan formal. Informasi dan inovasi dalam hal pertanian justru lebih sering didapatkan petani dari pendidikan non-formal seperti kursus dan penyuluhan. Selain itu untuk mengubah pola pikirnya, petani cenderung lebih percaya pada bukti nyata daripada sekedar teori yang diberikan. Melalui pengarahan PPL dan praktik langsung di lapang, petani bersedia menerapkan inovasi yang disampaikan sehingga apa yang diharapkan seperti peningkatan produksi dapat tercapai.

3) Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga menunjukkan banyaknya anggota keluarga petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 1,625 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,110 lebih besar dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan

95%. Sehingga keputusan H 0 diterima dan H 1 ditolak. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan banyaknya jumlah anggota keluarga diharapkan banyak pula anggota keluarga yang aktif pada usaha tani sehingga pengeluaran untuk biaya tenaga kerja luar dapat dikurangi. Semakin rendah alokasi biaya untuk tenaga kerja dapat berpengaruh pada

commit to user

peningkatan pendapatan. Namun pada kenyataannya, rata-rata dalam satu rumah tangga petani hanya ada dua orang saja yang aktif dalam usaha tani, yaitu pasangan suami-istri saja. Sebagian dari anggota keluarga lebih memilih untuk bekerja di luar usaha tani seperti di pabrik atau sebagai buruh bangunan, dan sebagian lagi masih sekolah. Karena sedikitnya jumlah anggota keluarga yang terjun dalam kegiatan usaha tani maka penggunaan tenaga kerja dari luar semakin tinggi sehingga pendapatannya pun berkurang. Apabila banyak anggota keluarga yang bersedia terjun dalam kegiatan usaha tani maka, keberlanjutan usaha tani dapat terjaga.

4) Kepenguasaan Lahan

Kepenguasaan lahan berkaitan dengan apakah lahan yang digarap oleh petani merupakan miliknya atau hanya bersifat sewa dan bagi hasil. Tidak semua petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah petani pemilik, namun ada sebagian petani yang merupakan petani penggarap (penyewa dan penyakap). Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,642 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 lebih rendah dari batas kesalahan yang dapat terjadi

yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga keputusan H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa kepenguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan bahwa apabila merupakan petani pemilik maka akan memiliki pendapatan lebih besar Rp 81.000,00 daripada petani penggarap.

Kepenguasaan lahan berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Pada petani pemilik penggarap baik pengguna KKP-E maupun bukan pengguna KKP-E terdapat biaya pajak. Sedangkan pada petani penggarap terdapat pengeluaran untuk sewa lahan, dan ada beberapa usaha tani milik petani penggarap yang disertai

commit to user

pengeluaran untuk pajak karena tidak seluruh lahannya menyewa. Biaya pajak dan sewa lahan berpengaruh pada besarnya biaya yang nantinya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan usaha tani.

b. Pengaruh Penggunaan Kredit terhadap Pendapatan Usaha Tani Penggunaan kredit berkaitan apakah petani menggunakan KKP-

E atau tidak. Pada petani pengguna KKP-E komponen modal yang digunakan merupakan modal sendiri dan modal KKP-E, sedangkan petani bukan pengguna KKP-E hanya menggunakan modal sendiri saja. Modal sendiri merupakan komponen modal yang digunakan oleh petani yang sumbernya berasal dari petani itu sendiri. Modal sendiri merupakan cerminan dari nilai sarana produksi yang dikeluarkan beserta aset yang dimiliki oleh petani. Aset berupa lahan dan alat-alat yang digunakan dalam pertanian. Modal KKP-E merupakan besar modal yang digunakan oleh petani yang bersumber dari pinjaman Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dari BRI cabang Karanganyar.

Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t-hitung 2,852 lebih besar dari t-tabel sebesar 2 , 397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan

99%. Sehingga keputusan H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa modal KKP-E berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00 namun apabila tidak menggunakan KKP-E maka tidak menambah pendapatan.

commit to user

*)

Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani

· Penggunaan benih bermutu milik PT. Pertani, · Penggunaan pupuk organik lebih banyak (479,23 Kg/Ha) daripada petani bukan

pengguna KKP-E (243,43 Kg/Ha), · Hasil produksi lebih tinggi (rata-rata 7.007 Kg/Ha) dan berkualitas, sehingga

harga jual juga tinggi (Rp 3.721,00/Kg), · Pembinaan oleh BP4K bekerja sama dengan BPK dan BRI cabang Karanganyar.