Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar

1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar

Sebagian besar petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo adalah petani padi. Pola tanam yang diterapkan oleh petani anggota kedua kelompok tani tersebut adalah padi-padi-padi atau sepanjang tahun ditanami dengan padi. Namun ada beberapa petani anggota kelompok tani Rukun Tani yang menerapkan pola tanam padi- padi-bera. Teknik budidaya padi pada MT II petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo relatif sama, baik petani pengguna KKP-

E maupun petani bukan pengguna KKP-E. Berdasarkan wawancara dengan petani, teknik budidaya padi adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Lahan Pengolahan tanah merupakan usaha untuk mengubah sifat fisik

tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan berlumpur serta untuk membuat tanah dapat menopang tanaman dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Selain itu juga bertujuan untuk memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman padi dengan baik. Pengolahan lahan dilakukan dalam dua tahap yaitu pencangkulan serta luku dan garu. Pencangkulan dilakukan dengan tujuan membolak-balikan tanah sehingga tanah yang dulu dibawah terangkat, demikian juga tanah yang di atas menjadi di bawah.

Pembajakan dilakukan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Pembajakan pertama dilakukan dengan membolak-balikan tanah dan menjadikan gumpalan- gumpalan tanah terpecah menjadi kecil-kecil, yang disebut dengan ngluku . Selanjutnya pembajakan kedua (menggaru) dilakukan dengan

commit to user

traktor dimana dibelakang traktor diberi bambu atau semacam perata sehingga lahan menjadi halus dan rata, serta siap untuk ditanami. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Kegiatan meluku dan menggaru dapat dilakukan secara bersamaan sehingga dapat mempercepat waktu pengerjaan dan menghemat biaya persiapan lahan/

Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan- bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi. Selanjutnya dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Air yang diperoleh untuk mengairi sawah bersumber dari air hujan pada saat musim penghujan dan dari sumur bor dan sungai saat musim kemarau. Air yang diberikan tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kekurangan karena dapat mempengaruhi produktivitas padi. Terlalu banyak air dapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan air dapat menyebabkan tanaman menjadi layu karena metabolismenya terhambat.

b. Persemaian Jenis benih padi yang digunakan oleh petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo beraneka ragam, namun pada umumnya menggunakan benih jenis IR64, Mikongga, Denok, dan lain- lain. Benih yang ditanam merupakan benih bersertifikat yang dibeli melalui kelompok tani dan kios sarana produksi. Pembuatan persemaian padi dilakukan di areal yang sama dengan areal sawah yang akan ditanami. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam penanaman.

Luas persemaian kurang lebih 4 x 4 m 2 untuk lahan dengan luasan 30 m 2 . Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat bedengan.

commit to user

Kemudian lahan persemaian ditaburi dengan pupuk untuk menambah unsur hara dan beberapa petani menggunakan Furadan untuk mencegah timbulnya jamur. Benih yang telah siap kemudian disebarkan dalam bedengan tersebut. Setelah bibit berumur kurang lebih 15-24 hari setelah penyemaian, bibit didaut atau dicabut dan siap untuk ditanam.

c. Penanaman Penanaman dilakukan pada pagi hari, bibit yang dalam ikatan dibagi ke beberapa tempat kemudian diambil dan ditanam dengan cara menekan akar hingga masuk ke dalam tanah menngunakan ibu jari. Pada saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan macak-macak sehinggga memudahkan dalam proses tanam dan akar tidak rusak karena tidak perlu ditekan keras akar sudah dapat masuk ke dalam tanah. Penanaman bibit padi tiap lobangnya ditanami 2-3 bibit dengan jarak tanam antara 20 cm x 20 cm. Penyulaman bibit yang tidak tumbuh dilakukan dengan segera. Tenaga kerja saat penanaman mayoritas adalah wanita dengan sistem borongan.

d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Pupuk yang digunakan pada usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo, baik petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah sama, hanya saja dosisnya yang berbeda. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik granul, Urea, KCl, Phonska, ZA, SP36, dan pupuk organik cair. Rata-rata petani melakukan tiga kali pemupukan. Pupuk pertama atau pemupukan dasar diberikan saat sebelum tanam, pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman berusia kurang lebih 23 HST, dan pemupukan susulan ketiga diberikan pada saat tanaman berusia kurang lebih 35 HST.

e. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit Penyiangan gulma dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil

commit to user

dari tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada saat pengolahan lahan untuk persiapan persemaian untuk mengurangi resiko kegagalan pembibitan padi. Penyiangan gulma yang biasanya berupa rumput pada lahan sawah dilakukan dengan menggunakan sosrog atau dengan cara manual yaitu mencabuti rumput dengan tangan. Penyiangan gulma selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Saat musim hujan intensitas penyiangan lebih sering karena saat itu rumput tumbuh lebih subur dibandingkan saat musim kemarau. Namun demikian, saat musim kemarau dibutuhkan tenaga yang lebih banyak karena kondisi tanah yang kering dan keras sehingga sulit dilakukan penyiangan. Keberadaan gulma rumput ini dapat dikurangi dengan pemberian obat rumput saat awal tanam.

Pengendalian hama penyakit dilakuakan dengan cara penyemprotan dan menaburkan sesuai dengan jenis pestisidanya.

Penyemprotan dilakukan ketika ada indikasi serangan dari hama atau penyakit. Biasanya penyemprotan dilakukan saat padi beurmur 1/3 pertama dimana tanaman masih rentan terhadap gangguan hama dan penyakit dan saat-saat menjelang panen. Selain kedua waktu itu, penyemprotan pestisida dilakukan hanya saat terdapat hama atau penyakit saja. Dampak yang ditimbulkan dari hama dan penyakit tanaman adalah penurunan kualitas dan kuantitas produksi padi, yang pada kondisi parah dapat berakibat pada gagal panen. Hama yang biasa menyerang tanaman padi adalah tikus, keong mas, dan wereng.

f. Pengairan Tujuan pengairan adalah untuk membasahi tanah dan menjaga kelembaban tanah terutama pada daerah perakaran untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Pengairan pada lahan sawah petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo diandalkan pada tersedianya air hujan, air sungai, pengairan berkala oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dan sumur bor. Keterbatasan jumlah air pada musim kemarau menjadi kendala dalam usaha tani pada

commit to user

musim tanam III menyebabkan beberapa petani memberakan sawahnya. Namun demikian, hampir keseluruhan petani anggota kelompok tani Rukun Makaryo menerapkan pola tanam padi-padi-padi karena manajemen pengairan yang sudah sangat baik dibuktikan dengan adanya kelompok pompanisasi. Pada MT III air didapatkan dari sumur yang dibuat di setiap beberapa patok sawah. Namun, pada MT I dan MT II petani mengandalkan ketersediaan air hujan dan air dari P3A yang dikelola oleh PT. Dharma Tirta. Pada setiap musim tanam petani pengguna air dikenakan iuran yaitu sebesar 20 Kg hingga 30 Kg gabah per patok yang dikerjakan.

g. Panen Usia produksi padi adalah empat bulan, sehingga dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali penanaman. Umur panen optimal dicapai bila 90-95% butir gabah pada malai sudah berwarna kuning

atau kuning keemasan, malai berumur 30-35 hari setelah berbunga merata. Padi sudah dapat dipanen ketika sebagian besar padi mulai merunduk dan menguning, jika bulir padi diusap dengan tangan akan terasa kering, kesat, dan sudah berisi.

Kegiatan pemanenan umumnya tidak dilakukan sendiri oleh petani namun dilakukan secara borongan oleh buruh tani dengan menggunakan threser. Setelah itu hasil panen dijual kepada pedagang pengumpul. Namun demikian, ada beberapa petani yang menjual padi dengan cara ditebas. Padi yang masih berada di lahan dijual kepada penebas sebelum dipanen. Umumnya petani tidak ingin direpotkan dengan kegiatan pemanenan karena selain membutuhkan biaya yang mahal untuk membayar upah buruh threser, juga harus mengantri giliran penggunaan threser sedangkan usia padi sudah semakin tua. Petani tidak ingin mengambil resiko untuk hasil panen yang kualitasnya kurang baik.

Selain dijual pada pedagang, petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo utamanya yang menggunakan KKP-E

commit to user

menjual hasil produksi kepada PT. Pertani selaku mitra kelompok tani. PT. Pertani membeli gabah berkualitas baik milik petani dengan harga yang relatif lebih tinggi. Gabah tersebut kemudian dijadikan benih bermutu yang nantinya akan dijual lagi kepada petani untuk kebutuhan produksi.