Deskripsi Daerah Penelitian

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Keadaan Fisik.

a. Letak dan Batas Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 lembar 1408-334 dan 1408-343, letak astronomis Kecamatan Colomadu terletak antara 7 0 31’00” –

7 0 32’30” LS dan 110 0 44’30” – 110 0 47’30” BT atau dalam koordinat UTM terletak antara 468000 – 478000 mT dan antara 916600 – 916800 mU. Posisi ini menyebabkan Kecamatan Colomadu berada pada wilayah iklim tropis yang memiliki ciri-ciri dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Secara administrasi Kecamatan Colomadu berbatasan dengan 4 kecamatan yaitu:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

b. Luas Luas Kecamatan Colomadu adalah 15,64 km 2 yang secara administratif terbagi dalam 11 Desa, 50 Dusun, 126 Dukuh, 101 RW, dan 421 RT. Luas masing- masing desa disajikan dalam Tabel.2 dibawah ini:

No Nama Desa Luas Km 2 %

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

100,00 Sumber: BPS Kabupaten Karangnyar Tahun 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Desa Malangjiwan merupakan desa yang

mempunyai luas paling besar, yaitu 2,06 km 2 (13,17%) dan Desa yang mempunyai luas paling kecil adalah Desa Gajahan dengan luas 0,73 Km 2 (4,67%).

c. Penggunaan Lahan Kondisi alam khususnya faktor fisik akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Iklim serta tanah yang sesuai, merupakan kunci keberhasilan manusia dalam pengelolaan tanah. Daerah penelitian merupakan daerah yang cukup subur dengan penggunaan lahan yang masih didominasi untuk lahan pertanian. Bentuk penggunaan lahan di daerah ini adalah permukiman, sawah, tegalan, tambak/kolam, dan perkebunan.Penggunaan lahan pertanian tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan Colomadu. Sawah yang ada, pada umumnya adalah sawah irigasi, hal ini dikarenakan sumber air untuk irigasi sawah mudah diperoleh dari sungai-sungai atau dari sumur-sumur buatan.

Colomadu. Penggunaan lahan tegalan terdapat di desa Gawanan dan Gedongan, yang kebanyakan diusahakan tanaman jagung dan ketela. Penggunaan lahan tambak/kolam terdapat di desa Malangjiwan dan Klodran. Penggunaan lahan perkebunan di Kecamatan Colomadu terdapat di desa Tohudan. Perkebunan ini hanya di usahakan untuk tanaman buah-buahan.

Gambar 1. Salah satu penggunan lahan pertanian di Kecamatan Colomadu.

d. Iklim Kecamatan Colomadu mempunyai temperatur rata-rata tahunan 25,22 o

C. Iklim suatu tempat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor temperatur saja, tapi masih terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi yakni curah hujan. Curah hujan tahunan maupun curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu dari tahun 2000-2010 disajikan dalam Tabel 3. Curah hujan rata-rata 10 tahun sebesar 1556,8 mm. Bulan terbasah terdapat di bulan Maret dengan curah hujan sebesar 268,3 mm, sedangkan bulan terkering terdapat pada bulan Juli dengan curah hujan sebesar 10 mm. Untuk menentukan tipe curah hujan menurut Schmit dan Ferguson, maka harus diketahui besarnya nilai Q (value of Q), yang diperoleroleh dengan membandingkan jumlah bulan kering dengan jumlah bulan basah.

no Bulan

Tahun

Jumlah Rata- ’00 ’01 ’02 ’03 ’04 ’05 ’06 ’07 ’08 ’09 ’10 rata

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

Jumlah 18962 Bln basah 5 2 4 7 4 5 4 2 5 4 5 47 4,6 Bln kering 7 8 7 5 6 6 7 7 1 6 7 67 6,4

Sumber : Dinas pertanian Kabupaten Karanganyar Tahun 2000-2010.

Keterangan :

0 : tidak ada hujan

: tipe curah hujan

Bulan kering : bulan yang mempunyai rata-rata curah hujan kurang dari

60 mm.

Bulan basah : bulan yang mempunyai rata-rata jumlah curah hujan lebih

B Berdasarkan :

Golo Golo Golo Golo Golo Golo Golo Golo

Rata – rata b

u la

n kering

Gambar 2.

n nilai Q, tip

ongan A ongan B ongan C ongan D ongan E ongan F ongan G ongan H

Rat Grafik tipe

e curah huja

ta – rata bula

curah hujan

an di Indones

% ” Q < 14, 4,3% ”Q<3 3,3 % ”Q< 0,0% ”Q< 00% ”Q<1 67% ”Q<3 00% ”Q<7 00% ”Q ~

an basah

Kecamatan

sia dibagi m

menjadi 8 gol

Sangat basa Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat kerin Luar biasa k

longan, yaitu

ah

ng kering ng kering

6,7 = 70, 14%

Nilai Q yang di dapat dari hasil perhitungan adalah 70,14%. Ini berarti Kecamatan Colomadu menurut penggolongan iklim Schmidt dan Ferguson tergolong iklim D ( 60,0% ” Q < 100% ) yaitu beriklim sedang.

e. Hidrografi Ditinjau dari topografinya, Kecamatan Colomadu termasuk daerah dataran, sehingga untuk mendapatkan air tidak sukar. Di bagian utara Kecamatan Colomadu mengalir Sungai Pepe. Aliran Sungai Pepe tidak tetap. Pada musim kemarau alirannya relatif sedikit, sedang pada musim penghujan sungai Pepe alirannya sangat besar bahkan kadang-kadang meluap menggenangi desa-desa yang ada di sekitarnya. Sungai Pepe ini besar sekali manfaatnya untuk pengairan pada lahan pertanian, karena terdapat Bendungan Bandung dan alirannya dialirkan ke lahan pertanian melalui saluran irigasi. Saluran irigasi tersebut pada musim kemarau berfungsi sebagai pengairan pada lahan – lahan pertanian di desa sekitar Sungai Pepe, sehingga para pengolah lahan pertanian tidak terlalu kesusahan mencari air untuk pengairan pada lahan pertaniannya.

Berdasarkan pengamatan pada beberapa permukaan air sumur dapat diketahui muka air tanah daerah penelitian berkisar antara 3 sampai 6 meter. Kebanyakan penduduk menggunakan air tanah tersebut untuk keperluan sehari- hari.

f. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk lahan, proses- proses yang mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses-proses dalam tatanan keruangannya. Salah

di permukaan bumi. Bentukan fluvial pada umumnya merupakan hasil proses pengendapan dari daerah lain, bentuklahan ini terutama berkaitan dengan penimbunan seperti lembah- lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara alami, proses yang berlangsung diakibatkan oleh kinerja sungai yang meliputi tiga aktivitas yang berkaitan erat antara satu dengan lainnya yaitu erosi, transportasi dan penimbunan/pengendapan. Peristiwa penimbunan biasanya diawali oleh proses erosi (material yang terkikis), kemudian terangkut oleh air dan akhirnya diendapkan di tempat lain yang lebih rendah seperti di dataran rendah dan cekungan. Di daerah penelitian bentuk lahan fluvial terdapat di bagian utara yaitu di tepi Sungai Pepe. Hali ini disebabkan berkurangnya kecepatan aliran yang diendapkan pada alur sungai atau pada tepi sungai saat terjadi banjir.

Bentuklahan asal vulkanik di Kecamatan Colomadu dipengaruhi oleh vulkan Merapi dan Merbabu yang banyak terdapat di daerah bagian barat, seperti Desa Ngasem dan Desa Bolon. Kecamatan Colomadu mempunyai ketinggian 80 – 100 meter di atas permukaan laut, serta kemiringan lerengnya antara 0–4%.

2. Sosial Ekonomi Penduduk

a. Jumlah dan Persebaran penduduk Jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 berjumlah 54.914 jiwa, yang terdiri dari 27.856 jiwa penduduk laki-laki dan 27.058 jiwa penduduk perempuan. Penduduk di Kecamatan Colomadu tersebar dalam 11 desa.

Berdasarkan data monografi Kecamatan Colomadu dapat dilihat bahwa Desa Malangjiwan mempunyai jumlah penduduk yang terbesar yang berjumlah 9.337 jiwa (18,92%) dari seluruh penduduk di Kecamatan Colomadu. Desa yang mempunyai jumlah penduduk paling kecil adalah Desa Gajahan yaitu berjumlah 1.871 jiwa (3,33%). Untuk lebih jelasnya penyebaran penduduk di masing-masing desa di Kecamatan Colomadu dapat dilihat pada Tabel 4.

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.

b. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat diketahui dengan cara membandingkan jumlah penduduk dengan luas wilayah dalam satuan luas. Kepadatan penduduk ini tanpa memperhatikan areal yang produktif atau areal yang mungkin dapat ditempati penduduk. Pada Tabel.5 disajikan perincian kepadatan penduduk tiap desa Kecamatan Colomadu. Desa yang mempunyai kepadatan

penduduk tertingi adalah Desa Baturan yang berjumlah 7.019 jiwa/km 2 . Sedangkan

untuk wilayah yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa

Paulan yang berjumlah 2.213 jiwa/km 2 . Secara keseluruhan kepadatan penduduk di

Kecamatan Colomadu adalah 3.521 jiwa/km 2 .

No Desa Jumlah penduduk Jiwa %

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

4.183 5.168

10.337

2.437 2.871 4.599 5.094 5.766 5.065

10.521

4.281

7,31 10,31 18,92

4,93 3,33 7,74 7,57 8,33 8,21

17,10 7,10

Jumlah 60.828

100,0

Kecamatan Colomadu Tahun 2010. No Desa

Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

60.828 3.889 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

Dari Tabel.5 di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 adalah Desa Baturan dengan kepadatan penduduk 8.140 jiwa/km 2 dan desa yang paling rendah kepadatan penduduknya pada tahun 2010 adalah Desa Ngasem dengan kepadatan penduduknya 2.733 jiwa/km 2 . Apabila dilihat dari jumlah penduduknya, Desa Gajahan yang mempunyai jumlah penduduk paling sedikit, namun kepadatan penduduknya tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena Desa Gajahan mempunyai luas yang paling sempit dari seluruh desa di Kecamatan Colomadu, sedangkan jumlah penduduk yang tertinggi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 adalah Desa Malangjiwan dengan jumlah penduduk 10.337 jiwa. Dikarenakan Desa Malangjiwan merupakan pusat pemerintahan dan pusat kota kecamatan. Mempunyai fasilitas yang memadai, sehingga para penduduk lebih memilih untuk bertempat tinggal di Desa

Banyaknya sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Colomadu menandakan bahwa daerah ini merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan sektor perekonomian. Mengingat bahwa Kecamatan Colomadu termasuk ke dalam kawasan pemekaran Kota Surakarta, sarana perekonomian yang paling banyak adalah berupa kios dan warung yang berjumlah 337 buah. Berdasarkan Tabel 6 desa yang memiliki sarana perekonomian paling banyak adalah Desa Malangjiwan, hal ini disebabkan Desa Malangjiwan dijadikan pusat pengembangan perekonomian di Kecamatan Colomadu.

Tabel 6. Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Desa Tahun 2010. No

Desa

Pasar Umum Toko

Kios/ Warung BANK Jumlah

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

11 502 Sumber : Kecamatan Colomadu Tahun 2010.

d. Fasilitas Pendidikan Persebaran fasilitas pendidikan untuk TK dan SD di masing-masing desa sudah merata, untuk SLTP keberadaannya masih sedikit dibandingkan dengan SLTA yang jumlahnya lebih banyak. Jumlah SLTP di Kecamatan Colomadu

Negri Colomadu, SMK Bina Dirgantara, SMK Prawira Marta, SMK Adi Soemarmo, SMK Yayasan Pendidikan, dan SMK Tunas Bangsa. Sebagian besar masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP dan SLTA harus mencari sekolah ke lain kecamatan. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel.7 berikut.

Tabel 7. Jumlah Fasilitas Pendidikan Tiap Desa di Kecamatan Colomadu Tahun 2010. No Desa

TK SD SLTP SLTA

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

1 Jumlah 22 31 4 6 Sumber : Kecamatan Colomadu tahun 2010.

1. Pertumbuhan Penduduk tahun 2000-2010

a. Jumlah Penduduk Tahun 2000-2005. Penduduk di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000 berjumlah 50.279 jiwa. Desa yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi adalah desa Malangjiwan yaitu 9.453 jiwa dengan kepadatan penduduk 4.704 jiwa/km 2 , hal ini disebabkan Desa Malangjiwan adalah kota kecamatan dimana pusat pemerintahan berada di desa ini, dan desa yang mempunyai penduduk terendah pada tahun 2000 adalah

Desa Gajahan yaitu 1.644 jiwa dengan kepadatan penduduknya 2.349 jiwa/km 2 , sedangkan pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu adalah 53.109 jiwa. Desa Malangjiwan tetap memiliki jumlah penduduk yang tertinggi yaitu 9.463 jiwa dan desa yang memiliki jumlah terendah adalah Desa Gajahan yaitu 1.781 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per desa di Kecamatan Colomadu tahun 2000 sampai dengan 2005.

Tabel 8. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun 2000– 2005. No Desa

Jumlah penduduk (jiwa)

Pertambahan Tahun 2000 penduduk (jiwa) Tahun 2005

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Jumlah 50.279

Pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu adalah 53.109 jiwa, desa yang memiliki jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2005 adalah Desa Malangjiwan dengan jumlah penduduk 9.463 jiwa dan Desa yang mempunyai jumlah penduduk terendah adalah Desa Gajahan dengan jumlah penduduk sebesar 1.781 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu meningkat lagi, menjadi sebesar 60.828 jiwa, desa yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2010 adalah Desa Baturan dengan jumlah penduduk sebesar

10.521 jiwa dan kepadatan penduduknya 8.140 jiwa/km 2 . Jumlah ini lebih tinggi daripada Desa Malangjiwan yang merupakan desa berpenduduk tertinggi pada tahun 2000 dan 2005, sedangkan desa dengan penduduk terendah di tahun 2010 masih sama dengan tahun 2000 dan 2005 yaitu Desa Gajahan dengan jumlah

penduduk 2.871 jiwa dengan kepadatan penduduknya 3.932 jiwa/km 2 . Berikut tabel jumlah penduduk per desa di Kecamatan Colomadu tahun 2005 sampai dengan 2010.

Tabel 9. Jumlah Penduduk per Desa Kecamatan Colomadu Tahun 2005–2010 No Desa

Jumlah penduduk (jiwa)

Pertambahan Tahun 2005 penduduk (jiwa) Tahun 2010

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Jumlah 53.109

Dalam menghitung pertumbuhan penduduk seperti diatas perlu diketahui komponen yang mempengaruhinya, yaitu jumlah penduduk awal tahun, jumlah penduduk akhir tahun, jumlah kelahiran, jumlah kematian, penduduk datang, penduduk pergi, dan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut reproduktif change (perubahan produktif) atau natural increase (pertumbuhan alami).Menurut Mantra ( 2004:70) pertumbuhan penduduk pada tahun tertentu bisa dihitung dengan rumus pertumbuhan penduduk alami.

Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu tahun 2000 diketahui dengan anlisis dokumen pertumbuhan penduduk alami Kecamtan Colomadu. Berikut tabel jumlah migrasi masuk, migrasi keluar, kelahiran, dan kematian Kecamatan Colomadu.

Tabel 10. Jumlah Migrasi, Kelahiran, dan Kematian Kecamatan Colomadu tahun 2000. No Desa Migrasi Kelahiran Kematian Masuk Keluar

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

225 142 Sumber : Kecamatan Dalam Angka tahun 2000.

No Desa Pertumbuhan Alamiah LP L+P

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Jumlah th. 2000

0,26 Sumber : Kecamatan Colomadu Dalam Angka tahun 2000.

Berdasarkan data pertumbuhan alami Kecamatan Colomadu diatas, pertumbuhan penduduk tahun 2000 di Kecamatan Colomadu adalah 0,26%. Pertumbuhan penduduk ini termasuk dalam tingkat rendah, dengan jumlah kelahiran 225 jiwa, kematian 142 jiwa, migrasi masuk 376 jiwa, dan migrasi keluar 301 jiwa. Migrasi masuk lebih tinggi dibandingkan dengan migrasi keluar, yang terbesar adalah Desa Baturan yaitu 62 jiwa dan terendah adalah Desa Ngasem sebesar 15 jiwa. Pada pertumbuhan alamiah Kecamatan Colomadu yang tertinggi terdapat pada Desa Baturan 0,82% dan terendah masih tetap yaitu Desa Ngasem yaitu sebesar 0,04%. Pada angka kelahiran Desa yang memiliki angka kelahiran tertinggi pada tahun ini adalah Desa Blulukan dengan jumlah angka kelahiran 34 jiwa, sedangkan desa yang mempunyai angka kelahiran terendah pada tahun 2000 adalah Desa Gedongan dengan jumlah kelahiran 16 jiwa.

Pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2005 dapat dilihat pada tabel jumlah migrasi masuk, migrasi keluar, kelahiran, dan kematian

No Desa Migrasi Kelahiran Kematian Masuk Keluar

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

133 Sumber : Kecamatan Dalam Angka tahun 2005.

Tabel 13. Pertumbuhan Penduduk Alami Kecamatan Colomadu tahun 2005.

No Desa Pertumbuhan Alamiah LP L+P

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Jumlah th. 2005

Hal ini membuktikan bahwa di Kecamatan Colomadu mempunyai daya tarik tersendiri untuk mengundang para migran yang masuk dan menetap ke daerah pinggiran Kota Surakarta ini. Terbukti bahwa banyaknya sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Colomadu menunjukan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan sektor perekonomian. Mengingat sebagian besar Kecamatan Colomadu termasuk dalam kawasan pembangunan Kota Surakarta. Sarana perekonomian ini yang paling banyak adalah warung / market, kios, dan perumahan yang telah dihuni maupun yang belum dihuni oleh penduduk.

Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk paling tinggi pada tahun 2000 sampai dengan 2005 tersebut adalah Desa Baturan yaitu 0,81 %, ini disebabkan Desa Baturan terletak di perbatasan antara Kota Surakarta dan Kecamatan Colomadu, letak yang sangat strategis dari pusat Kota Surakarta dan Bandara Internasional Adi Soemarmo menyebabkan banyak migran yang masuk ke Kecamatan Colomadu tertarik untuk pindah dan betempat tinggal di desa ini.

Desa yang mengalami pertumbuhan paling rendah pada tahun 2000 sampai dengan 2005 adalah Desa Gajahan sebesar 0,28 % karena letak desa ini yang berada di ujung sebelah selatan dari Kecamatan Colomadu sehingga jauh dari pusat kota menyebabkan penduduk dan para migran yang masuk ke Kecamatan Colomadu kurang berminat untuk bertempat tinggal di Desa Gajahan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu bertambah sebesar 3.149 jiwa. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan yang disebabkan oleh meningkatnya migrasi masuk di daerah ini bukan dikarenakan oleh angka

Pertumbuhan penduduk tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, sama dengan pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005 diketahui dengan cara analisis pertumbuhan alami yang terjadi di Kecamtan Colomadu. Jumlah migrasi masuk, migrasi keluar, kelahiran, dan kematian disajikan dalam tabel 14 berikut.

Tabel 14. Jumlah Migrasi,Kelahiran,dan Kematian Kecamatan Colomadu th 2010.

No Desa Migrasi

Kelahiran Kematian

Masuk Keluar

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

10 Jumlah 472 294 192 116 Sumber : Kecamatan Colomadu Dalam Angka th 2010.

Pada tahun 2005 pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu sebesar 0,49%, jumlah migrasi masuk 417 jiwa, migrasi keluar 302 jiwa, kelahiran 213 jiwa, dan kematian berjumlah 133 jiwa. Tahun 2010 jumlah migrasi masuk bertambah menjadi 472 jiwa, migrasi keluar berkurang menjadi 294 jiwa, kelahiran berkurang menjadi 192 jiwa, dan kematian juga berkurang menjadi 116 jiwa. Tahun 2010 Desa yang mempunyai angka migrasi masuk tertinggi adalah Desa Baturan dengan jumlah 80 jiwa, sedangkan desa dengan jumlah migrasi masuk terendah adalah Desa Ngasem yaitu 23 migran dan menetap. Pada tahun 2010 jumlah migrasi yang masuk di Kecamatan Colomadu semakin meningkat sedangkan Pada tahun 2005 pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu sebesar 0,49%, jumlah migrasi masuk 417 jiwa, migrasi keluar 302 jiwa, kelahiran 213 jiwa, dan kematian berjumlah 133 jiwa. Tahun 2010 jumlah migrasi masuk bertambah menjadi 472 jiwa, migrasi keluar berkurang menjadi 294 jiwa, kelahiran berkurang menjadi 192 jiwa, dan kematian juga berkurang menjadi 116 jiwa. Tahun 2010 Desa yang mempunyai angka migrasi masuk tertinggi adalah Desa Baturan dengan jumlah 80 jiwa, sedangkan desa dengan jumlah migrasi masuk terendah adalah Desa Ngasem yaitu 23 migran dan menetap. Pada tahun 2010 jumlah migrasi yang masuk di Kecamatan Colomadu semakin meningkat sedangkan

Tabel 13. Pertumbuhan Penduduk Alami Kecamatan Colomadu Tahun 2010.

No Desa Pertumbuhan Alamiah LP L+P

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Jumlah th. 2010

1,02 Sumber : Kecamatan Colomadu dalam Angka Tahun 2010.

Program Keluarga Berencana (KB) pada penduduk Kecamatan Colomadu dapat dikatakan sudah maju dan dimengerti oleh sebagian besar masyarakatnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah angka kelahiaran yang semakin menurun dari tahun ke tahun, namun berkebalikan dengan angka migrasi masuk yang semakin tahun semakin bertambah atau meningkat.

Dari Tabel.13 di atas desa yang mengalami pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Desa Malangjiwan sebesar 3,8 %, ini disebabkan Desa Malangjiwan merupakan Kota Kecamatan dimana pemerintahan berpusat di desa ini. Desa yang mengalami pertumbuhan penduduk terendah dari tahun 2005 sampai dengan 2010 adalah Desa Gedongan sebesar 0,38 %, hal ini disebabkan letak Desa Gedongan yang jauh dari pusat Kota Kecamatan menyebabkan banyak penduduk

Angka pertumbuhan penduduk ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tahun 2005 yaitu sebesar 0,49% terjadi peningkatan sebesar 0,53%. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu ini tergolong rendah, karena angka pertumbuhan penduduk kurang dari 1%. Meskipun rendah namun pertumbuhan penduduk yang terjadi dari tahun 2000, 2005, sampai 2010 selalu meningkat dikarenakan angka atau jumlah penduduk yang bermigrasi ke daerah Kecamatan Colomadu juga semakin meningkat. Penduduk merupakan faktor terpenting dalam perubahan penggunaan lahan. Semakin banyak penduduk semakin banyak ruang yang dibutuhkan untuk tempat tinggal dan pembangunan sarana penunjang kehidupan.

Pertumbuhan penduduk ini akan mendorong naiknya kebutuhan akan lahan sebagai tempat mendirikan bangunan perumahan atau sarana penunjang kehidupan lainnya. Perumahan sebagai ruang yang dipergunakan oleh manusia untuk bertempat tinggal, beserta dengan komunitas hidupnya, terbentuk dalam wadah permukiman. Didalamnya terkandung berbagai unsur pembentuk lingkungan permukiman, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang saling berhubungan yang bersifat interaksi.

Penduduk yang berdatangan di Kecamatan Colomadu dan menetap mencari alternatif baru guna mendapatkan tempat tinggal di daerah pinggiran kota yang dekat dengan pusat kota. Pertumbuhan ekonomi kota Surakarta secara tidak langsung akan mempengaruhi daerah di sekitarnya yang salah satunya adalah Kecamatan Colomadu.

Untuk lebih jelas mengenai pertumbuhan penduduk tahun 2000, 2005, dan 2010 dapat dilihat pada Peta 2.

2000-2005 dalam penelitian ini menggunakan analisis rumus standar deviasi, yaitu s 2=

(Sudjana, 1989: 93) . Dari rumus tersebut dapat diketahui rata-rata

( ݔ) = 1,335 dan s = 1,003 sehingga diketahui tingkat pertumbuhan penduduk Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 sebagai berikut :

- Pertumbuhan penduduk tinggi • 1,86 %. - Pertumbuhan penduduk sedang 0,84 – 1,85 %. - Pertumbuhan penduduk rendah ” 0,83 %.

Tabel 15. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tiap Desa Tahun 2000-2005. No Desa Pertumbuhan Penduduk

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Sedang Rendah

Tinggi Rendah Rendah

Tinggi Sedang

Rendah Sedang

Tinggi Rendah Sumber : Analisis Data Sekunder, Kecamatan Colomadu Dalam Angka.

Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 Kecamatan Colomadu terdapat 3 tingkat pertumbuhan penduduknya, yaitu pertumbuhan penduduk rendah, sedang dan tinggi. Desa tergolong pertumbuhan penduduknya tinggi ( •1,86 %) adalah Desa Malangjiwan, Desa Blulukan, dan Desa Baturan. Ketiga desa tersebut mengalami pertumbuhan penduduk yang paling tinggi pada tahun 2000-2005

Blulukan dan Desa Baturan merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Aksesibilitas dari kedua desa ini sangatlah mudah ditempuh, sehingga para penduduk baik penduduk asli maupun para migran lebih memilih untuk menetap dan bertempat tinggal di kedua desa tersebut.

Desa yang tergolong sedang pertumbuhan penduduknya (0,84 – 1,85 %.) antara lain Desa Ngasem, Desa Gawanan, dan Desa Tohudan, sedangkan desa yang tergolong dalam pertumbuhan penduduk rendah ( ”0,83 %.) adalah Desa Bolon, Desa Paulan, Desa Gajahan, Desa Gedongan, dan Desa Klodran. Kelima desa tersebut mengalami pertumbuhan penduduk yang tergolong rendah dikarenakan letak dari kelima desa tersebut jauh dari pusat kota serta sarana dan prasarana masih kurang, sehingga kurang diminati para penduduk untuk bertempat tinggal dan menetap di desa – desa ini.

Tingkat pertumbuhan penduduk tiap desa di Kecamatan Colomadu tahun 2000-2005 disajikan dalam peta 3 berikut.

2005-2010 dapat dikelaskan seperti pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005, yaitu dengan analisis rumus standar deviasi, s 2=

௡ିଵ

(Sudjana, 1989: 93) . Dari

rumus tersebut dapat diketahui rata-rata ( ݔ) = 2,089 dan s = 0,966 sehingga diketahui tingkat pertumbuhan penduduk sebagai berikut :

- Pertumbuhan penduduk tinggi • 2,57 %. - Pertumbuhan penduduk sedang 1,62 – 2,56 %. - Pertumbuhan penduduk rendah ” 1,61 %.

Tabel 16. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 2005-2010. No Desa Pertumbuhan Penduduk

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

1,69 2,62 3,39 0,46 2,58 2,72 2,57 0,38 1,69 2,81 2,67

Sedang Tinggi Tinggi

Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

Rendah Sedang

Tinggi Tinggi

Sumber: Analisis Data Sekunder, Kecamatan Dalam Angka.

Kecamatan Colomadu terdapat 3 tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu pertumbuhan penduduk tinggi, sedang, dan rendah. Desa yang tergolong dalam klasifikasi pertumbuhan penduduk tinggi ( • 2,57 %) adalah Desa Malangjiwan, Desa Gawanan, Desa Baturan, Desa Bolon, Desa Gajahan, Desa Blulukan, dan desa Klodran. Pertumbuhan penduduk tingkat sedang (1,62 – 2,56 %) hanya terdapat

Gedongan. Dilihat dari tabel tingkat pertumbuhan penduduk di atas terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di Kecamatan Colomadu mengalami banyak perubahan. Hal ini ditunjukan dengan adanya beberapa desa yang pertumbuhan penduduknya berubah mengalami peningkatan maupun tetap pada tahun sebelumnya, seperti Desa Gawanan pada tahun 2000 sampai dengan 2005 pertumbuhan penduduknya tergolong sedang kemudian meningkat menjadi tinggi pada tahun 2005-2010. Desa Bolon yang pada tahun 2000-2005 pertumbuhan penduduknya tergolong dalam tingkat rendah, pada tahun 2005-2010 meningkat jadi tinggi, begitu juga yang terjadi pada Desa Klodran. Namun berbeda yang terjadi dengan beberapa desa yang tidak mengalami penurunan maupun kenaikan pada tahun 2005-2010, yaitu antara lain Desa Malngjiwan, Desa Blulukan, Desa Baturan, dan Desa Ngasem. Adapula desa yang tetap tidak mengalami perubahan klas, yaitu Desa Gedongan dan Desa Paulan dengan klasifikasi yang tergolong rendah.

Penduduk di Kecamatan Colomadu dari tahun ke tahun akan terus bertambah. Akibat pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan tuntutan hidup, kebutuhan akan ruang dalam hal ini adalah lahan menjadi semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan lahan mengakibatkan berkurangnya lahan kosong, hal ini akan mendesak lahan pertanian yang masih produktif sehingga mengalami alih fungsi penggunaan lahan. Besarnya arus migrasi penduduk yang masuk ke Kecamatan Colomadu menunjukkan bahwa faktor penduduk yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah pertumbuhan penduduk non alamiah yaitu migrasi. Banyaknya pengembang perumahan yang menawarkan berbagai tipe perumahan dengan fasilitas dan harga yang bervariasi serta pesatnya pembangunan di Kecamatan Colomadu menjadi faktor penyebab tingginya arus migrasi masuk ke Kecamatan Colomadu.

Untuk lebih jelas mengenai tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2005- 2010 dapat dilihat pada Peta 4 dibawah ini.

Penggunaan lahan di Kecamatan Colomadu tahun 2000 untuk non pertanian yang berupa permukiman, perumahan, pasar dan bangunan lainnya seluas 670,2 Ha, sedangkan lahan pertanian seluas 894,2 Ha yang berupa sawah satu kali panen dalam setahun, sawah dua kali panen dalam setahun, sawah irigasi dan tegalan. Perkebunan mempunyai seluas 4,6 Ha, dan tegalan / kebun seluas 65,7 Ha. Berikut tabel penggunaan lahan Kecamatan Colomadu tahun 2000.

Tabel 17. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu tahun 2000. No Penggunaan Lahan

Ha %

1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

2. Permukiman / Bangunan.

3. Tegalan / kebun.

0,29 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

b. Penggunaan Lahan Tahun 2005. Pada tahun 2005 penggunaan lahan untuk pertanian seluas 878,5 Ha dan penggunaan lahan untuk non pertanian yang berupa permukiman dan bangunan fisik lainnya seluas 686,1 Ha. Tegalan/kebun 60,1 Ha dan perkebunan 4,6 Ha. Pada tahun 2005 tersebut, dapat dilihat bahwa luas permukiman dan bangunan fisik lainnya bertambah, sedangkan luas lahan sawah telah berkurang, begitu juga dengan luas tegalan / kebun di Kecamatan Colomadu yang telah berkurang luasnya.

No Penggunaan Lahan Ha %

1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

2. Permukiman / Bangunan.

3. Tegalan / kebun.

0,29 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2010, Citra Ikonos.

c. Penggunaan Lahan Tahun 2010. Penggunaan lahan tahun 2010 untuk non pertanian yang berupa permukiman, dan banguna fisik lainnya seperti pasar, pabrik, dan fasilitas umum seluas 859,9 Ha. Luas penggunaan lahan untuk pertanian yang berupa sawah satu kali panen padi, sawah dua kali panen padi, dan sawah irigasi seluas 705,5 Ha. Luas tegagalan/kebun pada tahun 2010 adalah 54,1 Ha, sedangkan perkebunan tetap yaitu 4,6 Ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel penggunaan lahan tahun 2010.

Tabel 19. Penggunaan Lahan Kecamatan Colomadu tahun 2010. No Penggunaan Lahan

Ha %

1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

2. Permukiman / Bangunan.

3. Tegalan / kebun.

0,29 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

d. Konversi Lahan Pertanian Tahun 2000-2005. Berikut tabel konversi lahan pertanian tahun 2000 sampai dengan tahun

No Penggunaan Lahan th 2000

Penggunaan Lahan th 2005

Luas (Ha)

Penggunaan

Lahan

Luas (Ha)

1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

894,2 Sawah ( sawah

irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

2. Tegalan/ kebun.

65,7 Tegalan/ kebun. 60,6

JUMLAH 20,8 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

Tahun 2000 penggunaan lahan pertanian seluas 894,2 Ha. Tahun 2005 penggunaan lahan untuk pertanian mengalami penurunan menjadi 878,5 Ha, sehingga konversi lahan pertanian menjadi yang terjadi selama lima tahun yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 adalah seluas 20,8 Ha. Penggunaan lahan pertanian yang banyak berubah fungsi ke non pertanian adalah sawah irigasi dan tegalan menjadi perumahan penduduk serta bangunan fisik sebagai penunjang kehidupan masyarakat.

Berikut konversi lahan tiap desa tahun 2000-2005 di Kecamatan Colomadu.

Desa Ngasem, desa yang terletak paling barat di Kecamatan Colomadu. Kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan campuran (perumahan) yaitu pengembangan dari perumahan baru dan permukiman perdesaan. Desa Ngasem mempunyai luas 153 hektar, selama 5 tahun konversi yang terjadi sebesar 9,2 hektar (%) yang terdiri dari sawah satu kali panen padi 2,2 hektar dan sawah dua

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

74,8 48,8 84 54,9 9,2 6,0 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Desa Bolon, Desa Bolon, mempunyai luas 163 hektar, pada tahun 2000 luas areal persawahannya adalah 112 hektar dengan luas sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun 30,2 hektar, dan sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 81,8 hektar. Dalam jangka lima tahun yaitu dari tahun 2000 – 2005 Desa Bolon telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian seluas 10 hektar.

Tabel 22. Konversi lahan Pertanin Desa Bolon Tahun 2000-2005.

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

51 31,3 60,1 34,8 9,1 5,8 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Desa Malangjiwan, desa yang mempunyai luas terbesar di Kecamatan Colomadu ini dan merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu mempunyai luas 206 hektar, dengan luas sawah satu kali panen padi sekali panen palawija dalam setahun seluas 14,02 hektar. Desa Malangjiwan selama 5 tahun telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian seluas 70 hektar. Umumnya lahan pertanian berubah fungsi menjadi areal pertokoan dan perumahan, hal ini disebabkan karena letaknya yang berada di pusat kota kecamatan sehingga lebih di prioritaskan sebagai pusat pemerintahan, pengembangan perdagangan dan jasa.

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Desa paulan, memiliki luas 98 hektar sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 Desa Paulan telah mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 2,1 hektar, Sebagian besar pemanfaatan lahan di desa ini adalah untuk permukiman, daerah ini sangat cocok apabila dilihat dari letaknya yang berada ditengah kota yang dimudahkan dengan sarana aksesibilitas yang memadahi dan jaraknya yang dekat dengan pusat pemerintahan.

Tabel 24. Konversi Lahan Pertanian Desa Paulan Tahun 2000-2005. No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder

Desa Gajahan, desa yang memiliki luas paling kecil di Kecamatan Colomadu yaitu 73 hektar. Desa Gajahan mempunyai sawah satu kali panen padi sekali panen palawija dalam setahun seluas 2,53 hektar dan sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 28,01 hektar. Selama kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2005 Desa Gajahan telah mengalami konversi lahan seluas 1 hektar. Pada desa ini tidak mengalami banyak perubahan penggunaan lahan pertanian, hal ini disebabkan karena letaknya yang berada di ujung sebelah selatan dari Kecamatan Colomadu sehingga jauh dari pusat kota, menjadikan daerah kurang diminati penduduk sebagai daerah hunian.

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder

Desa Blulukan, merupakan desa terluas kedua setelah Desa Malangjiwan. Konversi lahan pertanian di Desa Blulukan terjadi pada sawah dua kali panen padi dalam setahun, sedangkan sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun tidak mengalami konversi lahan. Desa dengan luas 164 hektar ini, memiliki sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun seluas 39,14 hektar, telah mengalami konversi lahan seluas 10,05 hektar dari tahun 2000-2005.

Tabel 26. Konversi Lahan Pertanian Desa Blulukan Tahun 2000-2005. No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

1. Pertanian 77,21

2. Non Pertanian

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Desa Tohudan, desa ini mempunyai luas 150 hektar, dengan sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun seluas 56,08 hektar, pada daerah ini tidak terdapat sawah dua kali panen padi dalam setahun. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 lahan persawahan di Desa Tohudan telah mengalami konversi seluas 14,09 hektar.

Tabel 27. Konversi Lahan Pertanian Desa Tohudan Tahun 2000-2010. No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

1. Pertanian 65,58 43,72 61,26 40,84 14,09 22,88

2. Non

Tabel 28. Konversi Lahan Pertanian di Desa Gawanan Tahun 2000-2005

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Gambar 3. Salah satu lahan di Desa Gawanan yang akan dirubah fungsinya ke non

pertanian

Desa Gedongan menjadi prioritas tujuan bagi sebagian penduduk untuk menjadikannya sebagai daerah permukiman, hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat konversi lahan pertanian selama kurun waktu lima tahun yaitu mulai dari tahun 2000-2005 seluas 28,6 hektar. Lahan pertanian ini berupa sawah dua kali panen padi dalam setahun yang berubah menjadi areal bangunan terutama perumahan.

No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Gambar 4. Perumahan baru yang terdapat di Desa Gedongan berasal dari lahan persawahan.

Desa Baturan mempunyai luas 129 hektar, dan luas lahan pertanian pada tahun 2010 adalah 18,09 hektar yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun. Dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2000 – 2005 Desa Baturan telah mengalami konversi lahan pertanian seluas 25,02 hektar. Desa ini memiliki letak yang sangat strategis, sehingga konversi lahan yang terjadi cukup tinggi. Penduduk lebih memilih menetap dan bertempat tinggal di desa ini, karena aksesibilitas yang memadai dan tidak jauh dari pusat Kota Surakarta.

Tabel 30. Konversi Lahan Pertanian di Desa Baturan Tahun 2000-2005. No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

1. Pertanian 36,19 28,05 27,14 21,03 25,02 27,01

2. Non

Tabel 31. Konversi Lahan Pertanian di Desa Klodran Tahun 2000-2010. No Penggunaan

lahan

2000 2005 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data Sekunder.

Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Colomadu tahun 2000 - 2005 disajikan pada peta 5.

Dibawah ini adalah tabel konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu tahun 2005 sampai dengan 2010. Tabel 32. Konveri Lahan Pertanian di Kecamatan Colomadu th 2005-2010.

No Penggunaan Lahan th 2005

Penggunaan Lahan th 2010

Luas (Ha)

Penggunaan

Lahan

Luas (Ha)

1. Sawah ( sawah irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

878,5 Sawah ( sawah

irigasi, sawah satu kali panen dalam setahun, sawah duakali panen dalam setahun).

2. Tegalan/ kebun.

60,6 Tegalan/ kebun. 54,1

JUMLAH 179,5 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

Tahun 2005 sampai dengan 2010 konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Colomadu meningkat dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yaitu sebesar 179,5 Ha. Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Colomadu tersebut berasal dari lahan persawahan yang berupa sawah satu kali panen padi, sawah dua kali panen padi, sawah irigasi, tegalan, serta perkebunan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang juga meningkat tiap tahun dan pemenuhannya dalam hal penggunaan lahan sebagai kebutuhan primer setiap penduduk. Tingkat aksesibilitas yang cukup baik juga mempercepat perkembangan pembangunan di Kecamatan Colomadu. Berikut adalah deskripsi konversi lahan pertanian masing - masing desa di Kecamatan Colomadu.

No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

84 54,9 88,3 64,2 4,3 2,8 Sumber :Peta Rupa Bumi Indonesia.

Desa Ngasem memiliki luas 153 hektar. Konversi lahan yang terjadi pada tahun 2005-2010 seluas 14,3 hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan konversi yang terjadi pada tahun 2000-2005. Konversi lahan dari pertanian ke non pertanian ini lebih dikembangkan sebagai kawasan perumahan.

Tabel 35. Konversi lahan pertanian di Desa Bolon Tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

10 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

Desa Bolon, konversi lahan pada desa ini mengalami kenaikan daripada konversi lahan tahun 2000-2005. Desa Bolon mempunyai luas 163 hektar. Konversi yang terjadi selama tahun 2005-2010 adalah seluas 23,3 Ha, yaitu pada sawah satu kali panen padi dan satu kali panen palawija, serta tegalan dan kebun.

Tabel 36. Konversi Lahan Pertanian Desa Malangjiwan tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

1. Pertanian 104,02 50,4 14,01 6,8 90,1 43,7

2. Non Pertanian 82,6 40,09 135,2 65,6 52,6 25,5 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Malangjiwan dari tahun 2005-2010 mengalami konversi lahan seluas 90,1 Ha, umumnya konversi lahan yang terjadi di desa ini mengikuti arah jaringan 2. Non Pertanian 82,6 40,09 135,2 65,6 52,6 25,5 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Malangjiwan dari tahun 2005-2010 mengalami konversi lahan seluas 90,1 Ha, umumnya konversi lahan yang terjadi di desa ini mengikuti arah jaringan

Tabel 37. Konversi Lahan Pertanian di Desa Paulan tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

Desa Paulan mempunyai luas 98 hektar, selama lima tahun yaitu tahun 2005 dan 2010 desa ini mengalami konversi sebesar 1,1 hektar. Meskipun besar konversi tidak terlalu tinggi, namun konversi di Desa Paulan selalu naik dari tahun ke tahun. Dibandingkan dengan besar konversi pada tahun 2000-2005, besar konversi pada tahun 2005-2010 lebih tinggi, itu berarti konversi di Desa Paulan mengalami kenaikan.

Tabel 38. Konversi Lahan Pertanian di Desa Gajahan tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Gajahan merupakan desa yang memiliki luas terkecil di

Kecamatan Colomadu. Selama lima tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan 2010 Desa Gajahan mengalami konversi lahan seluas 1,04 Ha. Sama seperti Desa Paulan, meskipun konversi lahan yang terjadi di Desa Gajahan tidak terlalu tinggi namun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Blulukan mengalami konversi seluas 23,05 Ha yang berupa sawah

satu kali panen padi dan satu kali panen palawija dalam setahun . Konversi yang cukup tinggi ini disebabkan karena letak lahan pertanian tersebut sangat setrategis untuk dijadikan sebagai areal hunian penduduk. Letaknya yang berdekatan dengan jalan protokol Kecamatan Colomadu yang menghubungkan wilayah Kota Surakarta dengan Kecamatan Kartasura. Desa dengan luas 164 hektar ini, mengalami konversi lahan yang dialih fungsikan sebagai perumahan.

Gambar 5. Perubahan fungsi lahan dari pertanian ke perumahan yang terdapat di

Desa Blulukan Tabel 40. Konversi Lahan Pertanian Desa Tohudan Tahun 2005-2010.

No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

1. Pertanian 61,26 40,84 56,08 37,38 15,18 10,36

2. Non

Pertanian

Tabel 41. Konversi Lahan Peratanian Desa Gawanan Tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Gawanan, Desa Gawanan hanya terdapat satu jenis sawah yaitu

sawah dua kali panen padi dalam setahun seluas 33 hektar. Daerah dengan luas 131 hektar ini mempunyai letak yang cukup strategis yaitu berbatasan langsung dengan Kecamatan Ngemplak dan Ibukota Kecamatan Colomadu, hal ini sebagai faktor penarik bagi penduduk untuk memilihnya sebagai tempat bermukim, sehingga memicu terjadinya konversi lahan seluas 9,71 hektar dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 42. Konversi Lahan Pertanian Desa Gedongan Tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia.

Desa Gedongan, Desa Gedongan mempunyai luas 131 hektar. Karena letaknya yang berada di ujung sebelah utara Kecamatan Colomadu dan jauh dari pusat kota menyebabkan daerah ini lebih sedikit penduduknya bila dibandingkan Desa Gedongan, Desa Gedongan mempunyai luas 131 hektar. Karena letaknya yang berada di ujung sebelah utara Kecamatan Colomadu dan jauh dari pusat kota menyebabkan daerah ini lebih sedikit penduduknya bila dibandingkan

Tabel 43. Konversi Lahan Pertanian Desa Baturan Tahun 2005-2010. No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia. Desa Baturan, Desa Baturan terletak di ujung sebelah timur Kecamatan

Colomadu dan berbatasan dengan Kota Surakarta. Letak yang strategis ini menjadi daya tarik bagi Desa Baturan, sehingga banyak penduduk bermukim disana. Desa Baturan mempunyai luas 129 hektar, dan luas lahan pertanian adalah 18,09 hektar yaitu sawah dua kali panen padi dalam setahun. Dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 2010 Desa Baturan telah mengalami konversi lahan pertanian seluas 29,05 hektar.

No Penggunaan

lahan

2005 2010 Konversi Ha % Ha % Ha %

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Desa Klodran mempunyai luas 118 hektar, konversi lahan di Desa Klodran

dari tahun 2005 – 2010 banyak terjadi. Desa Klodran berfungsi sebagai pusat sub kawasan, sesuai dengan fungsinya tersebut, kegiatan yang telah ada berupa pasar dan pertokoan. Sebagian besar penggunaan lahan pada daerah ini berupa lahan perumahan dan industri kecil (rumah tangga). Pada perkembangannya saat ini banyak berdiri industri-industri besar dan perumahan baru yang secara otomatis akan memerlukan ruang yang cukup besar, untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut maka banyak areal persawahan yang dialihkan fungsi sebagai areal bangunan. Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 Desa Klodran telah mengalami konversi seluas 18,1 hektar.

Tahun 2010 penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Colomadu mengalami peningkatan lagi sebesar 154,4 Ha, yang berupa perumahan, bangunan pabrik, serta pasar dan kios – kios toko yang digunakan sebagai kegiatan ekonomi penduduk, sehingga luas penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Colomadu menjadi 859,9 Ha, sedangkan luas penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Colomadu pada tahun 2010 berkurang menjadi 705,5 Ha. Perubahan penggunaan lahan ini banyak berasal dari lahan persawahan, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan yang letaknya mengikuti jaringan jalan. Berikut peta konversi lahan Kecamatan Colomadu tahun 2005 – 2010.

Tingkat Konversi lahan pertanian dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu dengan menjumlahkan konversi lahan pertanian tertinggi dengan terendah yang terjadi dan kemudian hasil dari penjumlahan tersebut dibagi dengan jumlah desa yang ada di Kecamatan Colomadu yaitu 11 desa. Klasifikasi tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu diketahui dengan penghitungan adalah sebagai berikut :

Konversi lahan rendah jika berada pada kisaran 1 – 10 Ha Konversi lahan sedang jika berada pada kisaran 10 – 20 Ha. Konversi lahan tinggi jika berada pada kisaran 20 Ha keatas.

Tingkat konversi lahan tiap desa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 45. Tingkat Konversi Lahan Pertanian Tahun 2000-2005.

No Desa Konversi

(Ha)

Tingkat konversi

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Rendah Rendah

Tinggi Rendah Rendah

Sedang Rendah

Tinggi Rendah Tinggi Sedang

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis Data Sekunder.

Dari hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa konversi lahan yang terjadi di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000-2005 terdapat 3 tingkat konversi

Desa Bolon, Desa Blulukan, dan Desa Klodran. Desa yang tergolong dalam klasifikasi rendah juga terdapat empat desa yaitu Desa Tohudan, Desa Ngasem, Desa Bolon, Desa Paulan, Desa Gawanan, dan Desa Gajahan.

Tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Colomadu pada tahun 2000-2005 tersebut banyak dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang terjadi pada tiap desa. Disamping itu, intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi dan non ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan lahan untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi maupun kegiatan non ekonomi tersebut juga meningkat.

Untuk lebih jelasnya lihat pada peta 7 berikut.

Konversi lahan yang terjadi pada tahun 2005-2010 di Kecamatan Colomadu dapat dikelaskan dengan tehnik penghitungan yang sama seperti pada tahun 2000-2005, yaitu dengan menjumlahkan konversi lahan pertanian tertinggi dan terendah yang terjadi pada desa di Kecamatan Colomadu kemudian membaginya dengan jumlah desa yang terdapat di Kecamtan Colomadu tersebut. Berikut tabel tingkat konversi lahan tahun 2005-2010

Konversi lahan rendah jika berada pada kisaran 1 – 10 Ha Konversi lahan sedang jika berada pada kisaran 10 – 20 Ha. Konversi lahan tinggi jika berada pada kisaran 20 Ha keatas.

Tabel 46. Tingkat Konversi Lahan Tahun 2005-2010.

No Desa Konversi

(Ha)

Tingkat konversi

Ngasem Bolon Malangjiwan Paulan Gajahan Blulukan Gawanan Gedongan Tohudan Baturan Klodran

Sedang Rendah

Tinggi Rendah Rendah

Tinggi Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Analisis data sekumder

Pada tabel diatas, terdapat tiga klasifikasi konversi lahan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Desa yang tergolong dalam klasifikasi tinggi konversi lahannya adalah Desa Malangjiwan, Desa Blulukan, Desa Gedongan, dan Desa Baturan.

tingkat konversi lahan tersebut terdapat perubahan yang terjadi antara lain di Desa Ngasem pada tahun 2000-2005 termasuk dalam tingkat konversi lahan rendah tapi pada tahun 2005-2010 berubah menjadi sedang tingkat konversi lahannya, begitu juga yang terjadi di Desa Bolon dari tingkat rendah menjadi sedang. Desa Blulukan yang pada tahun 2000-2005 termasuk dalam klasifikasi sedang meningkat menjadi tinggi pada tahun 2005-2010. Berbeda dengan yang terjadi pada Desa Gawanan, Desa Paulan, dan Desa Gajahan ketiga desa tersebut termasuk dalam tingkat konversi lahan rendah tidak mengalami peningkatan pada tingkat konversi lahannya. Berikut peta tingkat konversi lahan tahun 2005-2010.