Pola Hubungan Perdagangan

C. Pola Hubungan Perdagangan

Pola hubungan perdagangan masyarakat di Surakarta telah terjalin sejak munculnya dualisme ekonomi pada masa pemerintahan kolonial. Di Jawa, khususnya di Surakarta pada umumnya, pasar tradisional banyak bermunculan pada masa kolonial dan sebagai pengelola pasar tersebut dilakukan oleh etnis Cina. Mereka di samping diberikan kekuasaan dalam memungut pajak tol, juga diberikan kewajiban untuk memungut pajak pasar yang kemudian diserahkan kepada pemerintah kolonial atau pihak keraton. Hasil produksi pertanian dan industri rumah tangga merupakan komoditi yang diperdagangkan, selain bahan baku dan barang import dari luar negeri.

Perkembangan pasar di Surakarta cukup pesat bersamaan dengan industrialisasi di Surakarta dan sekitarnya, karena letak kota Surakarta yang strategis maka menjadikan kota ini sebagai kota yang berpeluang besar dalam bidang

commit to user

digunakan oleh kalangan pedagang pengecer. Selain dari kota Surakarta sendiri juga berasal dari kota di sekitarnya termasuk Jawa Timur. Sebagai pusat perdagangan, kota Surakarta tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi orang-orang Surakarta pada umumnya, tetapi juga bagi daerah sekitarnya.

1. Pasar Hasil Bumi dan Barang-barang Kelontong Pasar Gede Harjonegoro dan Pasar Legi merupakan pasar induk bagi hasil bumi dan barang kelontong yang cukup berpengaruh di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Pasar Gede yang terletak sangat strategis tersebut, terdapat aneka macam barang dagangan yang dijual di dalam pasar, mulai dari sayur mayur, buah, daging dan perlengkapan sehari-hari. Di kedua pasar tersebut, terdapat beberapa pedagang besar yang berupa hasil bumi terutama beras, dan khususnya di pasar Legi terdapat juga para pedagang sayur mayur. Di samping itu, di sekitar Pasar Gede maupun Pasar Legi terdapat distributor atau agen komoditi kelontong, yang merupakan produk pabrik yang berada di sekitar kota Surakarta. Perilaku pedagang pasar Legi sangat khas, yaitu persaingan antar pedagang cukup keras dan banyak pula para pedagang yang mempunyai sifat keras. Sehingga banyak pedagang dari etnis Cina yang melakukan spekulasi, dengan berusaha mencari kesempatan untuk menarik

para pelanggannya. 14

2. Pasar Tekstil, Produk Tekstil dan Batik Pasar tekstil dan batik tersebar di kota Surakarta adalah Pasar Klewer, yang terletak di sebelah barat Keraton Surakarta atau di sebelah selatan Masjid

14 M. Hari Mulyadi dan Soedarmono. 1999. Runtuhnya Keraton Alit: Studi radikalisasi Wong Solo dan Kerusuhan Mei 1998 . Surakarta: LPTP, hal 263-265.

commit to user

Gajaha. 15 Karakter pedagang di pasar Klewer ini terdiri dari beberapa etnis yang ada di Surakarta, seperti etnis Jawa, Cina dan Arab. Hubungan diantara para pedagang ini terjadi hubungan “mutual Simbiosis”, yang saling

menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan antara satu pedagang dengan pedagang lainnya. Selain itu, pedagang dalam Pasar Klewer ini sangat beraneka macam, mulai dari pedagang biasa hingga pedagang pengecer, mulai dari yang berskala kecil sampai yang lebih besar seperti pedagang besar. Mengamati kiat dari para pedagang yang ada di pasar Klewer, baik pedagang besar kain tekstil maupun produk tekstil, mereka biasanya jarang ditemui di tempat-tempat lainnya. Hal ini dikarenakan, adanya target dan omset yang ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan, bahkan beberapa pedagang besar mela kukan perdagangan dengan sistem “dumping”, meskipun hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pedagang itu sendiri. Adanya sistem ini, pedagang tidak akan merugikan pedagang lain, meskipun harga barang telah diturunkan.

3. Pasar-pasar Tradisional Pasar-pasar di Surakarta pada umumnya merupakan pasar pesilangan barang-barang dari daerah Boyolali, Sragen, Karanganyar, Klaten, Wonogiri dan Sukoharjo. Misalnya pasar sanggrah (Pasar yang terletak dikampung sanggrah atau dekat stasiun sanggrah) merupakan pasar persilangan antara daerah Wonogiri dan Sukoharjo, Pasar Legi yang merupakan pertemuan antara Karanganyar dan Sragen, dan lain sebagainya. Jumlah pasar yang banyak ini menandakan mobilitas perdagangan yang tinggi dari masyarakat Surakarta.

15 Ibid, hal 266.

commit to user

Kembang, Pasar Triwindu, Pasar Jongke. Meskipun pasar tersebut berkapasitas kecil namun pasar itu memiliki kekhasan dalam menjual barang dagangan. Misalnya Pasar Depok merupakan tempat untuk menjual beraneka macam burung, sedangkan Pasar Kembang menjual berbagai macam kembang untuk kegiatan ziarah atau lainnya.