DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA

( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

commit to user

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA ( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh : GUNAWAN EKO PRIYONO

C0805015

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch Mulyadi, SSn, M.Ds NIP. 19621125 199303 1 001

NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. NIP. 19621221 199201 1 001

commit to user

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Senin tanggal 26 Juli 2010

Tanda Tangan Ketua

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn.

Iik Edang Siti W, SSn, M.Ds

(......................)

NIP. 19771027 200112 2 002

Penguji I

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk.

MT.arch (......................)

NIP. 19621125 199303 1 001

Penguji II

Mulyadi, SSn, M.Ds

Ketua Jurusan Dekan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. Drs. Soedarno, M.A NIP. 19621221 199201 1 001

NIP. 19530314 198506 1 001

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Gunawan Eko Priyono NIM : C0805015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan ” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Gelar Sarjana.

Surakarta, 6 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,

Gunawan Eko Priyono

commit to user

MOTTO

“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang dimaksudkan untuk mendapatkan keridhoan Allah, namun ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka ia tidak mencium aroma surga ”. ( Diriwayatkan : Abu Nua’im )

commit to user

Karya sederhana ini penulis persembahan kepada :

1. Ayah beserta Ibu tercinta, dengan curahan kasih sayang dan do ’a yang tulus telah menghantarkan ananda dalam kehidupan yang lebih berarti dan berguna untuk keluarga, semoga hal itu bisa membuat Ayahanda dan Ibunda bangga dan bahagia. Hanya Allah yang akan membalas amal mulia itu.

2. Adik dan keluarga tercinta, yang telah memberi semangat dan motivasi serta bantuan dan doa.

commit to user

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SAW yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa penulis tujukan kepada Nabi besar Muhammad Saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian terebut yang berjudul : ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan ”

Disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn.), jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya penyusunan penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari peranserta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan bantuannya, maka pada kesempatan ini sudah sepantasnya dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. selaku ketua jurusan Desain Interior, fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs.IF.Bambang Sulistiono, Sk. MT selaku pembimbing utama dan Mulyadi, SSn, M.D selaku pembimbing ke dua yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat bermanfaat untuk saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir tersebut dengan baik.

3. Semua dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya dosen Jurusan

Desain Interior yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

commit to user

mengiringi selalu langkahku dengan do’a, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta dibalaskan semua jasanya.

5. Dik Dwi Harjono Saputro, yang selalu membantu dan memberi semangat. Terimaksih telah membantu biki maket.

6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu terselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka. Selanjutnya apabila ada kekhilafan dan kekurangan dalam penuliasan Laporan Tugas Akhir ini penulis mohon maaf. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kebaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Mudah-mudahan Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.

Surakarta, 10 Agustus 2010

Gunawan Eko Priyono

commit to user

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN

Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3

2010. Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan Museum Kota Surakarta dengan pendekatan Pendidikan yang berguna untuk pemecahan masalah adalah Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.

Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permusiuman surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota.

Perencanaan Museum Kota Surakarta merupakan kegiatan merancang serta merencanakan ruang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, melestarikan, memamerkan benda- benda bersejarah peninggalan Kota Surakarta.

Museum Kota Surakarta bersifat sebagai sebuah museum berkonsep edukatif, di harapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bertambah. Dalam perancangan museum Kota Surakarta ini fungsi utama museum tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi museum juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu yang menarik.

Untuk menyelenggarakan kesinambungan aktifitas Museum maka dirancang Museum Kota Surakarta ini dengan fasilitas – fasilitas berupa Loby, Solo Story Gallery, Art gallery , Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory . Diharapkan dengan keberadaan Museum Kota Surakarta ini dapat memenui keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan terkait dengan sejarah kota Surakarta.

1 Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2

commit to user

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN

Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3

2010. The main problem needs to study in designing Surakarta City Museum using Education approach useful for the problem solving is how to design a museum with De’stijl concept that can generate a comfortable and not boring circumstance as well as become an educative media for society. How to create a good, display system for object collection that is communicative and consistent with the prevailing human dimension. How to determine the room layout and circulation supporting the activity as Museum as the exhibition place.

In addition as an attempt of saving the surakarta museum the condition of which is very apprehensive; it can be seen from many museums not managed professionally in Surakarta. This attempt is carried out by utilizing and managing generaly the heritage of old building element of Vastenburg fortress to adjust with the designing function it accomodates by developing and establishing the new function as the City Museum.

The design of Surakarta City Museum is an activity of designing and planning the room functioning as the place of storing, preserving, and exhibiting the historical object of Surakarta City heritage.

Surakarta City Museum as a museum with educative concept, is expected will increase the society’s interest in visiting the museum. In designing the Surakarta City museum, the main function of museum is not only as the place for storing the ancient objects but also as the place for getting interesting knowledge.

In order to organize the Museu m’s activity sustainability, the Museum of Surakarta city is designed using such facilities as Lobby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, and Lavatory. It is expected that the existence of Surakarta City Museum can meet the people’s desire and need for education relating to the history of Surakarta city.

1 Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2

commit to user

Gambar 46 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 72 Gambar 47 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 72 Gambar 48 T. Bangunan Indiana state Museum. ........................................... 74 Gambar 49 T. Bangunan Indiana state Museum. ........................................... 75 Gambar 50 Hall. ............................................................................................. 75 Gambar 51 Auditorium. ................................................................................. 76 Gambar 52 R.Rapat. ....................................................................................... 76 Gambar 53 R.Rapat. ....................................................................................... 76 Gambar 54 RAV. ........................................................................................... 77 Gambar 55 Site Benteng Vastenberg. ............................................................ 78

commit to user

Tabel 1 jumlah Pengunjung Museum Th 2000-2004. .................................... 21 Tabel 2.Jumlah Organisasi Kesenian Surakarta Th 2003 .............................. 24 Tabel 3 Museum di Surakarta. ....................................................................... 31 Tabel 4 jumlah Pengunjung Museum. Th 2000-2004 .................................... 34 Tabel 5 Kelompok Jenis Kegiatan Museum Kota.......................................... 82 Tabel 6. Jenis Kegiatan dan Kelompok Kegiatan Museum Kota ................. 84 Tabel 7 Kelompok Kebutuhan Ruang. ........................................................... 84 Tabel 8 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ......................................................... 93 Tabel 9 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ......................................................... 95 Tabel 10 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ....................................................... 97 Tabel 11 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 104 Tabel 12 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 106 Tabel 13 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 107

commit to user

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Organisasi pengelola Museum ...................................................... 14 Skema 2 Proses Kegiatan Pengunjung. ......................................................... 79 Skema 3 Proses kegiatan Pengunjung ........................................................... 79 Skema 4 Proses kegiatan Benda Koleksi....................................................... 80 Skema 5 Pola Pikir Perencanan. .................................................................... 86 Skema 6 Proses kegiatan Benda Koleksi..................................................... 103

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia mempunyai warisan budaya dan warisan alam yang sangat kaya sudah sewajarnya jika bangsa ini memperhatikan sungguh-sungguh usaha pelestarian. Pelestarian warisan budaya dan warisan alam adalah bagian yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan tersebut di atas tidak dapat berhenti selama bangsa Indonesia menempati nusantara ini dan bahkan yang paling penting menjaga kontinuitasnya.

Dengan keberadaan kawasan kota di Indonesia, apalagi dengan kawasan kuno yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan suatu kota, yaitu sebagai perwujudan nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan budaya bangsa. Artefact ini dapat menunjukkan latar belakang sejarah masyarakatnya, sehingga semakin panjang sejarah suatu masyarakat semakin banyak pula peninggalan - peninggalan yang diwariskan kepada generasi penerus.

Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth dan C. TerHaar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah. Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunan- bangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik Cina, Arab dan Indoland/ Campuran. Surakarta merupakan salah satu kota di

commit to user

hanya menyangkut warisan budaya, tetapi aspek lainnya seperti sejarah kota, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kunjungan wisata.

Keragaman yang dimiliki Kota Surakarta tersebut belum disertai dengan upaya pelestariannya. Dengan datangnya pengaruh barat dan segala konsekuensinya berpengaruh terhadap keberadaannya, justru bagi negara-negara berkembang inilah terletak kesempatan untuk dalam waktu singkat melaksanakan tugas pencegah bahaya-bahaya kemusnahan dengan jalan mendirikan museum kota dan apabila dijalankan menurut cara-cara tertentu dengan mengingat tujuan tertentu pula akan dapat dinikmati manfaatnya. ( Sutarga, 1983, Hal 30).

Selain itu, usaha pelestarian keragaman dan budaya Surakarta dapat memberikan nilai ganda, yaitu untuk memperkenalkan nilai historis yang berguna untuk menyemangati kebanggaan para generasi muda akan nilai kewargaanya yang akhirnya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan bersama (Sens of Belonging ), dan juga dapat bermanfaat sebagai dasar potret masa lalu untuk pijakan pertimbangan pelaksanaan pembangunan masa depan kota Surakarta. Hal ini sesuai dengan pendapat Lord Ducan Sandys (1971), bahwa “Kebanggaan terhadap masa lampau merupakan landasan paling kuat untuk melangkah ke masa depan”.

B. Batasan / Ruang Lingkup

Dalam mengkaji masalah tersebut lingkup perancangan yang ingin penulis ajukan adalah disain interior Museum Kota Surakarta yang meliputi Loby, Solo Story Gallery , Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory.

C. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan ini yang berguna untuk pemecahan masalah adalah :

commit to user

mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat.

2. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku.

3. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.

D. Tujuan

1. Merancang Museum Kota Surakarta dengan pendekatan pendidikan.

2. Menciptakan system penyajian benda koleksi yang disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan ruang sehingga dapat berfungsi secara makasimal.

3. Perancangan interior yang meliputi karakteristik sistem interior, dan program ruang yang dititikberatkan pada masalah sistem sirkulasi.

E. Sasaran

Sasaran yang diutamakan oleh penulis adalah terwujudnya disain interior Museum Kota Surakarta dengan konsep dan pendekatan pendidikan, dan mengambil ide dasar visual D ’stjil.

F. Manfaat

Manfaat dari perencanaan dan perancangan interior Museum ini bagi :

1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan tentang sejarah alam dsan budaya dan untuk melestarikan peninggalan – peninggalan benda bersejarah kota Surakarta dan ikut andil dalam menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya budaya tradisional bagi pengembangan kekayaan budaya bangsa yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior.

commit to user

mengembangkan warisan budaya agar tetap dapat dinikmati hingga generasi mendatang

3. Pemerintah, adalah memberi masukan suatu konsep baru bagaimana mewadai seluruh potensi yang ada, diwujudkan dengan perancangan dan perencanaan Museum kota.

G. Metedologi

Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan perancangan Museum Kota adalah :

1. Metodologi Pembahasan Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang akurat, maka metode yang digunakan :

a. Metode Observasi Yaitu mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku – buku, koran, majalah, ataupun referensi – referensi lain yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sehingga mampu dapat menyelesaikan permasalahan.

b. Metode Analisis Menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang kemudian dianalisis. Diharapkan tinjauan tersebut akan mengilhami berbagai karya desain dan alternatif – alternatif yang matang.

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I (PENDAHULUAN) Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan

keberadaan Museum Kota Surakarta, pembahasan dan perumusan masalah,

commit to user

pembahasan.

2. BAB II (LANDASAN TEORI) Mengemukakan tentang landasan teori tentang proyek interior Museum

Kota Surakarta yang meliputi tentang persyaratan ruang yang di dalamnya mencakup pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, dll serta merupakan hasil studi observasi di lapangan, sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisis dari konsep perencanaan dan perancangan interior Museum Kota Surakarta.

3. BAB III (PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA) Perancangan yang diperoleh dari kajian teori dan hasil observasi lapangan yang merupakan titik tolak dasar konsep perencanaan dan perancangan interior ruang

4. BAB IV (KESIMPULAN) Merupakan kesimpulan dari proses analisis sekaligus merupakan konsep

perencanaan dan perancangan Museum Kota Surakarta.

commit to user

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum

1. Museum

a. Lembaga yang bersifat tetap tidak mencari keuntungan, menghimpun barang- barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya, meneliti, memelihara dan mengawetkan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat umum untuk kepentingan perkembangannya.

b. Dalam hal ini pengertian museum kota adalah museum yang memperoleh, mengumpulkan, membina/melestarikan, meneliti, memamerkan, dan mempublikasikan kepada masyarakat tentang potensi Kota Solo meliputi seni budaya, sejarah kota dan ilmu pengentahuan.

c. Museum menurut ICOM (International Council of Museum ) adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia, dan kebudayaan

B. Tinjauan Tentang Museum

1. Sejarah Museum Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi samapi fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas.

Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah yaitu “naluri untuk melakukan pengumpulan (collection instinct )”. Sejak 85.000 tahun yang silam

commit to user

penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa, dimana pernah berdiam manusia Neaderthal (lembah Neander). Di dalam gua ini ditemukan kepingan- kepingan batu yang disebut oker, fosil kerang aneka bentuk, serta batuan- batuan lain yang berbentuk aneh.

Koleksi-koleksi aneh ini merupakan penyajian pertama yang disebut “Curio Cabinet” dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama.

Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan dimana yang disebut museum adalah koleksi-koleksi pribadi milik para pangeran (princess), para bangsawan, para pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya raya danmakmur, serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi-koleksi tersebut mencerminkan adanya benda-benda khusus yang menjadi minat dan perhatian orang- orang tersebut. „Museum” ini jarang dibuka untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Karena koleksi-koleksi ini merupakan ajang prestice dari pemiliknya maka mereka membuka serta memperlihatkan koleksinya hanya kepada para sahabat dekat atau orang terpandang lainnya.

Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan. Kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda-benda tersebut dalam perjalanannya ke negeri-negeri asing atau tempat-tempat lain yang dilakukan dengan biaya sendiri ataupun membayar utusan-utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda.

Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam bentuk karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi dijaman ensiklopedis. Jaman sesudah renaissance di Eropa barat, ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, pelbagai makhluk, flora dan fauna, tentang bumi jagat raya dan sekitarnya.

Indonesia mempunyai sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua dari Negara-negara laian di Asia Tenggara. Hal ini berkaiatan dengan sejarah jaman kolonialisme dan imperalisme. Pada abad 18 Eropa ditandai oleh

commit to user

hal ini juga tidak ketinggalan. Tokoh-tokoh VOC di Hindia Timur (istilah dulu untuk Indonesia), pada tanggal 24 april 1778, telah mendirikan Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Perkumpulan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan

“untuk kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas antara ilmu-ilmu alam, sastra, dan budaya, maka koleksi yang

dirawat di museum juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada tahun- tahuan berikutnya Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalam ilmu bahasa, ilmu bumi, ilmu bangsa-bangsa Hindia Timur dan negeri-negeri sekitarnya.

Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen yang kini dikenal dengan nama Museum Nasional, dan sebelumnya pernah dikenal dengan nama Museum Pusat atau Museum Gedung Gajah, adalah museum yang tertua di Indonesia. Museum lain yang didirikan pada awal abad 20 adalah Museum Aceh yng didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal H.M.A. Swart pada tanggal 31 Juli 1915, museum tersekarang menjadi Museum Negeri Propinsi Aceh. Pada tahun 1922 seorang warga Surabaya keturunan Jerman bernama Von Faber telah merintis berdirinya sebuah museum yang diberi nama Stedelijk Historish Museum Surabaya, yang kini menjadi Museum Negeri Mpu Tantular di Surabaya. Di Denpasar Bali pada tanggal 8 Desember 1932 telah diresmikan pula sebuah museum dengan nama Bali Museum. Museum ini kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam perkembangannya kini museum tersebut menjadi Museum Negeri Propinsi Bali. Selain beberapa museum tersebut, di Yogyakarta sejak tahun 1924 telah dirintis pendirian

Gb. 1. Museum Nasional, Museum Sonobudoyo, Museum Negeri Bali

(Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia)

commit to user

dan diresmikan dengan nama Museum Sonobudoyo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Museum Sonobudoyo dikelola oleh Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1974 diserahkan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penyelenggaranya. Setelah tahun 1945 museum-museum di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta.

Perhatian pemerintah terhadap dunia permuseuman terus meningkat, semenjak Pelita I telah dilaksanakan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Pusat dan Museum Bali. Proyek permuseuman ini terus berkembang menjadi proyek pengembangan permuseuman di Indonesia, dan terakhir menjadi Proyek Pembinaan Permuseuman serta telah menjangkau ke seluruh propinsi di Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia telah berdiri 262 buah museum, baik museum pemerintah maupun sawasta, besar mauapun kecil, dengan berbagai jenis.

2. Fungsi Dan Tugas Museum

a. Fungsi Museum

1) Bagi masyarakat umum (awam)

a) Sebagai sarana rekreasi dan mendapatkan informasi tentang koleksi

museum

b) Meningkatkan apresiasi terhadap koleksi museum

2) Bagi seniman

a) Tempat memamerkan karyanya

b) Tempat komunikasi dengan masyarakat melalui karyanya

3) Bagi peneliti

a) Tempat mengadakan penelitian ilmiah

4) Bagi kota

a) Fasilitas penunjang kota

b) Pengenalan kebudayaan suatu daerah

5) Bagi Negara

commit to user

b) Sebagai identitas suatu Negara

b. Tugas Museum

1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya

2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat

3) Turut menyalurkan rakyat dan memperluas pengetahuan kepada masyarakat

4) Memberikan metodik dan didaktif sekolah dengan cara kerja sama yang bermanfaat dengan kunjungan para pelajar

5) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah

6) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni

7) Memajukan bidang pariwisata

3. Persyaratan Museum Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi, ruang- ruang serta bangunan.

a. Persyaratan Lokasi

1) Strategis, mudah dijangkau oleh umum

2) Lokasi museum harus sehat :

a) Lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udaranya (Karbon, asam, garam)

b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa-rawa atau tanah berpasir

c) Memperhatikan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu, antara lain: kelembaban udara 55-65 %, suhu 20-24 C (perubahan suhu yang terlalu besar dan suhu yang terlalu kering dapat merapuhkan ketahanan koleksi ), sinar UV 300 A -400 A dapat memudarkan koleksi

b. Persyaratan Bangunan Persyaratan bangunan museum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

commit to user

pembagian sirkulasi udara yang baik yaitu masalah sistem penggunaan cahaya

2) Bangunan museum harus sanggup menyelamatkan obyek museum, personil museum dan pengunjung museum.

3) Bangunan museum harus memperhatikan faktor-faktor iklim, sirkulasi udara, sanggup menyelamatkan materi koleksi, personil serta pengunjung serta tampilan bangunannya tidak perlu angker atau harus welcome pada pengunjung.

4) Bangunan-bangunan museum harus mampu melindungi benda-benda koleksi dari:

a) Iklim : perlu dikendalikan kadar kelembaban relatifnya antara 45-65 % dengan suhu antara 20-24 %

b) Lingkungan

c) Cahaya

d) Serangga

e) Mikroorganisme

f) Penanganan koleksi : Sebelum benda koleksi ditetapkan sebagai benar-benar benda koleksi museum, ia harus melalui suatu proses, yaitu:

a. Pengeluaran dari peti kemas atau bungkusnya

b. Pendaftaran sementara

c. Fumigasi, penyemprotan, dan pembersihan

d. Regristrasi dalam buku Induk inventaris

e. Penyaluran ke ruang kerja kurator atau ke laboratorium konservasi untuk proses identifikasi, klasifikasi, dan katalogisasi atau untuk penggarapan laboratorium, restorasi, dan lain-lain.

f. Gudang penyimpanan koleksi museum.

g. Bahaya kebakaran.

c. Persyaratan koleksi museum

commit to user

keseragaman persyaratan koleksi baik untuk museum pemerintah maupun museum swasta. Untuk mendapatkan keseragaman persayaratan koleksi, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)

2) Dapat diidentifikasikan mengenai ujudnya (morfologi), tipenya (tipologi),

gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam ordo biologi) atau periodenya dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan teknologi.

3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan

kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah.

4) Dapat dijadikan suatu monument atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam

dan budaya.

5) Benda asli (realia), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan

museum. Pembagian benda koleksi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

a) Pembagian menurut bahannya

1) Bahan organik, yaitu benda-benda yang terbuat dari tumbuh- tumbuhan, binatang, dan kulit.

2) Bahan anorganik, yaitu benda-benda yang berasal dari benda mati, seperti logam, batu, keramik, dan tembikar.

b) Pembagian menurut kelompok bidang ilmunya.

1) Sejarah alam Termasuk dalam kelompok ini adalah benda-benda koleksi alam semesta, flora, fauna, batuan, mineral, dan manusia.

2) Paleontologika Yaitu kelompok benda-benda fosil

3) Prehistorika Kelompok koleksi ; batu tua (paleolitikum), batu madya (epipaleolitikum), batu muda (neolitikum), batu besar (megalitikum), dan logam

4) Arkeologika

commit to user

5) Historika Kelompok benda koleksi regional

6) Naskah Kelompok tulisan tangan

7) Numismatika dan heraldika Kelompok koleksi mata uang logam dan kertas, alat tukar (token), tanda jasa, lambing, tanda pangkat, pening (heraldika), dan cap.

8) Keramik asing Koleksi keramik cina, jepang, siam, anam, Keramik timur tengah, dan Eropa.

9) Seni rupa Kelompok koleksi seni rupa kontemporer

10) Karya cetak Kelompok koleksi peta, grafika, foto

11) Etnografika Kelompok koleksi senjata, wadah, arsitektur, pakaian, atribut, berbagai macam peralatan dalam kehidupan manusia, patung, dan seni rupa lainnya, peralatan seni, benda-benda kerajinan dan peralatannya.

12) Kelompok benda hasil abstraksi Seperti bagan, lukisan, grafik, denah, konstruksi, teori konsepsi, dan data.

a) Pembagian menurut dimensinya

1. Dua dimensional Yakni benda-benda koleksi yang disajikan secara frontal, seperti kain, lukisan, foto, gambar, dan sebagainya.

2. Tiga dimensional Yakni benda koleksi yang disajikan secara meruang (memiliki beberapa arah/ muka untuk pengamatan), seperti ; peralatan dan bahan membatik, patung, miniature/ maket, dan sebagainya

d. Persyaratan Peralatan Museum

commit to user

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif dan teknis permuseuman. Peralatan museum secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Peralatan kantor Yaitu setiap alat tau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.

2) Peralatan teknis Yaitu setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis permuseuman. Sutu museum tidak mungkin berfungsi dengan baik bila dalam operasionalnya tidak didukung dengan peralatan yang lengkap baik peralatan kantor, maupun peranalatan teknis. Bahkan bila perlu didukung dengan peralatan mutakhir atau canggih.

Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh sutu museum antara lain: komputer, mesin fotocopy, almari, filling cabinet, rak buku, peti besi, cardex, papan tulis, meja kerja, meja tamu, telepon, peralatan kebersihan, dan lain-laian. Sedangkan peralatan teknis museum antara lain untuk bidang koleksi berupa camera dan tape recorder, untuk bidang konservasi dan preparasi berupa mikroskop, untuk bidang bimbinga berupa sound system, slide, proyektor, overhead proyektor, dan lain-lain

e. Persyaratan Organisasi dan Ketenagaan Berdasarkan tugas dan fungus museum, maka seyogyanya setiap museum mempunyai organisasi sebagai berikut:

1) Bagian tata usaha, menangani kegiatan yang berhubungan dengan regristrasi,

ketertiban/ keamanan, kepegawaian, dan keuangan

2) Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan

identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi. Menyusun konsepsi yang berhubungan dengan kegiatan presentasi serta penelitian/ pengkajian yang berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan popular serta mempersiapkan bahan untuk label

commit to user

koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu di raung koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium konservasi

4) Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan penanganan bengkel preparasi.

5) Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan bimbingan edukatif cultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular serta penanganan peralatan audiovisual.

6) Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan

dengan kepustakaan/ referensi.

7) Setiap bagian tersebut di atas dipimpin oleh seorang kepala atau coordinator

yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum. Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat kedudukan status museum.

4. Penyajian Pemeran Di Negara maju, semua kegiatan museum sudah mengarah pada pentingnya peranan museum dalam mencerdaskan masyarakat. Untuk itu pengelolaan pameran museum didasarkan pada prinsip-prinsip :

a. Factor cerita

Kepala Museum

Sub Bagian Tata Usaha

Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi

Kelompok Tenaga Fungsional Preparasi/Konservasi

Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/Edukatif

skema 1. Organisasi Pengelola Museum (Sumber : Pedoman Pendirianm Museum)

commit to user

mencakup berbagai aspek yaitu alam, manusia, termasuk semua unsur sosial budaya, teknologi dan sejarah, baik dari masa lalu, sekarang maupun masa datang. Secara obyektif dan informasi museum merupakan ajang komunikasi pengunjung museum. Agar benda ini dapat berkomunikasi dengan masyarakat tentu harus dibuat suatu sinopsis atau cerita. Cerita ini merupakan sebuah cerita yang utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar ruang pameran.

b. Faktor koleksi Cerita yang akan disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau sistematika karena harus menjelaskan dengan pasti semua koleksi yang diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran. Tujuan pokok pengadaan koleksi baru selain penyelamatan juga sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan budaya. Oleh karena itu koleksi baru harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan, maka pengadaan koleksi tidak boleh dilakukan tanpa suatu konsep.

c. Faktor sarana dan biaya Faktor sarana dan biaya merupakan faktor yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk menyajikan sutu pameran diperlukan sarana dasar dan sarana penunjang. Sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruang pameran, vitrin, panil, ruang evokatif dan dilengkapi dengan tata lingkungan serta pertamanan yang menarik. Sarana penunjang antara lain berupa foto penunjang, labeling, tata lampu, tata warna. Semua sarana ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.

d. Faktor teknik dan metode penyajian

1) Prinsip-prinsip desain pameran pada koleksi

a) Daya tarik pameran dalam museum

1. Penggantian koleksi pameran secara periodik, yang bisa dilaksanakan dalam waktu 3 – 5 tahun sekali, bagi pameran tetap.

commit to user

penggantian koleksi.

3. Sering diselenggarakannya pameran-pameran temporer.

b) Memuaskan dan menyenangkan pengunjung

1. Memberikan pengarahan dan kebebasan bergerak pada pengunjung

2. Memberikan space yang cukup lega antara benda koleksi dengan pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati pameran dengan bebas.

3. Mengurangi sebanyak mungkin adanya gangguan cahaya, suara, kepengapan, dan sebagainya.

4. Tata pameran agar mudah dimengerti oleh pengunjung, maka harus ditingkatkan mutu ilustrasi, tulisan label yang kreatif sehingga ada komunikasi antara benda koleksi yang dipamerkan dengan pengunjung, disamping itu dipertimbangkan pula bahwa pengunjung itu berbeda- beda latar belakangnya.

c) Meningkatkan nilai benda koleksi

1. Menunjukkan nilai histories serta nilai religius degan teknik tata pamer yang tepat.

2. Membatasi serta menyeleksi benda-benda koleksi sehingga tidak menimbulkan kesan sangat padat, serta memberikan kesempatan yang besar dalam menyelenggarakan pameran temporer.

d) Mengutamakan pameran benda-benda koleksi

1. Dengan teknik tata pamer yang sederhana dapat meningkatkan nilai benda-benda koleksi yang dipamerkan. Usaha untuk mencapai tujuan ini antara lain dengan menghindarkan dekorasi yang berlebihan atau unsur-unsur yang lebih dominan dibanding dengan benda koleksinya sendiri, sehingga dapat mengganggu konsentrasi pengunjung.

2. Teknik tata pameran yang memberikan kesempatan lebih luas dan jelas terhadap pengamatan pengunjung.

3. Desain tata pameran yang dapat memberikan perlindungan serta kebersihan benda koleksi.

commit to user

a) Metode pendekatan estetis Ialah metode penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan penonjolan segi keindahan benda-benda koleksi tersebut.

b) Metode pendekatan romantik Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapkan satu suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda tersebut.

c) Metode pendekatan intelektual Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapakn dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda koleksi yang dipamerkan.

d) Metode pendekatan campuran (kombinasi) Ialah cara penyajian pameran dalam prakteknya biasanya digunakan kombinasi dari beberapa metoda, yang disesuaikan dengan kondisi dan tema pameran.

e) Metode konvensional Ialah cara penyajian pameran dengan menata benda-benda koleksi menurut apa adanya, tanpa ilustrasi dan tambahan lain.

f) Metode kontemporer atau metode fungsional Ialah cara penyajian pameran dengan didukung alat-alat atau benda bukan koleksi (sketsa, gambar, foto, peta daerah, dan lain-lain) sehingga benda yang dipamerkan menjadi komunikatif dengan pengunjung.

3) Bentuk pameran

a) Pameran tetap Pameran ini biasanya direncanakan dan diselenggarakan untuk tidak diubah-ubah lagi, terutama mengenai sistematika penggolongan benda- benda koleksinya. Pameran tetap ini biasanya diselenggarakan oleh museum dengan mengadakan konsultasi kepada supervisi dari Direktorat Permuseuman.

b) Pameran temporer

commit to user

benda-benda koleksinya, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pameran itu sendiri. Pameran ini bisa juga hanya menampilkan satu jenis benda koleksi saja.

c) Pameran keliling atau pameran mobil Termasuk pameran tidak tetap, benda-benda koleksi senantiasa dibawa dan dipamerkan dari tempat satu ke tempat lainnya.

4) Standart teknik penyajian pameran meliputi :

a) Ukuran minimal vitrin dan panil

b) Tata cahaya

c) Tata warna

d) Tata letak

e) Tata pengamanan

f) Tata suara

g) Labeling

h) Foto-foto penunjang

5. KEGIATAN MUSEUM Ada dua pokok kegiatan yang menunjang kehidupan kegiatan museum yaitu:

a. Kegiatan pengumpulan koleksi

b. Kegiatan penyimpanan dan pengelolaan koleksi Menurut macamnya, kegiatan di dalam museum dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:

a. Preservasi

1) Reproduksi untuk mengadakan cadangan koleksi, sekaligus sebagai cara untuk menyelamatkan koleksi aslinya.

2) Penyimpanan untuk menyelamatkan koleksi dari factor-faktor merugikan

3) Regristrasi, mencatat, memberikan, dan menyusun keterangan-keterangan yang menyangkut benda koleksi.

b. Observasi

1) Penyelidikan untuk benda-benda calon koleksi

commit to user

3) Perawatan dan perbaikan terhadap benda-benda koleksi

c. Apresiasi

1) Pendidikan, musem sebagai penunjang pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal

2) Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara-acara yang sifatnya menghibur

d. Komunikasi

1) Pameran, terutama untuk museum seni, ruang pamer betul-betul merupakan sarana komunikasi antar masyarakat sebagai pengamat dengan seniman sebagai pencipta

2) Pertemuan baik antar pengelola maupun pengelola dengan masyarakat penunjang

3) Administrasi berupa komunikasi terhadap kebijakan-kebijakan dari lembaga yang lebih tinggi

C Tinjauan Wilayah Surakarta

1. Potensi Geografis Kota Surakarta terletak dalam wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Posisi kota Surakarta dalam koordinat buki adalah antara garis bujur 110 0 45‟ 15 “ BT sampai 110 0 45‟ 35 “ BT dan antara garis lintang 7 0 26‟ 00 “ LS sampai 7 0 56‟ 00 “ LS.

Gb. 2. Peta Surakarta (Sumber:www.surakarta.go.id)

commit to user

Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m di atas laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3%. Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang dari 5%. Dan dilihat dari segi topografi Kota Surakarta relatif datar, tapi pada bagian utara sedikit bergelombang. Elevasi Surakarta rata-rata 92 m di atas permukaan laut dengan kemiringan 0-3%

Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah, persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah ini merupakan daerah penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Wilayah administrative Surakarta seluas 4.044 Ha terbagi dalam 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Kota Surakarta :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali

b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

c. Sebelah Selatan

: Kabupaten Sukoharjo

d. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

e.

2. Potensi Iklim dan cuaca Surakarta terletak di daerah yang mempunyai iklim tropis lembab. Dalam satu tahun mengalami 2 cuaca, yaitu hujan dan kemarau. Temperature berkisar antara

21.9 0 C hingga 32.5 0 C dengan kelembaban 71%. Rata-rata tekanan udara adalah

1010.9 MBS. Rata-rata kecepatan angin adalah 4 knot dengan arah angina 240 0. dan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 20 mm/ tahun.

3. Potensi Penduduk Kodya Dati II Surakarta mempunyai jumlah penduduk sebesar 490.214 jiwa (2000) menjadi 497.532 (2003) 497.532 jiwa, terdiri dari 242.591 laki-laki dan 254.643 wanita dengan Sex ratio-nya 95.27%, yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 95 orang laki-laki. Terbagi atas 5 kecamatan dan 51 kelurahan

commit to user

penduduk kota Surakarta sekitar 0.48 %, Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.

4. Potensi Ekonomi Kota Surakarta menempati posisi letak yang sangat strategis, dengan jalur transportasi darat, sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain. Jalur selatan menghubungkan Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya. Jalur utara menghubungkan Jakarta, Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Jalur Kereta Api (KA) yang melewati Kota Surakarta merupakan penghubung kota besar di Pulau Jawa. Belum lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi Sumarmo yang ditingkatkan dari penerbangan domestik menjadi penerbangan internasional.

Tidak aneh, bila Kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai aktivitas manusia. Perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan, jasa dan industri. Sedangkan sektor perbankan mengalami pertumbuhan yang pesat sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan.

5. Potensi Pendidikan Terdapat berbagai fasilitas pendidikan di Surakarta, dari TK, SD, SLTP, SMA, dan juga universitas.Berikut merupakan data penduduk Surakarta sesuai dengan tingkat pendidikannya. Tabel III.1 Penduduk Usia 10 Tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Surakarta pada Tahun 2003

Tabel 1. Jumlah Pengunjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004

Keterangan

Jenis Kelamin

Jumlah Total

Laki-

laki

Perempua

commit to user

Tidak tamat SD

SD/ MI/ sederajat

SMA/ MA

56.747

60.003 116.750

SM Kejuruan

(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)

6. Potensi seni dan Budaya Kesenian merupakan segi lain dari corak kehidupan masyarakat kota Solo, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Bagi masyarakat Solo kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan yang mempunyai unsur keindahan yang menonjol, sehingga menyajikan citra realitas yang lebih kaya, lebih hidup, dan lebih berwarna - warni. Hasilnya terlihat dalam berbagai bentuk baik spatial art ( arsitektur, lukisan, gambar, patung dan kerajinan ), literature dan karya seni yang berlangsung dalam waktu ( sastra, musik, teater, tari, dan film ). Kesenian yang tumbuh subur dalam masyarakat Solo menonjol sebagai unsur pusat kebudayaan, terutama yang berasal dari budaya etnik, yaitu seni budaya Jawa. Berikut merupakan bentuk seni budaya yang terdapat di Surakarta :

commit to user

dipagelarkan oleh dalang dibantu oleh pengrawit dan pesinden, adalah hiburan dalam pola rekreasi masyarakat, mengandung makna simbolik dari sisi penting proses kehidupan dan ritual. Persepsi budaya Jawa sangat mempengaruhi, mengingat babad ageng di keraton berisi genealogi para raja yang beranggapan wiracarita itu adalah nenek moyang mereka. Karena itu wayang dianggap representating the cosmos ( Onghokham,1996 ).

Pada gilirannya seni wayang memberi inspirasi seni lain seperti wayang wong, seni tari, seni sastra, seni kerawitan, seni tatah dan sungging, serta kerajinan lain seperti senjata, seni lukis kaca, dll. Sebaliknya berbagai perkembangan dalam gagasan, teknologi dan kesenian lain juga memberi andil terhadap perkembangan pagelaran wayang itu sendiri.

b. Batik : merupakan warisan dari seni lukis yang berkembang dan mengalami penghalusan pada jaman Kartosuro. Batik pada dasarnya merupakan seratan di atas kain mori dengan unsur - unsur ornamen dalam suatu pola yang diproses dengan pencelupan rintang.

Gb.4 .Proses Pembuatan Batik Tulis (Sumber : pamflet Dinas Pariwisata

kulit a Surakarta)

commit to user

c. Keris : keris yang disebut curiga atau wangkingan, merupakan senjata tikam kuno yang menonjol dibandingkan senjata lainnya. Keris merupakan hasil kerajinan seni yang dibuat oleh empu keris, dengan menyatukan seni pamor dan seni pahat dalam ukir - ukiran, dengan cara penempaan bahan logam campuran yang akan menentukan kekuatan, mutu, dan keindahannya.