BIOGRAFI JAMALUDDIN AL-AFGHANI :

23.8 BIOGRAFI JAMALUDDIN AL-AFGHANI :

Para ahli sejarah berselisih tentang nasabnya, hal ini bukan karena lamanya zaman (setelah masa hidup Al-Afghani-pent). Akan tetapi karena “rajul” ini biasa muncul di setiap tempat (yang berlainan) dengan nama baru dan perangai yang berbeda pula. Diantara nama- namanya :

1. Jamaluddin Al-Istambuli

2. Jamaluddin Al-Asdabaadzi

3. Jamaluddin Al-Husaini

4. Jamaluddin Al-Husaini Abdullah bin Abdullah

5. Jamaluddin Al-Istambuli Abdullah

6. Jamaluddin Al-Afghani Al-Kaalibi

7. Jamaluddin Al-Husaini Al-Afghani

8. Jamaluddin Ar-Rumi

9. Jamaluddin Ath-Thusi

10. Jamaluddin Al-Kaabili (Lihat kitab “Jamaluddin Al-Afghani” oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud, hal.27)

Ali Al-Wardi dalam kitabnya “Lumhaatu Ijtima’iyyah fii Tariikhil ‘Iraaq Al-Hadiits” (3/313) berkata : “Telah menjadi kebiasaan bagi Al-Afghani untuk merubah nama julukannya ketika dia berpindah dari suatu negara ke negara lainnya. Sungguh pernah terjadi ketika kami jumpai dia di Mesir dan Turki dia memakai julukan “Al-Afghani” tetapi ketika di Iran dia merubahnya dengan laqab/julukan “Al-Husaini”!

Dari tulisan-tulisan yang ada, diketahui dengan jelas bahwa dia juga memakai julukan- julukan lain seperti: Al-Istambuli, Al-Kabili, Ar-Rusi, Ath-Thusi dan Al-Asdzaabaadzi!

47 Turut membantu dalam Ta’awun Syar’iyyah ini adalah al-Akh Abu Nusaibah Syamsu Muhajir Al-Malanji dengan menerjemahkan untuk anda –wahai saudaraku- Biografi dan Aqidah Jamaluddin Ar-Rafidhi pujaan Surkati sang

Syaikh Irsyadi, ruh agen Yahudi ini disaksikan Surkati sedang menari-nari riang gembira (adakah ruh seorang mukmin seperti ini keadaannya?!) menyerukan senandung PAN Islamisme yang sesat dan menyesatkan. Benar- benar Surkati terpesona dibuatnya. Allahul Musta’an.

Al-Afghani biasa merubah-rubah model pakaian dan penutup kepalanya. Ketika di Iran, dia memakai imamah/serban hitam yang merupakan ciri khas orang-orang Syi’ah. Ketika pergi ke Turki dan Mesir dia mengenakan serban putih, kadangkala dengan memakai torbus (topi) terkadang pula tanpa torbus. Ketika ke Eropa dia hanya memakai torbus, sedang ketika ke Hijaz (Arab Saudi) dia memakai kufiyah (kain penutup kepala) dan iqal (tali pengikatnya). Tidak jarang pula dia memakai serban hijau, atau siapa tahu ia juga memakai “burnaithah” (topi ala barat).

“Burnaithah”

Musthafa Fauzi Ghazali dalam kitabnya “Da’wah Jamaluddin Al-Afghani fii Mizaanil Islam” hal.63, berkata : “Hal ini menunjukkan bahwa dia (Al-Afghani) mempunyai perkara penting yang dirahasiakan dan dirinya berusaha untuk menjaga perkara rahasia tersebut. Dan sesungguhnya ada seseorang di belakangnya yang mengendalikan dan menuntutnya agar ia selalu berganti-ganti penampilan sekaligus berganti-ganti nama”.

Aku (penulis) mengatakan: ”Dan keadaannya yang demikian itu adalah suatu kenyataan yang tidak terbantahkan”. Dalam kehidupannya, Al-Afghani pernah minum khamr, dia juga memiliki hubungan gelap dengan sebagian wanita tunasusila. Salim Anjuzi dalam “Da’watu Ijtima’iyyah fii Taariikhil Iraaqil Hadits (3/313) karya Al- Wardi : “Ia (Al-Afghani) membenci sesuatu yang manis dan menyukai sesuatu yang pahit, sering minum teh dan menghisap rokok”. Al-Wardi pada kitab yang sama, hal. 311-312 berkata :

“SESUNGGUHNYA AL-AFGHANI PERNAH DIJUMPAI BEBERAPA KALI MASUK

AL-MABGHAL ‘AAMM (TEMPAT PELACURAN UMUM) di Asyqubaadz ketika ia mengunjungi tempat itu” (Wahai pembaca yang dirahmati Allah

, inilah kenyataan yang sangat mengerikan dari idola Ahmad Surkati As-Sudani sang “penyeru dakwah tauhid, peletak dasar dakwah salafiyyah di Indonesia (kata Abdurrahman Tamimi), seorang ‘alim, yang meluruskan garis perjuangan, berdakwah kepada Al-Kitab dan Sunnah, memerangi kesesatan, telah bekerja mentauhidkan masyarakat… (kata Syaikh Ali bin Hasan di Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar kebanggaan umat Islam Indonesia!!!-pen)

Adapun pendapat Jamaluddin dalam masalah sufur (bepergiannya wanita tanpa mahram) dijelaskan dalam salah satu majelisnya yang dinukil oleh Ahmad Amin dalam kitab “Zu’amaa’ul Ishlah fil ‘Ashril Hadits” hal.114, Jamaluddin berkata :

“Menurut pendapatku, tidak ada larangan bagi wanita sering bepergian asal tidak menyiapkan/menggunakan landasan untuk tujuan kemaksiatan (fujur)”. Aku (penulis) mengatakan: ”Pendapat ini mirip cara yang digunakan At-Turabi (Gembong Ikhwanul Muslimin Sudan, pent.) dalam menetapkan pemikirannya sebagaimana tertulis dalam kitabnya “Addiin wal Fann” ia berkata:

“Boleh bagi wanita berjoget ala disko, ditempat-tempat umum asal tidak merangsang syahwat!” Mirip dengan ini adalah pendapat Al-Qaradhawi (gembong Ikhwanul Muslimin lainnya, pent.). Al-Wardi (ibid, III/312) berkata : “Al-Afghani bukanlah orang yang teguh pendirian ketika berhadapan dengan perilaku

teman-temannya dari kalangan umum. Ketika ia tinggal di Kairo, ia pernah pergi bersama temannya ke tempat minum bir di kota Al-Azbakiyyah. Di tempat itu terdapat wanita pramusaji yang cantik dari Eropa. Maka kepada sahabatnya ia berani bertaruh bisa menjadikan wanita itu menangis dan tertawa, mulailah ia mengajak bicara wanita itu hingga dia bisa menangis dan tertawa sebagaimana janjinya”.

Al-Wardi melanjutkan (III/313) “ “Dari peninggalan-peninggalan Al-Afghani didapati surat-surat yang menunjukkan

bahwa dia pernah menjalin hubungan dengan wanita-wanita cantik dari Eropa, diantaranya wanita yang sering disebut-sebut bernama “Katty”, barangkali ia lagi gandrung dengan wanita itu atau sebaliknya”. Silakan melihat fakta kejadian ini di halaman berikutnya.

Tentang ibadah shalatnya, berkata Al-Mad’u An-Nabhani dalam kitab “Arraiyyatush Shugra fii Dzammil Bid’ah”, hal.372 : “Sesunggunya ia (Al-Afghani) pernah mengadakan pertemuan, ketika itu ia menyempatkan keliling universitas Al-Azhar mulai sebelum Maghrib hingga menjelang Isya’ dan ia tidak mengerjakan shalat Maghrib”