AQIDAH JAMALUDDIN AL-AFGHANI :

23.9 AQIDAH JAMALUDDIN AL-AFGHANI :

Dia termasuk penganut Syi’ah Rafidhah dari sekte Baabiyyah, dia perjelas dengan pernyataannya :

BISA DIUPAYAKAN SEBAGAIMANA MENGUPAYAKAN SUATU PEKERJAAN/PROFESI”

“SESUNGGUHNYA

KENABIAN ITU

Ahmad Amin (Zu’amaa’ul Ishlah, hal.110) berkata : “….maka mereka menuduh Al-Afghani dengan tuduhan atheis karena pernyataannya

ini, dan mencelanya karena ia mengatakan bahwa nubuwwah (kenabian) adalah suatu pekerjaan (yang bisa dicari), mereka meributkan Al-Afghani hingga ia disarankan keluar dari Al-Istaanah (kota Konstantinopel). Maka ketika ia pergi ke Mesir, sebagian ulama seperti Syaikh Al-‘Ulaisy dan sebagian masyarakat menuduhnya sebagai seorang atheis”.

Salim Anjuziy (salah seorang muridnya yang Nasrani) dalam kitabnya “Taarikhul Ustadz Al-Imam” berkata : “….ia menyampaikan ceramah secara ceroboh dalam masalah pekerjaan/profesi hingga ia kebablasan/terlalu jauh menerobos batas memasukkan tugas kenabian sebagai salah satu pekerjaan secara maknawi, maka ributlah para penuntut ilmu, dan aku menyerangnya dengan menulis pengingkaran atasnya”.

Dalam “Majallatuz Zahra” jilid I/637 : Berkatalah penyair Turki –Abdul Haq Hamid Bik dalam peringatan-peringatannya : “Sesungguhnya As-Sayid berkata kepadanya: Sesungguhnya penyebab jatuhnya (Al-

Afghani) adalah pernyataannya bahwa nubuwwah termasuk suatu jenis pekerjaan yang bisa dicari”.

Aku (penulis) mengatakan : “Perkataan Jamaluddin ini adalah perkataan kufur yang tidak perlu dijelaskan lagi.

Mengandung pendustaan dan celaan terhadap para Rasul dan risalah yang dibawanya. Adapun Syi’ah sebagai sekte/agama yang dipeluknya, adalah perkara yang jelas”.

Mirza Lutfullah Khan –anak dari bibi Jamaluddin Al-Afghani- dalam kitabnya “Jamaluddin Al-Asdaabaadzi”, hal. 34 berkata : “Terjadi pengungkapan hakekat Jamaluddin di depan Sultan Abdul Hamid berupa pukulan mematikan yang diarahkan oleh Mudhafaruddin Syah kepada Jamaluddin dengan bukti yang diserahkan oleh Alaa’ul Malik –duta besar Iran di Turki- yang mematikan dengan bukti-bukti kuat bahwa Jamaluddin adalah orang Iran, penganut Syi’ah yang bersembunyi di balik baju Al-Afghani dan mengaku bermadzab Sunni sebagai kamuflase untuk melindungi diri”.

Musthafa Fauzi Ghazali dalam kitabnya “Da’watu Jamaluddin Al-Afghani”, hal.71-72 berkata : “Kalau kita kaji dengan seksama perikehidupan Jamaluddin Al-Afghani mulai dari awal hingga akhir hayatnya, maka nampak jelas bagi kita bahwa seluruh kehidupannya telah tercelup oleh paham Syi’ah. Dia sering berpindah-pindah dari madrasah satu ke madrasah lainnya, dari negara satu ke negara lainnya, dari guru yang satu ke guru yang lainnya dan di setiap perpindahan itu dia tetap memeluk Syi’ah yang murni”.

Dia pernah belajar di madrasah tingkat dasar di Qazwain (salah satu kota di Iran). Dikabarkan disana dia dipenjara bersama Al-Baabi karena terlibat pembunuhan Syah Nashiruddin. Setelah itu dia pindah ke Teheran (ibukota Iran) untuk mempelajari ilmu-ilmu syari’ah dan menyelesaikan studinya.

Selanjutnya dia pindah ke Iraq untuk memperdalam ilmunya, tepatnya di Al-Ahbaat Muqaddasah yaitu suatu tempat suci di Iraq yang biasa diziarahi oleh para pelajar Syi’ah dari seluruh penjuru dunia.

Al-Wardi dalam kitabnya memperjelas keterangan tentang Syi’ah-nya Al-Afghani, diamana dia selalu berupaya untuk taqrib/melakukan pendekatan antara Sunni dan Syi’ah dan Al-Wardi menujukkan bukti berupa surat-surat Al-Afghani kepada ulama-ulama Syi’ah.

Al-Wardi berkata: ”Aku dapati surat-surat Al-Afghani kepada para ulama Syi’ah. Secara lahiriah nampak jelas bahwa Al-Afghani demikian paham tentang bagaimana ia harus Al-Wardi berkata: ”Aku dapati surat-surat Al-Afghani kepada para ulama Syi’ah. Secara lahiriah nampak jelas bahwa Al-Afghani demikian paham tentang bagaimana ia harus

Musthafa Ghazali melengkapi keterangannya: “…..hingga seluruh guru-gurunya berasal dari Syi’ah. Ahli sejarah mencatat, Aga Khan Shadiq termasuk gurunya yang Syi’ah, demikian pula Syaikh Murtadla adalah orang Syi’ah.”

Abu Rayyah mengatakan dalam kitabnya “Jamaluddin Al-Afghani” : “Sesungguhnya aku telah mendengar bahwa Assayyid (Jamaluddin) pernah menjadi murid Al-Qadli Bisyir, Al- Hafidz Darraaz dan Habibullah Al-Qandahari”. Mereka semua adalah Syi’ah.

Dari semua keterangan ini dapatlah kita ambil kesimpulan : “Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang Syi’i Ja’fari Itsna “Asyari!!” Menguatkan pendapat ini adalah DR. Abdul Mun’im Muhammad Hasanain dalam kitabnya “Jamaluddin Al-Asdaabaadzi”, hal.9 : “Dia seorang Syi’i bermadzab Ja’fari”. Menghukumi dia sebagai Syi’i tidak bisa dilakukan kecuali setelah membaca surat-surat

Al-Afghani yang tersebar setelah meninggalnya. Oleh sebab itu ia mengatakan (pada hal.10-

11) : “Sesungguhnya bukti-bukti yang menetapkan bahwa Jamluddin Al-Irani bermadzab Syi’ah adalah sangat banyak dan meyakinkan”. DR. Abdul Mun’im Hasanain tidak hanya menunjukkan bahwa Al-Afghani adalah seorang Syi’i, lebih dari itu beliau juga menegaskan bahwa dia (Al-Afghani) sangat fanatik dengan agama Syi’ah. Beliau juga menegaskan :

“….bahkan Jamaluddin adalah orang yang sangat fanatik (ta’ashshub) dengan asal negaranya dan pemahaman (Syi’ah)nya! Kefanatikan Syi’ah-nya bahkan terwujud dalam hal pengambilan seorang stafnya yang ditunjuk untuk mengurusi masalah-masalah khususnya. Dia mempunyai seorang pembantu yang bernama Abu Turab. Pembantu ini sangat setia melayani dan menemani kemanapun Al-Afghani bepergian serta sangat terpercaya dalam menyimpan rahasia-rahasia khusus. Nama “Abu Turab” adalah laqab khusus yang dimiliki oleh Ali Bin Abi Thalib. Hal ini ada kemiripan dengan Al-Afghani yang menyebut dirinya sebagai Jamaluddin “Al-Husaini” yang menandakan dia adalah seorang Syi’i Irani, karena laqab “Al-Husaini” punya makna khusus di kalangan penganut Syi’ah Iran karena sikap ekstremnya terhadap Ahlul Bait, lebih-lebih terhadap Al-Husain bin Ali”.

Demikianlah nukilan perkataan Musthafa Ghazali. Aku (penulis) katakan: Untuk tambahan penjelasan dipersilakan menelaah kitab

“Jamaluddin…” oleh anak bibinya,Lutfullah, di dalamnya terdapat penjelasan yang meyakinkan tentang keSyi’ahannya”. Adapun penisbahan nama Jamaluddin Al-Afghani kepada sekte Al-Baabiyyah, telah dipastikan oleh para ahli, mereka menyebutkan bukti/dalil yang banyak. Akan tetapi sebelum menyebutkan bukti-bukti tersebut, perlu dijelaskan lebih dahulu apa itu sekte Al-Baabiyyah. Ali Abdul Halim Mahmud dalam “Jamaluddin Al-Afghani”, hal.68 menjelaskan : “Al-Baabiyyah termasuk diantara sekian sekte yang berbahaya, sarat dengan ajaran filsafat yang merusak Islam. Dan nampak jelas adanya campur tangan Yahudi di dalamnya”.

Dalam Muktamarnya di kota Rasyta (Risyta?) tahun 1264/1843M para penganut Al- Baabiyyah mendeklarasikan secara terang-terangan tentang hasratnya untuk melepaskan diri dari Islam, memusuhi Islam dan bahasa Arab. Mereka terlibat dengan pemerintah dalam berbagai peperangan dan konfrontasi yang pada akhirnya memaksa keluarnya keputusan hukum untuk melenyapkan Al-Mirza. Dan meredalah ketika itu gaung aliran-aliran filsafat sesat ini dan tidak berumur panjang. Perkembangan selanjutnya, para pengikutnya melakukan gerakan bawah tanah. Dan sebagian besar pengikutnya adalah Yahudi”.

Di tahun 1385H/1868M Al-Baabiyyah keluar dari ‘Aka dengan nama baru “Al- Bahaiyyah” yang diambil dari pemimpin barunya : MirzaHusain Ali Al-Mazindarani yang dijuluki Baha’ullah. Dari data-data yang valid diketahui bahwa Al-Bahaiyyah pada akhirnya menjelma menjadi Yahudi dengan wajah yang lain.”

Sudah menjadi rahasia umum bahwa gerakan Freemasonry-lah yang memback-up Al- Baabiyyah beserta penyebarannya. Dan dialah yang membidani lahirnya Al-Bahaiyyah sebagaimana hal itu telah diakui oleh para ahli sejarah di masa itu serta ahli sejarah belakangnya. Jamaluddin Al-Afghani adalah anggota Freemasonry yang loyal kepada perkumpulan Freemasonry dan malang-melintang di dalamnya, data itu tidak diragukan lagi”.

Adapun loyalitasnya kepada Al-Baabiyyah telah dijelaskan oleh orang-orang yang sezaman dengannya. Musthafa Ghazali dalam bukunya “Da’watu Jamaluddin…:”hal.80, berkata:

“Perubahan Jamaluddin Al-Afghani kepada Al-Baabiy adalah penjelasan Abul Huda Ash Shayyadi tentang Jamaluddin bahwa dia adalah Mazindaraany (pengikut Baabiyyah) diketahui dari pola-pola pikir dirinya yang mirip dengan pemikiran dan keyakinan-keyakinan Baabiyyah” (Lihat kitab “Rasyid Ridha Al-Imam Al-Mujahid”, tulisan Ibrahim Al-Adawi hal.97)

DR. “Ammarah dalam “Al-A’malul Kaamilah….” hal.23, menukil dari “Tarikh Al-Ustadz Al- Imam” milik Muhammad Rasyid Ridha 1/90:

“Abul Huda Ash-Shayyadi menulis surat kepada Asy-Syaikh Rasyid Ridha menyerang majalah Al-Manar karena berulang kali memuat pemikiran-pemikiran Al-Afghani. Dalam suratnya ia katakan :”Sesungguhnya aku lihat majalah anda sarat dengan pemikiran Jamaluddin yang campur aduk. Diketahui secara pasti dari dokumen-dokumen resmi negara bahwa dia adalah Maazindarani (pengikut sekte Baabiyyah) dari sempalan Syi’ah ekstrem, dia keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya“.

Fakta lain yang menguatkan kenyataan di atas adalah bahwa pembunuh Nashir Syahuddin Syah Iran (raja Iran) adalah anggota sekte Baabiyyah, pengikut dan pengagum Jamaluddin Al-Afghani. Dia dijebloskan ke dalam penjara bersama-sama Jamaluddin Al- Afghani di sel yang sama. Setelah pemerintah Iran melakukan penyerbuan dan penangkapan terhadap unsure-unsur Baabiyyah berdasarkan bukti-bukti yang kuat bahwa mererka telah melakukan kudeta terhadap Syah Nashiruddin pada tahun 1268H. Sungguh dia telah mengorbankan dirinya demi Jamaluddin, maka ia katakan kepada Nashiruddin Syah Iran ketika dia mencacinya :

“Ambil dia dari tangan Jamaluddin” Aku (penulis) berkata: “Bukti adanya keterkaitan antara Bahaiyyah, Baabiyyah dan Mashuniyyah

(Freemasonry) International dimana Jamaluddin merupakan salah satu tokohnya adalah: “Termaktub dalam buku karya Musthafa Ghazali “Jamaluddin Al-Afghani…” hal.83 yang dinukil dari buku “Haqiqatul Baabiyyah wal Bahaiyyah” karya Muhsin Abdul Hamid, terbitan Maktab Al-Islamiy, hal.210, menyatakan :

sebagai pengganti Baabiyyahmemiliki kemiripan dalam banyak perkara dengan dasar-dasar dan tujuan-tujuan Jamaluddin. Al-Bahaiyyah mempengaruhi mereka dari segi sasaran-sasarannya yang merusak berdasarkan cara pandang As-Suffiyyah Al-Hululiyyah Al-Ittihadiyyah (Wihdatul Wujud-penyatuan Tuhan dengan hamba). Hal ini selaras dengan seruan Freemasonry dalam hal ajakan meninggalkan agama-agama dan berkumpul di atas agama yang satu”.

Dan begitulah Jamaluddin, dia mengembangkan ajaran Freemasonry (Mashuniyyah) di Mesir, dia menggencarkan seruan penyatuan agama-agama, yang sebelumnya dia punya keyakinan Wihdatul Wujud. Dari sini nampak bahwa dia tidak jauh berbeda dengan pola pikir seorang pengikut Baabiyyah.

Kita perlu mengetahui bahwa Jamaluddin telah mendirikan gerakan Freemasonry di Mesir dan dia tetap aktif di dalamnya meskipun telah keluar dari Mesir. Dan dia juga memiliki pengikut yang cukup besar di Iran, selama dia bermukim di sana.

Iran adalah “box” bayi Baabiyyah yang merupakan underbow Freemasonry”. Ibnu Abdul Hamid dalam “Haqiqatul Baabiyyah wal Bahaiyyah” ha.102. Pokok-Pokok Penting Kesamaan gerakan Ikhwanul Muslimin dengan Jamaluddin Al-

Afghani Ar-Rafidhi :

1. Keseriusannya dalam politik tingkat tinggi

2. Tandzim sirri (gerakan rahasia), lihat model pengajiannya yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil (sistem sel) yang dipimpin oleh seorang murabbi (± 5 orang), membentuk struktur piramida

3. Dakwahnya mengajak untuk menegakkan sistem negara demokrasi (parlemen)

4. Menghidup-hidupkan dakwah kesukuan dan kebangsaan dan menyebarkannya

5. Tamyi’ dan Taqrib (pendekatan) antara Syi’ah dan kelompok-kelompok sesat, Yahudi dan Nasrani” (hal. 47). Maka bila ada baik dan benarnya dari apa yang kami tulis berarti kebenaran itu

datang dari Allah karena taufik dan hidayah-Nya, sedangkan jika ada kesalahan, berarti datang dari diri kami sendiri dan dari setan. Allah

terbebas dari kesalahan itu.

Orang mukmin satu dengan mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan. Sesungguhnya dukungan anda terhadap kebenaran merupakan dukungan

anda terhadap Allah

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S. Muhammad : 7). Kemudian firman-Nya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S. Al-Hajj : 40).

Demikianlah sepak terjang manusia seribu wajah, Jamaluddin Al-Afghani Al-Irani Ar- Rafidhi Al-Masuny (Fremasonry) Al-Ibrani, pujaan Ahmad Surkati As-Sudani yang beliau ini adalah Syaikh Salafy-nya si Pembesar Hizby Abdurrahman “Al-Kadzab” At-Tamimi Al- Andunusi dan orang-orang yang mengkomploti. Semoga mereka tersadar bahwa dusta dan tipu daya adalah perbuatan yang keji, terlarang, merendahkan kehormatan diri, mendustai nurani, senjata makan tuan, mematikan para hizby (sendiri) yang suka bermimpy dapat menghancurkan dakwah salafy dengan dinar al-kuwaity walaupun mereka bersembunyi di belakang Syaikh-Syaikh Salafy. Allahu yahdiikum wahai Hizbiy-Sururiy-Turotsiy-Ikhwaniy- Surkatiy walaupun Cumlaudiy Lipiaiy!!

BAB XXIV