JEJAK-JEJAK MU’TAZILAH YANG TELAH MUSNAH

22.1 JEJAK-JEJAK MU’TAZILAH YANG TELAH MUSNAH

Sunnah-sunnah Nabi-Nya yang dimuliakan oleh seluruh kaum muslimin sepanjang masa menghadapi batu ujian dari para penyeru kebebasan berpikir dan pembaharuan (baca:bid’ah liberalisasi) atas nama Islam. Buku-buku, tulisan-tulisan dan komentar-komentar mereka terhadap hadits-hadits terpengaruh oleh manhaj Mu’tazilah di masa lalu dan orientalis di masa kini. Akibat pengaruh mereka, tendensi kemu’tazilahan terhadap sunnah merasuk ke dalam hati-hati sebagian kaum muslimin yang akrab dengan buku-buku mereka. Di sini, Neo- Mu’tazilah telah berusaha membangkitkan kembali fitnah-fitnah masa lalu yang telah terkubur. Mereka serang hadits-hadits yang shahih, mereka serang pula wali-wali Allah yaitu para ulama pewaris para Nabi dengan tikaman-tikaman yang sangat brutal, bengis dan barbar (contoh kongkritnya adalah penerjemahan buku Himpunan Tiga Risalah oleh Surkatiyyin, serdadu Al-Muntada Al-Sofwa, Agus Hasan Bashari yang diterbitkan oleh PP Al- Irsyad Jakarta) !! Yang sangat mengherankan, masih ada orang-orang berpendidikan dan mengaku berjalan di atas manhaj salaf yang mampu untuk duduk belajar dengan tenang, berguru, mengambil agama dan membela orang yang jelas-jelas memerangi ulama pewaris para Nabi!! Karena itu kita bisa menemukan orang-orang yang menolak sebagian hal-hal ghaib, tanda-tanda hari kiamat, yang termaktub dalam Al-Qur’an dan sunnah-sunnah yang shahih (baca teks ceramah Abdurrahman Tamimi di Yordan ketika menjelaskan bagaimana sesatnya Ahmad Surkati As-Sudani yang mengingkari turunnya Isa ‘Alaihissalam dan munculnya Al-Mahdi!!). Ini adalah buah dari kekagumannya terhadap ajaran Muhammad Abduh Al-Mu’tazili yang mengingkari hadits-hadits Ahad dalam permasalahan aqidah. Ya, Muhammad Abduh yang terkenal dengan ucapannya : “Tidak mungkin sebuah hadits Ahad diberlakukan sebagai dalil atas aqidah” 39

Kita telah berusaha agar bukti-bukti yang dihadirkan berasal dari sumber Hizbiyyin sendiri (sebagaimana bukti di bawah ini) “Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i berkata dalam Mukadimah Ash-Shahih Al-Musnad min Dalai’li An-Nubuwwah (hal.9-11) sebagai berikut:

“Kaum Muslimin di zaman Nabi menganggap semua penetapan syari’at sebagai bukti atas kebenaran Nabi kita Muhammad

,karena di dalamnya terdapat rahasia yang mengagumkan dan hikmah-hikmah yang mendalam. Demikianlah orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan sampai lahir kelompok-kelompok dari Mu’tazilah. Mereka meninggalkan Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka mengaku bersandar pada akal, padahal sebenarnya mereka bersandar pada hawa nafsu. Karena akal yang sehat tidak akan menyalahi bukti naql (nash Al-Qur’an dan Hadits) yang shahih dan valid. Karena itu dada mereka merasa sesak untuk menerima sebagian mukjizat-mukjizat Nabi

. Mereka menakwilkan nash yang satu dan melemahkan nash yang lainnya. Namun Allah

telah berkehendak untuk menguatkan kebenaran dan memberantas kebatilan. Madzhab Mu’tazilah bisa dikatakan telah musnah.

Di zaman akhir-akhir ini telah muncul kelompok-kelompok yang dipenuhi hawa nafsu yang ingin membalaskan dendam golongan Mu’tazilah, hingga mereka binasa sebagaimana pendahulu mereka, yaitu orang-orang yang kebingungan dan orang-orang yang menebarkan kemu’tazilahan. Diantara mereka ada pula yang menebarkan atheisme. Mereka ini antara lain:

1. Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi Al-Ibrani

2. Muhammad Abduh Al-Mishri

3. Muhammad Rasyid Ridha, dan dia tidak seperti pendahulunya

4. Mahmud Syaltut (Syaikh Al-Azhar)

5. Thaha Husein

6. Ahmad Amin, penulis Fajrul Islam wa Dhuhahu wa Dhahruhu

7. Abu Rayyah

8. Muhammad Al-Ghazali Kebanyakan tulisan Ghazali berisikan sikap meremehkan Ahli Sunnah dan pengamalan Sunnah. …..Kemarin, Jamaluddin dan Muhammad Abduh dijuluki sebagai tokoh pembaharu (lihat alirsyad-alislamy.or.id-peny) dan sekarang keduanya dikenal sebagai missionaris.

39 As-Sunnah Al-Muftara ‘Alaiha, Al-Bahnasawi, hal.43 dinukil dari Al-‘Amal Al-Kamilah lil Imam Muhammad Abduh karya Muhammad Imarah mengenai Risalah Tauhid karya Ustadz Al-Imam.

‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)’(QS.Ali Imran:8)

Mereka orang-orang yang sesat lagi sombong. Diantaranya ada yang menentang dengan mengecam kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Ada yang mengecam mukjizat-mukjizat para Nabi, ada yang mengecam para shahabat yang merupakan pembawa agama Islam ini kepada kita. Ada yang mengecam sebagian hukum-hukum syari’at dan mereka ciptakan tradisi buruk. Anda bisa melihat bahwa buku-buku mereka ini mendapat dukungan dari kelompok Rafidhah dan orang-orang kafir…”(Bahaya Mengingkari Sunnah, Shalahuddin 40 Maqbul Ahmad, PUSTAKA AZZAM , hal.223-224)