Hasil Penelitian Usahatani Jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

A. Hasil Penelitian Usahatani Jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

1. Identitas Petani Sampel Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai kondisi petani sebagai pelaku usahatani. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus-

November 2010 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

No. Identitas Petani

Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan

a. Tidak Sekolah

b. Tamat SD (orang)

c. Tamat SLTP (orang)

d. Tamat SLTA (orang)

e. Tidak Tamat SD (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata luas lahan garapan (Ha)

Sumber : Analisis Data Primer Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani jagung

adalah 43 tahun, dan dari 30 responden semuanya termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun). Pada usia yang demikian, petani secara fisik mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam penanganan usahatani sehingga dapat mendukung kemajuan usahataninya. Petani yang masih tergolong usia produktif diharapkan mampu untuk menerima teknologi yang baru khususnya yang berkaitan dengan teknik budidaya tanaman jagung.

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa petani jagung di Kecamatan Geyer sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar. Latar belakang pendidikan petani ini akan berpengaruh terhadap petani dalam menerima berbagai teknologi dan inovasi baru yang telah dikembangkan terutama Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa petani jagung di Kecamatan Geyer sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar. Latar belakang pendidikan petani ini akan berpengaruh terhadap petani dalam menerima berbagai teknologi dan inovasi baru yang telah dikembangkan terutama

Jumlah anggota keluarga petani rata-rata adalah 4 orang, dan dari 4 orang ini hanya 2 orang yang aktif dalam usahatani. Anggota keluarga yang aktif dalam usahatani adalah ayah dan ibu, sedangkan sebagian besar anak petani bekerja sebagai buruh maupun wiraswasta di luar kota. Namun juga ada anak petani yang juga ikut membantu dalam kegiatan usahatani Sedikitnya anggota keluarga yang aktif dalam usahatani menyebabkan petani sering menggunakan tenaga luar untuk membantu pekerjaan pertaniannya.

2. Budidaya Tanaman Jagung Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanaman jagung yang diusahakan petani di Kecamatan Geyer biasanya ditanam pada musim awal penghujan (labuhan) dan menjelang musim kemarau. Petani menanam jagung pada musim labuhan dengan tujuan agar usahatani jagung tersebut mudah untuk mendapatkan air. Varietas tanaman jagung yang ditanam oleh petani jagung di Kecamatan Geyer adalah varietas P-21. Teknik penanaman jagung varietas ini pada dasarnya sama dengan teknik penanaman jagung secara umumnya.

Teknik penanaman jagung yang dilakukan petani di daerah penelitian sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk budidaya jagung harus dipersiapkan terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur, serta aerase dan drainase dalam tanah menjadi baik, sehingga tanaman dapat tumbuh subur dan berproduksi dengan baik.

menggunakan alat traktor dan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dengan melakukan pembalikan tanah hingga menjadi bongkahan- bongkahan. Selanjutnya dilakukan pemecahan bongkahan- bongkahan tanah sehingga struktur tanah menjadi gembur dan halus dengan menggunakan cangkul. Setelah tanah menjadi gembur, dilakukan pembuatan bidang penanaman dan pembersihan sisa-sisa gulma serta pemberian pupuk urea yang berasal dari kotoran ternak, pupuk urea, Sp-36 dan pupuk Phonska sebagai pupuk dasar. Pupuk urea disebarkan merata di seluruh areal tanam dan dicampur dengan tanah, pemberian pupuk urea ini bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah

2. Penanaman

Jagung varietas P-21 merupakan jenis jagung hibrida, sehingga benih jagung vaietas P-21 yang digunakan adalah benih baru, bukan dari hasil panen sebelumnya. Penanaman jagung dilakukan dengan menggunakan tugal. Tugal berupa batang kayu yang bagian ujung diperlancip untuk membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat sedalam lima cm, dengan jarak antar baris ± 70 cm dan jarak antar tanaman dalam baris ± 20 cm, dengan satu biji per lubang. Ada juga petani yang menanam dengan jarak antar baris ± 80 cm dan jarak antar tanaman dalam baris ± 40 cm. Setiap lubang diberi dua benih jagung, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila benih tidak tumbuh, sehingga petani tidak perlu melakukan penyulaman.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman jagung varietas P-21 mencakup pemupukan, penyiangaan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pemupukan sangat penting dalam menjaga pertumbuhan tanaman, selain itu pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan hasil panen. Pemupukan susulan pertama dilakukan Pemeliharaan tanaman jagung varietas P-21 mencakup pemupukan, penyiangaan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pemupukan sangat penting dalam menjaga pertumbuhan tanaman, selain itu pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan hasil panen. Pemupukan susulan pertama dilakukan

Penyiangan dilakukan dengan menggunakan sabit atau cangkul. Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan gulma dan rumput yang menggangu pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dewasa dengan baik dan berproduksi tinggi. Penyiangan biasanya setiap 15-20 hari. Pembumbunan umumnya dilakukan bersamaan dengan penyiangan, pembubuhan bertujuan untuk memperkokoh berdirinya batang tanaman jagung sehingga tanaman tidak mudah rebah dan memperbaiki aerasi tanah. Tanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Petani di daerah penelitian tidak melakukan kegiatan pengairan secara khusus, karena mereka hanya pengandalkan air hujan yang turun. Oleh karena itu, penanaman jagung dilakukan pada awal musim penghujan, sehingga kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman jagung tercukupi.

Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan berdasarkan ada tidaknya serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit di daerah penelitian dilakukan secara manual atau secara fisik. Misalnya hama ulat daun, dilakukan pengendalian dengan cara mencabut tanaman yang terserangga hama dan membunuh hama. Pengendalian penyakit, seperti bercak daun juga dilakukan secara manual, biasanya daun yang terkena penyakit dibeseti atau disobek- sobek dengan tangan, agar bagian yang terserang penyakit terkena panas matahari dan penyakit akan mati. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan secara manual yang dilakukan oleh petani, juga mempunyai tujuan agar tanaman jagung setelah panen dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, karena jika pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi, bahan-bahan kimia dapat Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan berdasarkan ada tidaknya serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit di daerah penelitian dilakukan secara manual atau secara fisik. Misalnya hama ulat daun, dilakukan pengendalian dengan cara mencabut tanaman yang terserangga hama dan membunuh hama. Pengendalian penyakit, seperti bercak daun juga dilakukan secara manual, biasanya daun yang terkena penyakit dibeseti atau disobek- sobek dengan tangan, agar bagian yang terserang penyakit terkena panas matahari dan penyakit akan mati. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan secara manual yang dilakukan oleh petani, juga mempunyai tujuan agar tanaman jagung setelah panen dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, karena jika pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi, bahan-bahan kimia dapat

4. Panen

Kegiatan pemanenan pada tanaman jagung dilakukan saat tanaman berusia sekitar 65-70 hari setelah tanam. Ciri-ciri tanaman jagung yang siap panen antara lain: kelobot (bungkus biji jagung) mulai mengering, biji cukup keras, mengkilat dan apabila ditekan tidak membekas. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada hari cerah (tidak ada hujan). Pemanenan jagung dilakukan dengan cara menghilangkan daun jagung yang telah mengering dan memotong batang bagian atas dengan menggunakan sabit untuk mempermudah pemetikan, setelah itu tongkol diputar beserta kelobotnya sampai putus dari tangkainya dengan menggunakan tangan.

5. Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen yang dilakukan yaitu pemipilan dan pengeringan. Jagung yang telah dipanen, kulitnya dikupas lalu jagung diikat, dalam satu ikatan berisi beberapa tongkol jagung. Ikatan-ikatan jagung digantungkan dianjang-anjang sampai kadar airnya sekitar 18% dengan ciri-ciri bijinya mengkilap, sudah cukup keras dan mudah dipipil, apabila bijinya ditusuk dengan kuku ibu jari sudah tidak meninggalkan bekas. Setelah itu dilakukan pemipilan. Pemipilan atau pemisahan biji jagung dari tongkolnya dilakukan dengan alat pemipil jagung yang disebut kokrok.

Pengeringan jagung dilakukan secara alami dengan penjemuran yang memanfatkan sinar matahari. Penjemuran jagung dilakukan satu kali, yaitu saat jagung sudah dalam keadaan pipilan yang biasanya dilakukan untuk jagung yang tongkolnya kecil-kecil atau saat jagung masih dalam keadaan bertongkol untuk jagung yang tongkolnya besar. Penjemuran jagung yang sudah dalam keadaan pipilan dilakukan di atas lantai, dibawah sinar matahari langsung dengan beralaskan terpal. Pengeringan ini bertujuan untuk Pengeringan jagung dilakukan secara alami dengan penjemuran yang memanfatkan sinar matahari. Penjemuran jagung dilakukan satu kali, yaitu saat jagung sudah dalam keadaan pipilan yang biasanya dilakukan untuk jagung yang tongkolnya kecil-kecil atau saat jagung masih dalam keadaan bertongkol untuk jagung yang tongkolnya besar. Penjemuran jagung yang sudah dalam keadaan pipilan dilakukan di atas lantai, dibawah sinar matahari langsung dengan beralaskan terpal. Pengeringan ini bertujuan untuk

3. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Jagung

a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Jagung

Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani jagung meliputi benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk Sp-36. Rata- rata penggunaan sarana produksi pada usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

No.

Sarana Produksi

Per Usahatani

Per Hektar

Luas lahan garapan (Ha) Benih (kg) Pupuk Urea (kg) Pupuk Phonska (kg) Pupuk SP-36 (kg)

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan sarana produksi pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan dengan luas lahan per usahatani seluas 0,71 Ha menggunakan benih sebanyak 8,9 kg per usahatani atau 12,53 kg per Ha. Pupuk urea yang diperlukan per usahatani sebanyak 205 kg atau 288,73 kg per Ha. Penggunaan pupuk Phonska per usahatani sebanyak 55,67 kg atau 78.40 kg per Ha, sedangkan penggunaan pupuk Sp-36 sebanyak 140 kg per usahatani atau 197,18 kg per Ha. Penggunaaan pupuk urea paling banyak diantara pupuk lainnya karena merupakan sumber hara tanaman jagung yang bermanfaat untuk pertumbuhan.

Menurut rekomendasi dosis pupuk yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten Grobogan yaitu 300 kg Urea, 200 kg SP36 dan 100 kg Phonska untuk setiap hektar. Dari tabel tersebut dapat diketahui Menurut rekomendasi dosis pupuk yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten Grobogan yaitu 300 kg Urea, 200 kg SP36 dan 100 kg Phonska untuk setiap hektar. Dari tabel tersebut dapat diketahui

b. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung

Tenaga kerja sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu usahatani. Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung

MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

No.

Keterangan

TKD (HKP)

TKL (HKP) Jumlah (HKP)

Pengolahan tanah Penanaman Pemeliharaan Pemanenan

Sumber: Analisis Data Primer Keterangan:

TKD : Tenaga Kerja Dalam/Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar

HKP : Hari Kerja Pria UT

: Usahatani

Menurut Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 11,04 HKP per usahatani atau 15,52 HKP per Ha. Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja dalam sebesar 8,12 HKP dan tenaga kerja luar sebesar 7,4 HKP. Tenaga kerja pada pengolahan tanah lebih besar dibandingkan yang lain, hal itu dikarenakan pengolahan tanah membutuhkan tenaga kerja banyak karena jenis pekerjaannya lama dan berat, sehingga tidak cukup hanya dengan

Tenaga kerja yang paling sedikit berada pada kegiatan pemanenan. Hal itu disebabkan karena pemanenan hanya membutuhkan waktu satu hari dan rata-rata hanya 2 orang pekerja.

Petani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan dalam menjalankan usahatani mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja pria dalam satu hari kerja (1 HKP) yaitu sebesar Rp 50.000,00, sedangkan upah tenaga kerja wanita dalam satu hari atau 1 HKW sebesar Rp 40.000,00. Maka dapat disetarakan bahwa dalam 1 HKW setara dengan 0,8 HKP, nilai ini diperoleh dari perbandingan antara upah Hari Kerja Wanita (HKW) dengan upah Hari Kerja Pria (HKP). Upah tenaga kerja wanita lebih rendah dibandingkan tenaga kerja pria dikarenakan tenaga yang dimliki wanita lebih kecil, sehingga pekerjaan yang dilakukan juga lebih ringan daripada pria.