Asumsi Klasik Analisis Statistik 1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

49 koefisien semua butir pertanyaan lebih besar dibandingkan dengan r tabel yang sebesar 0,360 sehingga semua butir pernyataan dinyatakan valid. b. Pengujian Reliabilitas Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.00. Butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka reliabel. 2. Jika r alpha negatif atau r alpha lebih kecil dari r tabel maka tidak reliabel . Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Reliability Statistics .926 29 Cronbachs Alpha N of Items Berdasarkan 16 butir pertanyaan dengan tingkat signifikan 5 r alpha = 0.926. ini berarti r alpha r tabel yaitu 0.360 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel dan dapat disebarkan kepada responden sebagai instrumen penelitian ini.

2. Asumsi Klasik

a. Normalitas Uji normalitas miliki tujuan yaitu ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data ynag baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Universitas Sumatera Utara 50 Tabel 4.12 Asumsi Klasik Normalitas -3 -2 -1 1 2 3 4 Regression Standardized Residual 5 10 15 20 25 F req uenc y Mean = -1.52E-15 Std. Dev. = 0.979 N = 96 Dependent Variable: TingkatKedatangan Histogram Sumber : pengolahan data primer dengan aplikasi software SPSS 12 for windows Universitas Sumatera Utara 51 Tabel 4.13 Asumsi Klasik Normalitas 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Expected Cum Prob Dependent Variable: TingkatKedatangan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Sumber : pengolahan data primer dengan aplikasi software SPSS 12 for windows Pengambilan Keputusan : Berdasarkan scatter plot terlihat ttik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal. Namun seringkali data kelihatan normal karena mengikuti garis diagonal. Padahal belum tentu data tersebut berdistribusi normal. b. Heteroskedastisitas Asumsi Klasik Regresi Heteroskedastisitas adalah merupakan suatu variabel residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi Universitas Sumatera Utara 52 meragukan. Heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan, dan kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random acak. Residu pada heteroskedastisitas semakin besar apabila pengamatan semakin besar. Demikian juga pengamatan variabel bebas yaitu bauran promosi X yang semakin besar akan memperbesar rata-rata residu. Tabel 4.14 Asumsi Klasik Regresi Heteroskedastisitas -3 -2 -1 1 2 3 4 Regression Studentized Residual -5 -4 -3 -2 -1 1 2 Regression Standardized Predicted Value Dependent Variable: TingkatKedatangan Scatterplot Sumber : pengolahan data primer dengan aplikasi software SPSS 12 for windows Heteroskedastisitas yang ada dalam regresi dapat menyebabkan Hasan 2002:282 pada buku Budi, Triton Prawira; 2006; hal.152 , yaitu : 1 Penaksiran estimatoryang diperoleh menjadi tidak efisien, Hal ini disebabkan oleh varians yang sudah tidak minim lagi tidak efisien. Universitas Sumatera Utara 53 2 Kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh sehingga memberikan indikasi yang salah. Dengan demikian koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelasan yang telalu besar. Heteroskedastisitas dapat terjadi karena dinamika lingkungan dari data variabel yang sulit diidentifikasikan pada saat membuat model regresi sehingga muncul asumsi bahwa regresi sebaiknya terbebas dari Heteroskedastisitas. Pengambilan Keputusan : Berdasarkan grafik Scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan konsumen, berdasarkan masukan variabel independentnya. Kelemahan model plot adalah jumlah pengamatan. Jika jumlah pengamatan sedikit maka akan sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Helmi Syafrizal, M. Jaf’ar, Muslich Syahyunan, 2008: 68. b. Multikolinearitas Multikolinearitas dapat dideteksi pada model regresi apabila pada varabel terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Apabila pada regresi terdeteksi adanya kasus multikolinearitas, maka dapat terjadi perubahan tanda koefisien regresi dari positif pada saat diuji dengan regresi sederhana, menjadi negatif pada saat diuji dengan regresi berganda, atau sebaliknya. Disamping itu multikolinearitas dapat menyebabkan fluktuasi yang besar pada prediksi koefisien regresi, dan juga dapat Universitas Sumatera Utara 54 menyebabkan penambahan variabel independen yang tidak berpengaruh sama sekali, berikut tabelnya: Tabel 4.15 Asumsi Klasik Multikolinearitas Coefficients a 9.782 2.481 3.943 .000 .621 .188 .262 3.301 .001 .888 1.126 .811 .213 .308 3.805 .000 .854 1.171 .769 .186 .320 4.137 .000 .934 1.070 .563 .213 .205 2.643 .010 .934 1.071 Constant Advertising PersonalSelling SalesPromotion Publicity Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: TingkatKedatangan a. Sumber : pengolahan data primer dengan aplikasi software SPSS 12 for windows Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor VIF yaitu dengan rumus : VIF = 1 R 2 1 - k R2 = Koefisien determinasi R2 berganda ketika k diregresikan dengan variabel- variabel X lainnya. Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 5, dimana : Tolerance value 0.1 atau VIF 5 = terjadi multikolinieritas Tolerance value 0.1 atau VIF 5 = tidak terjadi multikolinieritas Pengambilan Keputusan : Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapay dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut Helmi Syafrizal, M. Jaf’ar, Iskandar, Muslich Syahyunan, 2008: 101 Universitas Sumatera Utara 55 VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas VIF 5 maka tidak terdapat multikolienaritas Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas

3. Regresi Linier Berganda