103
Kaitannya dengan aspek ekologi maka pengembangan pariwisata dikembangkan ke arah pelestarian lingkungan atau
ekowisata ecotourism. Low Choy Hebron 1996 merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama
ekowisata, yaitu: 1
Lingkungan, ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu.
2 Masyarakat, ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi,
sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat. 3
Pendidikan dan pengalaman, ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan
budaya yang terkait, sambil memperoleh pengalaman yang mengesankan.
4 Berkelanjutan, ekowisata harus dapat memberikan
sumbangan positif bagi berkelanjutan ekologi dan lingkungan kegiatan dan tidak akan merusak serat menurunkan mutu,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
5 Manajemen, ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang
dapat menjamin keberlangsungan daya hidup lingkungan alam budaya yang terkait di daerah tempat kegiatan ekowisata,
sambil menerapkan cara mengelola yang terbaik untuk menjamin keberlangsungan hidup ekonominya.
d. Pemanfaatan Lingkungan bagi Kepentingan Pertambangan
Pencemaran lingkungan sebagai akibat dari adanya pertambangan umumnya adalah disebabkan oleh faktor kimia,
faktor fisik, dan faktor biologis. Sebagai contoh pencemaran oleh banyaknya CO di sekitar lokasi pertambangan.
Oleh karena itu, dalam dalam rangka mencegah terjadinya bentuk pencemaran yang akan berakibat buruk terhadap
gangguan ekologis,maka perlu dilakukan usaha terhadap: 1 Bagaimana cara pengolahan pembangunan pertambangan,
yaitu dengan mengadakan survei secara terintegrasi agar mendapatkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian,
baik secara ekonomi maupun secara ekologi.
2 Analisis letak dari lokasi pertambangan dengan lokasi penduduk. 3 Di lokasi pertambangan hendaknya diperhatikan pula ventilasi
yang baik agar debu di udara tambang berkurang, selain dengan cara pengeboman basah yang juga akan mengurangi
jumlah debu bebas ke udara.
104
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem secara seimbang. Komponen-komponen
dalam ekosistem senantiasa saling bergantung. Keseimbangan inilah yang harus tetap dijaga agar pelestarian
keanekaragaman dalam sumber daya alam tetap terjamin. Keseimbangan akan terganggu jika komponen di dalamnya
terganggu atau rusak.
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, wabah penyakit, dan sebagainya dapat menyebabkan adanya kerugian
dalam bidang ekonomi, biologi, bahkan perusakan peninggalan- peninggalan budaya.
Gerakan perlindungan alam dimulai di Prancis, tahun 1853 atas usul Para pelukis untuk melindungi pemandangan alam di
Fontainebleau di Paris. Sebagai peletak dasar atau gagasan perlindungan alam
adalah FWH Alexander Von Humbolt seorang ahli berkebangsaan Jerman, 1769-1859, sehingga beliau diakui
sebagai Bapak Ekologi sedunia. Tokoh organisasi internasional di bidang ini adalah Paul Sarazin Swiss. Oleh karena keadaan
perang maka dasar-dasar organisasi ini baru terbentuk pada tahun 1946 di Basel, dan tahun 1947 di Brunnen.
Perlindungan dan Pengawetan Alam PPA di Indonesia lahir pada tahun 1912 di Bogor, tokohnya Dr. SH. Kooders. Menurut
Undang-undang Perlindungan Alam, pencagaralaman di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Cagar Alam
Penamaan ini berlaku di daerah yang keadaan alam tanah, flora, dan keindahan mempunyai nilai yang khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta bagi kepentingan umum sehingga dirasa perlu untuk dipertahankan dan tidak merusak
keadaannya. Cagar alam dapat diartikan Pula sebagai sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora dan fauna di
dalamnya.
B.
Pelestarian Lingkungan Hidup
1. Sejarah Perlindungan dan Pengawetan Alam PPA
105 b. Suaka Margasatwa
Istilah ini berlaku untuk daerah-daerah yang keadaan alamnya tanah, fauna, dan keindahan memiliki nilai khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi. Kedua istilah di atas kemudian dipadukan menjadi Perlindungan
dan Pengawetan Alam PPA.
c. Cagar Biosfer
sistem pendukung kehidupan 2 mempertahankan keanekaragaman genetis
3 menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara ber- kelanjutan.
Ketiga tujuan ini paling berkaitan. Pencagaralaman tidak berlawanan dengan pemanfaatan jenis dan ekosistem. Akan tetapi,
pemanfaatan itu haruslah dilakukan dengan cara yang menjamin adanya kesinambungan. Artinya, kepunahan jenis dan kerusakan
ekosistem tidak boleh terjadi. Demikian pula, terjaganya ekosistem dari kerusakan tidak hanya melindungi keanekaragaman jenis,
melainkan juga proses ekologi yang esensial.
d. Nilai-nilai dalam Perlindungan Alam
Nilai-nilai yang terkandung dalam perlindungan alam meliputi nilai ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai budaya yang saling berkaitan.
Secara terperinci, nilai-nilai yang dimiliki dalam perlindungan dan pengawetan alam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1
Nilai ilmiah, yaitu kekayaan alam, misalnya, hutan dapat di- gunakan sebagai tempat penelitian biologi untuk pengembangan
ilmu sains. Misalnya, botani, proteksi tanaman, dan penelitian ekologi.
Cagar Biosfer adalah perlindungan alam yang meliputi daerah yang telah dibudidayakan manusia,
misalnya untuk pertanian secara tradisional bukan tata guna lahan modern, misalnya: pabrik, jalan raya,
pertanian dengan mesin. Selain cagar alam dan cagar biosfer terdapat juga istilah cagar budaya yang
memiliki arti perlindungan terhadap hasil kebudayaan manusia, misalnya perlindungan terhadap candi dan
daerah sekitarnya. Strategi pencagaralaman sedunia World Conservation Strategy memiliki tiga tujuan, yaitu:
1 memelihara proses ekologi yang esensial dan
Gambar 4.11 Harimau salah satu hewan yang
dilindungi Sumber: www.wikipedia.org