2. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang
Kejahatan pencucian uang moneylaundering pada dasarnya merupakan upaya memproses uang hasil kejahatan dengan bisnis yang sah sehingga uang
tersebut bersih atau tampak sebagai uang halal. Dengan demikian asal usul uang itu pun tertutupi. Sampai saat ini, belum ada defenisi yang universal mengenai apa
yang dimaksud dengan tindak pidana pencucian uang. Pencucian uang secara umum dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan memindahkan,
menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari satu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organisasi kejahatan crimeorganization maupun
individu yang melakukan tindakan korupsi, perdagangan narkotika, dan tindak pidana lainnya. Tujuannya adalah menyembunyikan atau mengaburkan asal usul
uang haram tersebut sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah. Defenisi pencucian uang terus berkembang sejalan dengan perkembangan
kasusnya di dunia internasional. Salah satu defenisi yang menjadi acuan di seluruh dunia termuat dalam The United Nations Convention Against Illicit Trafic In
Narcoticas, Drugs, And Psycotropic SubstanceOf 1988 yang kemudian diratifikasi di Indonesia dengan UU No 7 tahun 1997. Namun, ada beberapa pendapat yang
memberikan pengertian tentang pencucian uang, seperti Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini menggarisbawahi, dewasa ini istilah moneylaundering sudah lazim
digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan seseorang atau badan hukum untuk melegalisasi uang ‘kotor’, yang diperoleh dari hasil tindak
Universitas Sumatera Utara
pidana.
28
Pengertian lain dari moneylaundering menurut Sarah N. Welling 1992
29
Defenisi pencucian uang menurut David Fraser 1992 :
“money laundering is the process by which one conceals the exixtence, illegal source, or illegal application of income, and then disguises that
income to make it appear legitimate”. Pencucian uang adalah proses dimana seseorang menyembunyikan keberadaan sumber pendapatan
ilegal atau aplikasi pendapatan ilegal dan kemudian menyamarkan sumber pendapatan tersebut agar terlihat seperti sesuai dengan aturan atau
hukum yang berlaku.
30
Pamela H.Bucy dalam bukunya yang berjudul White Collar Crime: Cases and Materials, defenisi “money laundering” diberikan pengertian sebagai berikut
: “Money laundering is quite simply the process through which “dirty”
money proceeds of crime, is washed through “clean” or legitimate sources and enterprises so that the “bad guys” may more safely enjoy
their ill’ gotten gains”. Pencucian uang kurang lebiih adalah proses di mana uang ‘kotor’ hasil dari tindak pidana dicuci menjadi “bersih”atau
uang kotor yang dibersihkan melalui suatu sumber hukum dan perusahaan yang legal sehingga ‘para penjahat’ dapat dengan amanmenikmati hasil
jerih payah tindak pidana mereka.
31
Apapun defenisinya, pada hakekatnya pencucian uang menunjuk pada upaya pelaku untuk mengurangi ataupun menghilangkan risiko ditangkap ataupun
uang yang dimilikinya disita sehingga tujuan akhir dari kegiatan ilegal itu yakni memperoleh keuntungan, mengeluarkan serta mengkonsumsi uang tersebut dapat
terlaksana, tanpa terjerat oleh aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian :
“money laundering is the concealment of the existence, nature of illegal source of illicit fund in such a manner that the funds will appear legitimate
if discovered”
28
Aziz Syamsuddin, Op.Cit., hal. 17.
29
Sarah N. Welling, “Smurfs, Money Laundering and the United States Criminal Federal Law”, seperti dikutip oleh Adrian Sutedi, S.H., M.H., Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2008, hal. 13
30
Ibid.
31
Ibid.,hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
menyimpan uang hasil kegiatan ilegal adalah sama dengan mencuci uang tersebut, walaupun si pelaku tindak pidana sendiri hanya menyimpan uang tersebut dan
tidak mengeluarkan uang tersebut karena belum “dicuci”.
32
Secara umum, tahap pencucian uang tersebut dibagi menjadi 3, yaitu: pertama, penempatan uang placement. Placement merupakan upaya
menempatkan uang tunai yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana dalam bentuk yang lebih mudah dipindahkan dan tidak dicurigai untuk selanjutnya
diproses ke dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan, sehingga jejak seputar asal-usul dana tersebut dapat dihilangkan. Pada tahap placement ini,
pelaku tindak pidana pencucian uang memasukkan dana ilegalnya ke rekening perusahaan fiktif seperti perusahaan bidang perhiasan batu berharga, atau
mengubah dana menjadi monetary instruments seperti traveler’scheque, moneyorder, dan negotiableinstruments lainnya kemudian menagih uang itu serta
mendepositkannya ke dalam rekening-rekening perbankan bank accounts tanpa diketahui. Kedua, pelapisan uang layering. Jumlah dana yang sangat besar dan
ditempatkan pada suatu bank tertentu akan menarik perhatian dan menimbulkan kecurigaan pihak otoritas moneter negara bersangkutan akan asal-usulnya. Karena
itu, pelaku melakukan pelapisan layering atau juga disebut heavy soaping melalui tahap transaksi keuangan untuk memutuskan memisahkan hubungan
antara dana yang tersimpan di bank dan tindak pidana yang menjadi sumber dana tersebut. Tujuannya, untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana.
Ketiga, penyatuan uang integration repatriation spin dry, yaitu upaya
32
Aziz Syamsuddin, Op.Cit., hal.19.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah secara hukum, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material
maupun keuangan, untuk membiayai kegiatan-kegiatan bisnis yang sah, atau bahkan untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana.
33
Media atau sarana yang paling dominan dalam tindak pidana pencucian uang adalah sistem
keuangan. Dalam hal ini perbankan banyak digunakan oleh para pelaku kejahatan tersebut menawarkan berbagai instrumen keuangan
34
3. Pengertian Informasi dan Transaksi elektronik