Oleh sebab itu, tulisan ini merupakan karya asli yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa skripsi yang disusun ini merupakan asli dan belum pernah di tulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sepanjang yang di
telusuri dan diketahui oleh penulis. Kalaupun ada judul yang sama ataupun menyerupai, penulis yakin substansi dan isinya berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Pembuktian
Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana. Dalam hal
ini pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagimana akibatnya jika seseorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan
alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda
dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formal. Pembuktian secara etimologi berasal dari kata bukti yang berartisesuatu
yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata bukti jikamendapat awalan pe- dan akhiran -an maka berarti proses, perbuatan,dari membuktikan, secara
terminologi pembuktian berarti usaha untukmenunjukkan benar atau salahnya si terdakwa dalam sidang pengadilan Anshoruddin, 2004: 25. Pembuktian adalah
ketentuan-ketentuan yang berisipenggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undangundangmembuktikan kesalahan yang didakwakan kepada
Universitas Sumatera Utara
terdakwa.Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat buktiyang dibenarkan oleh undang-undang dan boleh dipergunakan
hakimmembuktikan kesalahan yang didakwakan M.Yahya Harahap, 2005 :273.
21
KBBI memberi arti pembuktian adalah proses, cara, perbuatan membuktikan; usaha menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa dalam sidang
pengadilan
22
. Menurut para ahli seperti, Martiman Prodjohamidjojo, membuktikan mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran atas
sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Pengertian dari pembuktian itu sendiri adalah cara-cara yang dibenarkan
olehundang-undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti
yang dibenarkanundang-undang yang boleh dipergunakan hakim untuk membuktikan kesalahan yangdidakwakan.
23
Sedangkan membuktikan itu sendirimengandung pengertian memberikandasar-dasar yang cukup kepada hakim
yang memeriksa perkara yang bersangkutan gunamemberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan.
24
KUHAP sendiri tidak memberikan penjelasan mengenai pengertian pembuktian, KUHAP hanya memberikan jenis-jenis alat bukti yang sah menurut
21
Sekar Dianing Pertiwi Soetanto, Perkembangan Alat Bukti Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pada KUHAP dan Undang-Undang Khusus Di Indonesia, Skripsi: Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, hal. 21.
22
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1997, hal. 151.
23
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,ed. 2, cet.3, Jakarta: Sinar
Grafika, 2002, hal. 273
24
Bambang Waluyo, SistemPembuktiandalamPeradilanIndonesia, Cet.1, Jakarta: Sinar Grafika,1992, hal.2.
Universitas Sumatera Utara
hukum. Oleh karena itu, beberapa ahli memberikan pengertian tentang pembuktian. Darwan Prinst menyatakan bahwa pembuktian adalah pembuktian
bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwa yang bersalah melakukannya sehingga harus mempertanggungjawabkannya.
25
Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo, pembuktian adalah pembuktian secara yuridis
tidak lain merupakan pembuktian secara historis. Pembuktian yang bersifat yuridis ini mencoba menetapkan apa yang telah terjadi secara konkret. Baik dalam
pembuktian secara juridis maupun ilmiah, maka membuktikan pada hakikatnya berarti mempertimbangkan secara logis mengapa peristiwa-peristiwa tertentu
dianggap benar.
26
Pembuktian dalam perkara pidana sangat menentukan apakah seseorang bersalah dan dapat dikenai pidana atau seseorang dinyatakan tidak
bersalah dan tidak dapat dihukum. Dalam hal pembuktian ini, hakim perlu memperhatikan kepentingan masyarakat dan kepentingan terdakwa. Kepentingan
masyarakat berarti, bahwa seseorang telah melanggar ketentuan hukum pidana KUHP atau undang-undang pidana lainnya, harus mendapat hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya. Sedangkan kepentingan terdakwa, berarti bahwa terdakwa harus diperlakukan secara adil sedemikian rupa sehingga tidak ada
seseorang yang tidak bersalah mendapat hukuman, atau kalau memang ia bersalah jangan sampai mendapat hukuman yang terlalu berat, tetapi hukuman itu harus
seimbang dengan kesalahannya.
27
25
Darwan Prinst, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik, Jakarta: Djambatan, 1998, hal.133.
26
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1999, hal.109.
27
Darwan Prinst,Op.Cit, hal.132-133.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang