Pembelajaran Konstruktivisme pada Kurikulum 2013

oleh 21st Century Skills, Education, Competitiveness, Partnership for 21st Century 2008. Bagan 2.1. Kerangka Kompetensi abad ke 21 berdasarkan 21st Century Skills, Education, Competitiveness, Partnership for 21st Century 2008. Dengan melihat kerangka tersebut kita perlu memahami bahwa kerangka tersebut menunjukan berpengetahuan menguasai core subject saja tidak cukup. Peserta didik harus dibekali dengan kompetensi untuk berfikir kreatif, kritis dan berkarakter. Kerangka tersebut dibentuk untuk membangun insan yang Fleksibel, Adaptif dan Produktif dalam dunia kerja. Disamping itu kompetensi tersebut perlu didukung dengan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.3 Pembelajaran Konstruktivisme pada Kurikulum 2013

Belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpandiingat dalam setiap individu Naylor dan Keogh, 1999: 94. Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut: Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurna skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema, sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Semua itu asimilasi dan akomodasi terbentuk berkat pengalaman siswa Sanjaya, 2008: 164-165. Pada penerapanya, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam menyusun pembelajaran di sekolah. Degan penggunaan konsep tematik integratif dan scientific method. Hal ini untuk memancing pengalaman yang akan mengubah ranah kognitif siswa sehingga terbentuk kondisi dimana siswa dapat berpikir kritis atau High Order Thinking Skill HOTS. Tak hanya mendorong ranah kognitif saja, melainkan untuk memancing kompetensi- kompetensi lain yang diharapkan ada dalam diri siswa. Lebih jauh penjelasan tentang kedua konsep tadi akan dijelaskan dibagian berikutnya.

2.4 Pendekatan Tematik Integratif, Scientific Method dan