I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang
Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat seiring dengan kepadatan
penduduk yang semakin tinggi, sehingga peningkatan hasil produksi pertanian sangat
diperlukan.
Komoditas hortikultura sudah dipandang sebagai salah satu sumber
pertumbuhan baru dalam sektor pertanian, karena memiliki potensial pasar yang tinggi.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan masyarakat
terhadap produk hortikultura di dalam negeri diperkirakan akan meningkat. Buah-buahan
merupakan komoditas hortikultura selain sayuran, tanaman hias dan tanaman obat yang
mempunyai peranan penting dalam hal pemenuhan gizi masyarakat dan potensi
ekonomi Harjadi, 1989.
Mayoritas penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di Jawa, Bali, Lampung
dan Sumatera, sudah akrab dengan buah melon. Dahulu buah melon mendapat julukan
“buah eksotik” karena harganya mahal sehingga hanya dikonsumsi golongan
masyarakat kelas atas. Namun, saat ini buah melon sudah memasyarakat seperti halnya
buah semangka non-biji, apel, anggur dan jenis buah lainnya. Sayang sekali pasokan
buah ini secara kontinu masih terbatas. Kalaupun ada, buah itu belum tentu
memenuhi standar kualitas ekspor yang harus bersaing dalam era pasar bebas Prajnanta,
2004.
Melon termasuk salah satu jenis buah- buahan yang relatif belum lama
dibudidayakan di Indonesia. Daya pikat buah melon bagi konsumen terletak pada cita
rasanya yang enak, manis, beraroma wangi dan khas, serta menyegarkan. Sedangkan daya
tarik melon bagi pembudidayanya adalah nilai ekonomi dan publisitasnya yang tinggi
Herlina, 1994
Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan tanaman
melon. Meskipun benih melon sampai saat ini harus diimpor diintroduksi dari luar negeri,
namun pengembangan budidayanya berprospek cerah. Di samping untuk menekan
impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan
pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan juga
menambah keanekaragaman jenis buah- buahan yang dihasilkan di Indonesia
Rukmana, 1994. Tanaman melon sangat potensial untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan tanaman melon cepat menghasilkan buah, harga yang
relatif stabil, nilai ekonomi yang tinggi, permintaan pasar yang meningkat, serta
dikenal masyarakat secara luas. Berdasarkan Departemen Pertanian 2007, produksi buah
melon terus mengalami peningkatan pada tahun 2001 - 2003 secara berurutan yaitu
37.141 ton, 59.106 ton, 70.560 ton, dan pernah mencapai 478.654 ton pada tahun
1996.
Menurut Muhtar 2005 konsumsi buah melon pada 2005 - 2008 diperkirakan
mencapai 1,34 - 1,50 kgkapitatahun dikarenakan adanya perubahan pola makan
masyarakat yang semakin membutuhkan gizi seimbang, bertambahnya jumlah penduduk
dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Tabel 1 menunjukkan produksi buah melon di Indonesia selama kurun waktu tahun
2001-2006. Tabel 1. Produksi buah melon di Indonesia
Tahun Luas Panen
Ha Produksi
Ton Produktivitas
TonHa 2001 3,927 37,141
9.46 2002 4,238 59,106
13.95 2003 3,329 70,560
21.20 2004 2,287 47,664
20.84 2005 3,245 58,440
18.01 2006 3,189 55,370
17.36 Sumber : Dinas Pertanian, 2007
Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani
yang benar intensifikasi dan sistem perluasan lahan pertanian ekstensifikasi.
Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah
memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula. Hal ini
menyebabkan setiap tanaman belum tentu dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi
dengan baik. Untuk melakukan ekstensifikasi pertanian diperlukan sumber daya alam yang
mendukung, baik untuk pertumbuhan, perkembangan atau produktivitas tanaman
Khomarudin, 1998.
Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang tepat sesuai bagi pengembangan
tanaman melon adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya, yaitu faktor iklim yang
meliputi curah hujan, suhu dan radiasi. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan
2
pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu
diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah.
Pengembangan komoditas pada daerah yang tidak sesuai secara agroklimatnya dapat
mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, produktivitas yang rendah, input produksi
tinggi dan mutu hasil rendah Darmaputra, 2006.
1. 2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan
budidaya tanaman melon di Jawa Barat.
1. 3. Asumsi
Pada penelitian ini nilai pembobotnya diasumsikan sama, artinya masing-masing
parameter mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melon.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA