11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5° 54 - 7° 45 LS dan 106° 22 -
108° 50’ BT dengan areal seluas 37.034,95 km
2
atau 3.703.495 ha. Jawa Barat merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan Laut
Jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi
Jawa Tengah. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan
di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten.
Iklim di daerah Jawa Barat termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang beragam
antara 2.000 - 5.000 mmtahun. Curah hujan rata-rata 2.000 mmtahun, namun di beberapa
daerah pegunungan antara 3.000 - 5.000 mmtahun. Suhu udara beragam antara 9
C – 34
C dengan suhu 9 C di Puncak Gunung
Pangrango dan 34 C di Pantai Utara. Provinsi
Jawa Barat merupakan wilayah dengan beragam topografi yang berupa dataran
rendah, dataran tinggi, pegunungan, berbukit dan pulau-pulau kecil, yang berada pada
ketinggian antara 0 - 3.300 meter diatas permukaan laut mdpl. Kawasan utara
merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit
pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Wilayah ini memiliki
perairan umum yang berupa danau, sungai dan waduk.
Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Jawa Barat antara lain meliputi areal
hutan seluas 8.486 km
2
19,6, areal alang- alang dan padang rumput seluas 432 km
2
1,0, areal tegalan seluas 3.584 km
2
8,3, areal perkebunan seluas 3.022 km
2
7,0, areal kebun campuran seluas 8.160 km
2
18,9, areal kolam dan tambak seluas 820 km
2
1,9, areal pemukiman atau perumahan seluas 3.368 km
2
7,8, dan areal lainnya seluas 15.305,22 km
2
35,4 dari seluruh luas wilayah. Pada saat ini Provinsi
Jawa Barat terdiri dari 16 kabupaten dan 9 kotamadya, dan terdiri dari 584 kecamatan,
5.201 desa dan 609 kelurahan. Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Luas km
2
Tasikmalaya 2934.39
Sumedang 1583.36 Subang 2147.53
Purwakarta 948.48 Majalengka 1307.92
Kuningan
1220.32 Sukabumi
4287.56 Cirebon 1083.63
Bogor 3236.92 Bandung 3241.71
Karawang 1874.96 Indramayu
2057.13 Garut
3097.69 Cianjur 3716.82
Ciamis 2853.14 Bekasi 1443.39
Total 37034.95 4. 2. Kesesuaian Iklim dan Ketinggian
Hasil tumpang tindih dari unsur iklim suhu udara rata-rata, kelembaban udara dan
curah hujan menggambarkan daerah-daerah yang memiliki kesesuaian iklim untuk
tanaman melon. Seluruh wilayah kajian penelitian pada umumnya memiliki kondisi
yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.
Suhu udara memiliki variasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat. Suhu
udara rata-rata berkisar antara 16 – 28
C, dimana masuk kedalam kelas kesesuaian
sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuai S3 dan tidak sesuai N. Hal ini diakibatkan
variasi ketinggian di daerah Provinsi Jawa Barat dari mulai 0 meter sampai 3.300 meter
dpl.
Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 65 - 90 dimana masuk kedalam
kelas kesesuaian sangat sesuai S1 dan sesuai S2. Kelembaban udara ideal yang
dibutuhkan tanaman melon sekitar 24 - 80, namun pada kelembaban 90 melon masih
dapat tumbuh baik dan sehat.
Curah hujan memiliki variasi yang cukup besar di provinsi Jawa barat. Curah
hujan berkisar antara 1200 – 4400 mmtahun. Umumnya curah hujan dipengaruhi oleh
topografi daerah setempat. Pada penelitian ini digunakan data curah hujan 3 bulanan dimana
jumlah curah hujan tersebut merupakan jumlah curah hujan yang dibutuhkan tanaman
melon dari masa penanaman hingga panen. Perbedaan curah hujan ini masuk kedalam
12
kelas kesesuaian sangat sesuai S1, sesuai S2 dan kurang sesuai S3.
Topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Bahkan jenis
melon yang ditanam pun tergantung dari ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang
optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut
semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi
dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada
ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada
ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal.
Saat ini daerah sentra penanaman melon justru berpusat di dataran rendah
seperti Ngawi, Madiun, Sragen, Ponorogo, Sukoharjo dan Jampang Sukabumi
Prajnanta, 2004.
Gambar 4 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim dan
ketinggian untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas
empat kelas yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuaisesuai marjinal S3 dan
tidak sesuai N.
Berdasarkan peta kesesuaian iklim dan ketinggian ini, daerah yang sesuai S2
mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 25983,68
km
2
. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai S1 mencakup area seluas 6012,13 km
2
, kelas kurang sesuai S3 mencakup area seluas
3710,32 km
2
, sedangkan untuk kelas tidak sesuai N hanya mencakup area seluas
1272,23 km
2
.
Gambar 4.
Peta Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Tanaman Melon.
Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai S1 terluas adalah
Kabupaten Bandung yaitu seluas 1786,58 km
2
, disusul oleh Kabupaten Garut yaitu seluas 1180,80 km
2
. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai S2 terluas
adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 3903,75 km
2
, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Ciamis masing-masing seluas
2587,55 km
2
, 2483,81 km
2
dan 2457,43 km
2
. Tabel 8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di tiap-tiap
kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten S1 km
2
S2 km
2
S3 km
2
N km
2
Tasikmalaya 562.7 2151.46 189.03 29.01 Sumedang 894.17
504.67 161.78
25.5 Subang 248.82
1833.18 52.75
7.03 Purwakarta 309.49
630.4 10.55
0.88 Majalengka 201.34
1021.66 14.95 72.1 Kuningan 0
1137.72 80.01
Sukabumi 0 3903.75
292.78 72.1
Cirebon 0 1077.93
Bogor 0 2587.55
617.22 24.62
Bandung 1786.58 86.16
822.95 544.24
Karawang 35.17 1840.21 0 0
Indramayu 0. 2058.26
0 0 Garut 1180.8
778.11 835.26
307.73 Cianjur
482.69 2483.81 641.83 103.75 Ciamis 310.37
2457.43 71.22
5.28 Bekasi 0
1431.38
Total 6012.13 25983.68
3710.32 1272.23
13
Tabel 9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim
dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat
Kelas Kesesuaian
Luas km
2
Luas Total
S1 6012.13 16 S2 25983.68 71
S3 3710.32 10 N 1272.23 3
Total 36978.4 100 4. 3. Kesesuaian Jenis Tanah
Parameter yang diuji dalam menentukan kelas kesesuaian tanah adalah
jenis tanah. Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan
dan produksi melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah
yang tebal, geluh berpasir porussarang dan kaya akan bahan organik. Tanah yang gembur
dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem pembuanagan
air drainase menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang
terlalu basah.
Hampir semua jenis tanah cocok ditanami melon asalkan dikelola secara
sempurna. Tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah
andosol, latosol, regosol dan grumosol.
Kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan
pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.
Gambar 5 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian tanah untuk
tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas tiga kelas
yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuaisesuai marjinal S3.
Gambar 5. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Tanaman Melon.
Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai S1 terluas adalah
Kabupaten Sukabumi yaitu seluas
2811.34
km
2
, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung masing-masing seluas
2673.41 km
2
, 2333.41 km
2
dan 2064.58 km
2
.
Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian
sesuai S2 terluas adalah Kabupaten Indramayu yaitu seluas
1902.05
km
2
, disusul oleh Kabupaten Karawang yaitu seluas
1436.42 km
2
.
Tabel 10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten S1 km
2
S2 km
2
S3 km
2
N km
2
Tasikmalaya 759.94 1543.6 627.28 0 Sumedang 1326.6
256.53 0 Subang 1238.75
904.9 0 0 Purwakarta 848.67 103.67 0
Majalengka 774 533.28 0 Kuningan
763.45 455.96
Sukabumi 2811.34 1292.34
179.22 0 Cirebon 442.79
640.46 0 0
Bogor 2673.41 533.28
27.24 Bandung 2064.58
1178.13 0 0 Karawang 416.43
1436.42 20.21 0
Indramayu 151.99 1902.05 0
Garut 1538.33 1519
42.17 Cianjur 2333.41
1377.56 0 0
Ciamis 1693.83 854.82
305.73 Bekasi 394.47
1035.8 1.76
Total 20231.96 15567.78
1203.60
14
Daerah yang sangat sesuai S1 mencakup hampir semua daerah Provinsi
Jawa Barat, dengan total luas area 20231,96 km
2
. Untuk daerah dengan kelas sesuai S2 mencakup area seluas 15567,78 km
2
, kelas kurang sesuai S3 mencakup area seluas
1203,60 km
2
. Tabel
11. Luas potensi pengembangan
tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi
Jawa Barat.
Kelas Kesesuaian
Luas km
2
Luas Total
S1 20231.96 55 S2 15567.78 42
S3 1203.6 3 N 0 0
Total 37003.3 100 4. 4. Kesesuaian Agroklimat
Faktor kesesuaian tanaman tertentu terhadap kondisi lingkungannya tidak dapat
dipisahkan dari unsur iklim dan tanah agroklimat. Interaksi kedua unsur tersebut
merupakan penentu, karena apabila suatu daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai
tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah yang sesuai maka kondisi lingkungan tersebut
tidak bisa dikatakan sesuai untuk suatu tanaman Ansari, 2002.
Gambar 6 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim, ketinggian
dan tanah kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat.
Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang
sesuaisesuai marjinal S3 dan tidak sesuai N.
Gambar 6. Peta kesesuaian Agroklimat
Tanaman Melon. Wilayah yang memiliki kelas
kesesuaian sangat sesuai S1 terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 874,83 km
2
, disusul oleh Kabupaten Sumedang yaitu
seluas 728,88 km
2
. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai S2 terluas
adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas
3721.75
km
2
, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2868,03 km
2
, Kabupaten Bogor seluas 2559,42 km
2
, Kabupaten Ciamis seluas 2326,42, Kabupaten Tasikmalaya seluas
2083,76 km
2
dan Kabupaten Indramayu seluas 2052,11 km
2
. Tabel 12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di tiap-tiap kabupaten
di Provinsi Jawa Barat
Kabupaten S1 km
2
S2 km
2
S3 km
2
N km
2
Tasikmalaya 0 2083.76 818.56
29.01 Sumedang 728.88
669.97 161.78
25.5 Subang 247.94
1833.18 52.75
7.03 Purwakarta 288.39 651.5 10.55 0.88
Majalengka 171.45 1051.55 14.95 72.1
Kuningan 0 1137.72
80.01 Sukabumi 0
3721.75 473.9
72.1 Cirebon 0
1077.05 Bogor 0
2559.42 644.47
24.62 Bandung 874.83
997.92 822.95
544.24 Karawang 35.17
1819.11 20.22 0
Indramayu 0 2052.11
0 0 Garut 168.81
1747.9 877.47
307.73 Cianjur 98.47
2868.03 641.83
103.75 Ciamis 135.4
2326.42 374.55
5.28 Bekasi 0
1429.62 1.76
Total 2749.33 28027
4915.74 1272.23
15
Berdasarkan peta kesesuaian agroklimat ini, daerah yang sesuai S2
mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 28027 km
2
. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai S1
mencakup area seluas 2749,33 km
2
, kelas kurang sesuai S3 mencakup area seluas
4915,74 km
2
, sedangkan untuk kelas tidak sesuai N hanya mencakup area seluas
1272,23 km
2
. Tabel 13. Luas
potensi pengembangan
tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi
Jawa Barat
Kelas Kesesuaian
Luas km
2
Luas Total
S1 2749.33 7 S2 28027 76
S3 4915.74 14 N 1272.23 3
Total 36964.3 100
Wilayah yang berpotensi merupakan gabungan dari kelas kesesuaian sangat sesuai
S1 dan sesuai S2. Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman melon
berdasarkan kesesuaian agroklimatnya cukup luas yaitu sekitar 30776,33 km
2
atau sekitar 83 dari keseluruhan luas Provinsi Jawa
Barat. Luas wilayah-wilayah tersebut membuktikan bahwa terdapat banyak potensi
untuk daerah pengembangan tanaman melon di daerah Provinsi Jawa Barat.
Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian kurang sesuai S3 akan kurang
berpotensi dalam pengembangan tanaman melon di Provinsi Jawa Barat, karena wilayah
ini akan memberikan banyak faktor pembatas yang dapat menghambat produksi tanaman
dan pada akhirnya akan menghambat perkembangan ekstensifikasi tanaman melon.
Sedangkan pada kelas tidak sesuai N daerah tersebut dapat dikatakan tidak cocok untuk
pengembangan tanaman melon. 4. 5. Rekomendasi
Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di
Provinsi Jawa Barat Pemetaan wilayah kesesuaian
agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat yang telah disusun hanya
berdasarkan sifat fisik yaitu iklim, ketinggian dan tanah. Oleh karena itu juga harus
dipertimbangkan dari segi sosial ekonomi yaitu faktor penggunaan lahan.
Lahan-lahan pertanian, hutan daratan rendah dan perkebunan secara ekonomis dapat
dimanfaatkan sebagai wilayah ekstensifikasi yang potensial. Lahan kering tidak produktif
dan waduk merupakan wilayah yang mutlak tidak bisa dilakukan ekstensifikasi.
Gambar 7. Wilayah yang Potensial untuk Ekstensifikasi Tanaman Melon
di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat
terlihat hampir semua wilayah di Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang baik
untuk pengembangan tanaman melon, meskipun ada sebagian wilayah yang kurang
mempunyai potensi tersebut. Wilayah yang kurang dan tidak berpotensi sebagian besar
disebabkan oleh faktor penutupan lahan dimana wilayah tersebut merupakan daerah
kota, rawa, tambak, waduk dan lahan kering yang tidak produktif.
Tabel 14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di
tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Baik Kurang Tidak Ada
Tasikmalaya 1479.96 699.04 758.03 Sumedang 838.14 70.43 673.51
Subang 1226.4 51.06 866.32
Purwakarta 401.46 4.40 542.33 Majalengka 892.73 11.45 402.34
Kuningan 924.42 0 292.29
Sukabumi 2477.45 418.19
1372.55 Cirebon 713.13 0 363.61
Bogor 1218.48 297.58
1712.38 Bandung 755.38
475.42 2010.84
Karawang 1008.06 0 866.32
Indramayu 1508.13 542.33
Garut 675.27 558.17
1862.05 Cianjur 2197.48
525.60 990.45
Ciamis 2058.38 313.42
466.61 Bekasi 773.87
0.88 662.94
Total
19148.73 3425.64 14384.88
16
Wilayah yang memiliki potensi yang baik terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu
seluas 2477,45 km
2
, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km
2
dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km
2
. Luas wilayah potensial di Provinsi
Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu
19148,73 km
2
atau sekitar 52 dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang
kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km
2
atau sekitar 9 dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali
yaitu seluas 14384,88 km
2
atau sekitar 39 dari luas provinsi.
Tabel 15.
Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di
Provinsi Jawa Barat.
Potensi Luas km
2
Luas Total
Baik 19148.73 52
Kurang 3425.64 9 Tidak Ada
14384.88 39
Total 36959.25 100
Tabel 16 menunjukkan produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat selama kurun
waktu tahun 2001-2006. Tabel 16. Produksi buah melon di Provinsi
Jawa Barat. Tahun Luas
Panen Ha
Produksi Ton
Produktivitas TonHa
2001 480 4400 9.17
2002 240 7200 30
2003 170 1280 7.53
2004 250 2220 8.88
2005 60 1160 19.33
2006 230 1670 7.26
Sumber : Dinas Pertanian, 2007
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan