r
s
=0.102, p-value0.05. Diduga, ada faktor lain yang lebih mempengaruhi motivasi belajar daripada jenis kelamin, misalnya usia.
Tabel 29 Sebaran motivasi belajar menurut jenis kelamin
Jenis kelamin Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
Laki-laki 12
28.6 30
71.4
42 100.0
Perempuan 8
16.7 40
83.3 48
100.0
Total 20
22.2 70
77.8 90
100.0
Usia. Dari Tabel 30, dapat dilihat bahwa dalam setiap rentang usia
contoh, motivasi belajar lebih banyak berada dalam kategori baik. Terlihat kecenderungan bahwa pada usia yang semakin muda, persentase motivasi
belajar kategori baiknya semakin banyak. Hal ini sesuai dengan hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif r
s
= -0.412, p-value≤0.01 antara usia dengan motivasi belajar. Hal ini berarti bahwa semakin muda usia
contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Diduga, anak dengan usia lebih muda cenderung ingin lebih banyak tahu mengenai hal-hal baru. Selain itu,
hasil uji statistik menyatakan bahwa pola asuh belajar yang diterapkan orangtua semakin baik dengan semakin mudanya usia, sehingga hal ini akan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Tabel 30 Sebaran motivasi belajar menurut usia contoh
Usia tahun Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
9.1-10 2
7.4 25
92.6 27
100.0 10.1-11
13 26.5
36 73.5
49 100.0
11.1-12 5
35.7 9
64.3 14
100.0
Total 20
22.2 70
77.8 90
100.0
Urutan kelahiran. Dari Tabel 31, dapat dilihat bahwa pada anak ke-1
hingga anak ke-3, motivasi belajarnya lebih banyak berada dalam kategori baik, sedangkan pada anak ke-4 seimbang antara sedang dan baik. Namun pada
anak ke-5, motivasi belajarnya termasuk dalam kategori sedang. Terlihat kecenderungan bahwa motivasi belajar semakin baik pada anak pertama atau
anak tunggal. Anak pertama atau anak tunggal lebih banyak berinteraksi dengan orang dewasa, sehingga dukungan yang didapat untuk meningkatkan motivasi
belajarnya pun semakin baik. Namun, hasil uji korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan antara urutan kelahiran dengan motivasi belajar r
s
=-0.156, p- value0.05. Hal ini berarti anak ke-berapapun contoh tidak terlalu berhubungan
dengan motivasi belajar yang dimilikinya. Diduga hal ini disebabkan oleh
perlakuan orangtua yang tidak membedakan perhatian pada anak-anaknya.
Tabel 31 Sebaran motivasi belajar menurut urutan kelahiran
Urutan kelahiran Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
Anak ke-1 10
17.9 46
82.1 56
100.0 Anak ke-2
6 25.0
18 75.0
24 100.0
Anak ke-3 2
28.6 5
71.4 7
100.0 Anak ke-4
1 50.0
1 50.0
2 100.0
Anak ke-5 1
100.0
0.0 1
100.0
Total 20
22.2 70
77.8 90
100.0
Hubungan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar
Dari Tabel 32, dapat dilihat bahwa pada kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah kategori sedang, motivasi belajarnya lebih banyak
berada dalam kategori sedang. Sebaliknya, pada kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah kategori baik, motivasi belajarnya lebih banyak berada
dalam kategori baik. Terlihat kecenderungan bahwa kepuasan siswa terhadap
pembelajaran di sekolah akan meningkatkan motivasi belajarnya. Hal ini
didukung oleh hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif r
s
= 0.648, p-value≤0.01 antara kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajarnya. Kepuasan siswa terhadap pembelajaran di
sekolah yang semakin meningkat berarti siswa merasa dapat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, menganggap bahwa sekolah merupakan tempat yang
menyenangkan, dan hubungannya dengan orang-orang yang ada di sekolah pun terjalin cukup baik. Hasil penelitian Samdal et al 1998 menunjukkan bahwa
hubungan baik dengan guru dan teman akan menurunkan resiko stres sehingga meningkatkan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Kepuasan
yang semakin meningkat ini akan meningkatkan dorongan dari dalam dan juga dari luar diri anak sehingga motivasi belajarnya akan semakin baik.
Tabel 32 Sebaran motivasi belajar menurut kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah
Kepuasan siswa terhadap pembelajaran
di sekolah Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
Sedang Cukup puas 11
64.7 6