Jenis pekerjaan orangtua. Dari Tabel 25, dapat dilihat bahwa dalam
setiap kategori pekerjaan orangtua, pola asuh belajarnya lebih banyak berada dalam kategori baik. Hasil uji korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan
antara jenis pekerjaan orangtua dengan pola asuh belajar ayah:r
s
= -0.03, p- value0.05; ibu:r
s
= -0.041, p-value0.05. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa aspek pekerjaan orangtua pada akhirnya akan
berpengaruh kepada kondisi ekonomi atau pendapatan keluarga. Jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan yang lebih baik diharapkan akan
membuat pola asuh belajar yang diberikan orangtua dalam hal pemberian fasilitas belajar pun semakin baik. Karena salah satu hal yang dapat dilakukan
oleh orangtua untuk meningkatkan prestasi belajar anak adalah dengan menyediakan fasilitas belajar. Hal ini akan mudah dipenuhi apabila tingkat
pendapatan orangtua semakin tinggi karena jenis pekerjaan yang digelutinya
semakin baik. Tabel 25 Sebaran pola asuh belajar menurut jenis pekerjaan orangtua
Pekerjaan Pola asuh belajar
Total Sedang
Baik n
n n
Ayah
Wiraswasta 3
11.1 24
88.9 27
100.0 Pegawai swasta
8 17.8
37 82.2
45 100.0
PNS 2
11.8 15
88.2 17
100.0 ABRIPolisi
0.0 1
100.0 1
100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90
100.0
Ibu
Wiraswasta 0.0
24 100.0
24 100.0
Pegawai swasta 4
18.2 18
81.8 22
100.0 PNS
2 33.3
4 66.7
6 100.0
IRT 7
18.4 31
81.6 38
100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90
100.0
Tingkat pendapatan orangtua. Dari Tabel 26 dan 27, dapat dilihat
bahwa pola asuh belajar pada setiap rentang pendapatan orangtua berada pada kategori sedang dan baik. Pada ayah maupun ibu, pola asuh belajar di masing-
masing rentang pendapatan lebih banyak berada dalam kategori baik. Hasil uji korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan antara pendapatan utama ayah,
pendapatan utama ibu, dan pendapatan tambahan ibu dengan pola asuh belajar. Namun, terdapat hubungan antara tingkat pendapatan tambahan ayah dengan
pola asuh belajar.
Tabel 26 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ayah Pendapatan ayah
Pola asuh belajar Total
Sedang Baik
n n
n Utama
≤ 2500000
2 13.3
13 86.7
15 100.0 2500001-5000000
2 10.5
17
89.5
19 100.0 5000001-7500000
5 25.0
15 75.0
20 100.0 7500001-10000000
4 18.2
18 81.8
22 100.0 10000000
0.0 14
100.0 14 100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90 100.0
Tambahan
tidak memiliki pendapatan 11
15.7 59
84.3 70 100.0
≤ 2500000
0.0 4
100.0 4
100.0 2500001-5000000
2 20.0
8 80.0
10 100.0 5000001-7500000
0.0 2
100.0 2
100.0 7500001-10000000
0.0 1
100.0 1
100.0 10000000
0.0 3
100.0 3
100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90 100.0
Tabel 27 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ibu Pendapatan ibu
Pola asuh belajar Total
Sedang Baik
n n
n Utama
tidak memiliki pendapatan 6
18.8 26
81.3 32
100.0 ≤
2500000 3
13.6 19
86.4 22
100.0 2500001-5000000
1 3.8
25 96.2
26 100.0
5000001-7500000 3
30.0 7
70.0 10
100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90
100.0
Tambahan
tidak memiliki pendapatan 10
12.3 71
87.7 81
100.0 ≤
2500000 2
40.0 3
60.0 5
100.0 2500001-5000000
1 33.3
2 66.7
3 100.0
5000001-7500000 0.0
1
100.0
1 100.0
Total 13
14.4 77
85.6 90
100.0 Pada kelompok ayah yang memiliki pendapatan tambahan tinggi, pola
asuh belajarnya semakin baik. Hal ini didukung oleh hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan
tambahan ayah dengan pola asuh belajar r
s
=0.310, p-value≤0.01. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan tambahan ayah maka pola asuh
belajar yang diberikan akan semakin baik. Diduga dengan pendapatan tambahan ayah yang semakin tinggi, maka alokasi dana yang tersedia untuk menyediakan
fasilitas belajar bagi anak akan lebih besar, sehingga fasilitas belajar yang disediakan akan lebih baik. Selain itu, orangtua cenderung akan memilihkan
sekolah untuk anaknya yang memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan sekolah lainnya, walaupun harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal.
Hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah
Dari Tabel 28, dapat dilihat bahwa kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dalam setiap kategori persepsi siswa terhadap
pembelajaran di sekolah lebih banyak berada dalam kategori baik puas. Terlihat kecenderungan bahwa kepuasan lebih baik dimiliki oleh siswa yang persepsinya
lebih baik. Hal ini didukung oleh hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif r
s
=0.525, p-value≤0.01 antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap
pembelajaran di sekolah. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, maka kepuasan siswa terhadap pembelajaran
di sekolah pun akan semakin meningkat. Persepsi yang semakin baik akan membuat siswa lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan hubungan
dengan orang-orang yang berada di sekolah pun cukup baik, sehingga pada akhirnya kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah pun akan semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Samdal et al 1998 yang menunjukkan bahwa hubungan baik dengan guru dan teman akan menurunkan
resiko stres sehingga meningkatkan kepuasan siswa terhadap sekolah. Tabel 28 Sebaran kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah menurut
persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah
Persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah
Kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah
Total Cukup puas
Puas n
n n
Sedang 14
35.0 26
65.0 40
100.0 Baik
3 6.0
47 94.0
50 100.0
Total
17 18.9
73 81.1
90 100.0
Hubungan karakteristik individu dengan motivasi belajar Jenis kelamin. Dari Tabel 29, dapat dilihat bahwa pada anak laki-laki dan
perempuan, motivasi belajarnya lebih banyak berada dalam kategori baik. Terdapat kecenderungan bahwa motivasi belajar lebih baik pada anak
perempuan dibanding dengan anak laki-laki. Namun, hasil uji korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi belajar
r
s
=0.102, p-value0.05. Diduga, ada faktor lain yang lebih mempengaruhi motivasi belajar daripada jenis kelamin, misalnya usia.
Tabel 29 Sebaran motivasi belajar menurut jenis kelamin
Jenis kelamin Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
Laki-laki 12
28.6 30
71.4
42 100.0
Perempuan 8
16.7 40
83.3 48
100.0
Total 20
22.2 70
77.8 90
100.0
Usia. Dari Tabel 30, dapat dilihat bahwa dalam setiap rentang usia
contoh, motivasi belajar lebih banyak berada dalam kategori baik. Terlihat kecenderungan bahwa pada usia yang semakin muda, persentase motivasi
belajar kategori baiknya semakin banyak. Hal ini sesuai dengan hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif r
s
= -0.412, p-value≤0.01 antara usia dengan motivasi belajar. Hal ini berarti bahwa semakin muda usia
contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Diduga, anak dengan usia lebih muda cenderung ingin lebih banyak tahu mengenai hal-hal baru. Selain itu,
hasil uji statistik menyatakan bahwa pola asuh belajar yang diterapkan orangtua semakin baik dengan semakin mudanya usia, sehingga hal ini akan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Tabel 30 Sebaran motivasi belajar menurut usia contoh
Usia tahun Motivasi belajar
Total Sedang
Baik n
n n
9.1-10 2
7.4 25
92.6 27