Total Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

Namun, siswa akan merasa dipermalukan jika guru menghukum atau memarahinya di depan kelas. Terdapat gangguan yang dihadapi anak, seperti ejekan teman-teman maupun perlakuan tidak menyenangkan, seperti ”dipalak” diminta uang secara paksa oleh temannya di sekolah. Hal ini membuat anak merasa tertekan sehingga mungkin persepsinya terhadap pembelajaran di sekolah pun cenderung negatif. Akan tetapi, secara keseluruhan anak merasa aman berada di sekolah. Selain itu, anak merasa nyaman dengan sarana dan prasarana belajar yang disediakan di sekolah. Potensi Akademik Potensi akademik terkait dengan kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan kognitif merupakan keseluruhan kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang bertujuan, berpikir secara rasional, dan untuk menghadapi lingkungan secara efektif Riley 1992 dalam Latifah dan Dina 2002. Menurut Riley 1992, pengukuran kemampuan kognitif dapat digolongkan menjadi visual processing selektifitas melihat, auditory processing keakuratan pendengaran, verbal processing kemampuan verbal, kinesthetic processing kemampuan mengkoordinasikan kegiatan visual dan motorik, dan thinking logically kemampuan logika. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan potensi akademik Potensi akademik n Di bawah rata-rata 2 2.2 Rata-rata 17 18.9 Di atas rata-rata 32 35.6 Jauh di atas rata-rata 39

43.3 Total

90 100 Skor total hasil tes potensi akademik contoh berkisar antara 8.3-16.4 dengan rata-rata 12.659 berada pada kategori di atas rata-rata. Dari Tabel 13, dapat dilihat bahwa sebanyak 78.9 contoh memiliki potensi akademik di atas rata-rata dan jauh di atas rata-rata, hanya 2.2 contoh saja yang memiliki potensi akademik di bawah rata-rata. Hal ini berarti bahwa kemampuan dasar contoh dalam hal visual memory, auditory sequencing, auditory memory, vocabulary, kinesthetic learning, integration, dan concentration sudah cukup baik. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan, atau gerak hati dalam diri individu untuk menerima dan memahami pelajaran di sekolah. Pada anak yang masih sekolah, umum didengar keluhan bahwa mereka malas atau kurang bergairah untuk belajar. Banyak siswa yang malas mengerjakan PR dari gurunya dan cenderung acuh pada pelajaran yang diberikan di sekolah. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar Hawadi 2001. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan motivasi belajar Motivasi belajar n Sedang 20 22.2 Baik 70 77.8 Total 90 100 . Skor total motivasi belajar yang diperoleh adalah 62-97 dengan rata-rata 79.48 berada pada kategori baik. Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh memiliki motivasi belajar baik 77.8. Tidak terdapat contoh yang motivasi belajarnya kurang. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar contoh dalam penelitian ini sudah cukup baik. Hasil penelitian Qalbi 2006, menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, semakin positif motivasi belajar maka semakin tinggi prestasi belajar. Motivasi belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hawadi 2001 dan Sardiman 2006 menyatakan bahwa motivasi belajar yang berasal dari dalam diri intrinsik muncul tanpa dorongan dari pihak luar, sedangkan motivasi belajar yang datang dari luar diri ekstrinsik muncul karena faktor di luar dirinya baik dari lingkungan rumah maupun sekolah. Dalam penelitian ini, terdapat masing-masing sepuluh pernyataan untuk setiap jenis motivasi tersebut. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti pembagian waktu anak dalam belajar, alasan anak belajar, perjuangan anak memahami pelajaran, kesiapan anak menghadapi ulangan, keinginan anak untuk berprestasi, dan juga cita-cita yang ingin dicapai anak. Sementara itu, motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar diri anak, seperti fasilitas belajar yang tersedia baik di rumah maupun di sekolah, dukungan keluarga, keadaan lingkungan sekolah, dan dukungan teman. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis motivasi belajar Jenis motivasi belajar n Intrinsik 51 56.7 Ekstrinsik 34 37.8 Seimbang 5 5.6 Total 90 100 Dari Tabel 15, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh 56.7 memiliki motivasi intrinsik. Hal ini berarti motivasi intrinsik anak yang diteliti lebih dominan dibandingkan dengan motivasi ekstrinsiknya. Motivasi intrinsik yang lebih dominan ini menunjukkan bahwa contoh memiliki dorongan yang baik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. Contoh belajar karena kesadaran dan keinginannya sendiri untuk belajar. Hal lain di luar diri contoh, menjadi penunjang yang memperbesar dorongan tersebut, sehingga secara umum motivasi belajarnya tergolong baik. Pola Asuh Belajar Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh diri siswa sendiri, tetapi juga oleh hal lain di luar diri siswa. Salah satu hal yang turut berperan yaitu lingkungan dalam keluarga. Tugas orangtualah untuk memenuhi kebutuhan perkembangan intelektual atau pendidikan anak Opit 1996. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung pada pendidikan dalam keluarga yang diwujudkan dalam pola asuh. Komponen pola asuh belajar yang dilihat dalam penelitian ini mencakup cara orangtua menentukan waktu belajar anak, pengulangan pelajaran, pengerjaan tugasPR, evaluasi ulangan di sekolah, fasilitas belajar yang disediakan, dan pemberian motivasi pada anak. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh belajar Pola asuh belajar n Sedang 13 14.4 Baik 77 85.6 Total 90 100 Skor total pola asuh belajar yang diperoleh adalah 37-60 dengan rata-rata 50.92 berada pada kategori baik. Dari Tabel 16, dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh 85.6 memiliki pola asuh belajar baik. Tidak terdapat contoh yang memiliki pola asuh belajar kurang. Dapat dikatakan bahwa pola asuh belajar yang diberikan orangtua contoh sudah cukup baik. Dari hasil analisis per item variabel pola asuh belajar Lampiran 5, dapat dikatakan bahwa cara orangtua mengatur waktu belajar anak sudah cukup baik. Sebanyak 61.1 orangtua mengajarkan anak menyediakan waktu khusus untuk belajar. Lebih dari separuh contoh 54.4 memiliki lama waktu belajar di rumah sekitar 1-2 jam per hari. Dalam hal pengulangan pelajaran, hampir seluruh orangtua 95.6 menemani anaknya secara aktif dalam mengulang pelajaran, minimal satu kali sehari. Selain itu, orangtua juga sangat membantu anaknya dalam memahami pelajaran yang sulit dimengerti. Dalam hal pengerjaan tugas atau PR yang diberikan sekolah, sebagian besar orangtua 75.6 membantu ataupun hanya sekadar mengawasi anaknya mengerjakan tugasPR agar dapat mengkoreksi jawaban anaknya jika salah. Apabila anak mengalami kesulitan, orangtua senantiasa membantu. Selain orangtua, terdapat guru les, kakak, atau saudara contoh yang membantu dalam mengerjakan tugasPR. Dalam hal evaluasi ulangan di sekolah, sebanyak 60 orangtua contoh mengingatkan dan membantu anak untuk belajar jika akan ada ulangan di sekolah. Kemudian, hasil ulangan anak diperiksa oleh orangtua. Jika menerima rapor, sebagian besar orangtua 88.9 mengevaluasi secara keseluruhan hasil prestasi belajar anaknya di sekolah. Dalam hal penyediaan fasilitas belajar, sebagian besar orangtua 76.7 menyediakan berbagai keperluan seperti alat tulis, buku pelajaran, meja belajar, ruang belajar, dan juga komputer. Sebagian anak 54.4 juga memiliki ruangan khusus untuk belajar. Dalam hal pemberian motivasi belajar, sebanyak 94.4 orangtua contoh menyuruh anaknya untuk belajar lebih giat lagi jika nilai ulangannya rendah. Namun, berdasarkan jawaban yang diberikan, sebanyak 47.8 anak merasa orangtua mereka hanya kadang-kadang saja puas dengan hasil belajar yang mereka dapat. Hal ini dapat diartikan bahwa orangtua cenderung menunjukkan bahwa mereka merasa puas hanya jika hasil belajar anaknya baik. Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah Kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah adalah tingkat kepuasan contoh terhadap lingkungan pembelajaran di sekolah yang diindikasikan oleh respon emosional seperti bahagia, menikmati sekolah, dan merasa nyaman di sekolah Samdal et al 1998. Skor total kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah yang diperoleh adalah 32-60 dengan rata-rata 49.53 berada pada kategori baikpuas. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah Kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah n Sedang cukup puas 17 18.9 Baik puas 73 81.1 Total 90

Dokumen yang terkait

Hubungan pergaulan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS (studi penelitian di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan)

0 9 131

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN SISWA MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP PRESTASI Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Kepatuhan Siswa Mentaati Tata Tertib Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD N 01 Gedongan Tahun 2014/2015.

0 4 13

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kecerdasan Linguistik Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar.

1 3 18

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM ORGANISASI DI SEKOLAH DAN GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Keaktifan Siswa dalam Organisasi di Sekolah dan Gaya Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika.

0 1 15

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA.

5 13 46

PENGARUH SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN DAN KETERTARIKAN SISWA PADA SEKOLAH TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

0 0 44

Pengaruh disiplin belajar, lingkungan fisik keluarga dan lingkungan fisik sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas XI.

3 12 170

Pengaruh Bimbingan Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar - Ubaya Repository

0 0 1

PENGARUH STATUS GIZI DAN TONSILITIS KRONIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8