Pola Asuh Orang Tua

“Perbedaannya mungkin anak mulai males untuk masuk sekolah lagi karena sudah terbiasa dengan liburan.” “Iya biasanya seperti itu mereka mulai mlas menerima pelajaran mereka lebih suka bermain dan bercanda dengan teman-temannya karena mungkin lebing menyenangkan dari pada menerima pelajaran . tapi ya wajar kalau menurut saya mbak nama juga anak-anak masih sebagaian besar hari-harinya di habiskan bermain. Seperti itu tidak perlu di paksa biarkan saja semaunya nanti beberapa hari juga kembali lagi. “ E.W7.1 2 Dari data-data di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa masyarakat samin sekarang tidak jauh berbeda dengan orang yang bukan dari kelompok samin. Begitu pula dengan pola pengasuhan dan cara hidup mereka juga sama dengan orang yang bukan sikep. Dan pola asuh yang mereka terapkan adalah pola asuh demokratis tetapi tetap ada aturan-aturan dari orang tua yang harus di taati. Menurut Hurlock 1990: 204 Pola Asuh Demokratis yaitu Orangtua memberikan aturan-aturan yang jelas. Serta menjelaskan akibat yang terjadi apabila peraturan dilanggar dengan aturan yang selalu diulang agar anak dapat memahaminya, member kesempatan pada anak untuk berpendapat, anak diberi hadiah atau pujian apabila telah berbuat sesuatu sesuai dengan harapan orangtua, sehinnga anak memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, memiliki rasa percaya diri dan bertanggung jawab. Dengan teori yang di kemukakan oleh Hurlock di atas peneliti memadukan dengan penelitian yang di lakukan selama ini bahwa pola asuh keluarga sikep itu cenderung kearah pola asuh yang demokratis. Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh keluarga sikep itu pola asuh demokratis.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pola Asuh Orang Tua

Setiap orang tua memiliki metode pengasuhan yang berbeda bagi anak-anaknya. Ada yang mendidik dengan disiplin keras, ada juga yang sangat memanjakan. Penelitian yang menunjukkan bahwa kasih sayang yang di berikan sejak dini kepada bayi penting dalam perkembangan kepribadiandan kecerdasan anak. Begitu pula dengan pola asuh yang di terapkan orang tua keluarga samin kepada anaknya karena meskipun keterbatasan ekonomi dalam keluarga tetapi mereka tetap mengusahakan yang terbaik untuk anaknya semampu mereka. Pola asuh sesungguhnya mengandung arti berupa sosialisai antara orang tua dan anaknya. Dalam bersosialisasi terdapat berbagai komponen yang di sering di lakukan untuk menunjang kelancaran dalam bersosialisasi, diantaranya yaitu saling menghormati atau menghormati apa pun yang di lakukan orang lain, menhargai dalam segala hal misalnya menghargai kepemilikan orang lain, dan semuanya itu jika terlaksana dengan baik maka akan mempermudah kita untuk beradaptasi dan dengan mudah bersosialisasi dengan orang lain. Menurut Hurlock 1990: 204 Pola Asuh Demokratis yaitu Orang tua memberikan aturan-aturan yang jelas, serta menjelaskan akibat yang terjadi apabila peraturan dilanggar dengan aturan yang selalu diulang agar anak dapat memahaminya, memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, anak diberi hadiah atau pujian apabila telah berbuat sesuatu sesuai dengan harapan orangtua, sehinnga anak memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, memiliki rasa percaya diri dan bertanggung jawab . Dari penjelasan beberapa orang tua di keluarga samin ini pola asuh yang mereka terapkan keanak-anaknya sudah umum seperti keluarga biasa. Mereka juga menaruh harapan kepada anak-anknya agar menjadi anak yang pandai, menjadi anak yang membanggakan, tidak lupa pula orang tua mengingatkan anaknya sekolah yang rajin agar dapat mengejar cita-citanya. Tidak ada pemaksaan atau menekan apapun kepada anak. Pola asuh yang di terapkan jauh dari kekerasan yang berlebihan, jika misalnya sang anak nakal hanya menyubit untuk membuat jera agar tidak mengulangi kesalahan lagi. Dan ini mereka rasa tidak akan membuat traumatik sang anak. Cara mendidik yang seperti itu mereka berharap agar dewasa nanti sang anak akan tumbuh menjadi orang yang mandiri dan bisa bersosiali sasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam pola berikut. POLA ASUH SOSIALISASI MENGHORMATI ORANG LAIN MENGHARGAI ORANG LAIN ADAPTASI Gambar 4.1 Tentang Pola Asuh Keluarga Sikep Pada keluarga samin ini dalam usia balita sampai berumur 12 tahun sekitar si anak duduk di bangku sekolah dasar maka pola asuh yang di terapkan cenderung otoriter karena orang tua merasa anaknya belum mampu mandiri untuk melakukan berbagai kegiatan, misalnya untuk blajar saja masih ada peringatan orang tua, intinya si anak belum mandiri. Mereka masih dalam pengasuhan yang otoriter sekitar umur 0 –12 tahun. Dalam pola asuh yang seperti ini biasanya orang tua masih selalu memberikan perintah-perintah kepada anaknya. Menurut data lapangan setelah saya melakukan penelitian di dusun karangpace ini orang tua mulai menerapkan pola asuh yang demolratis saat anaknya berusia 13 tahun samapi 16 tahun karena para orang tua merasa pada usia 13 tahun anak mulai bisa mandiri dan mengetahui mana yang harus mereka kerjakan, mana yang baik dan buruk meskipun tidak lagi harus di ingatkan orang tuanya. Orang tua merasa pada usia ini KEPEMILIKAN ORANG LAIN anak mulai berfikir lebih dewasadan lebih luas serta sudah mulai paham dan peka dengan masalah-masalah yang ada di keadaan sekitar. Dan masa ini lah yang membuat orang tua akan merubah pola asuh yang tadinya bersikap otoriter dan akhirnya pada usia in lebih mengurang otoriter tetapi mengasuh dengan cara lain misalnya anak sudah mulai di ajak berbicara atau dialog. Disini orang tua lebih membebaskan sang anak dan mulai memberikan kepercayaan kepada anaknya. Namum orang tua tetap memberikan batas-batas yang harus di tepati sang anak. Tidak lupa orang tua juga mengingatkan konsekuensi yang akan di terima jika sang anak melakukan kesalahan atau melanggar. Sebelum bertindak apa pun, orang tua akan terlebih dahulu untuk membicarakan kepada anak. Misalnya dalam keluarga terdapat suatu masalah dan disini anak sudah mulai di ajak berperan dan mulai di beri kesempatan untuk berpendapat dalam masalah yang di hadapi oleh keluarganya, karena orang tua menganggap anak sudah dewasa untuk tahu dan punya hak untuk ber suara dalam keluarga. Dan pada usia 17 tahun keatas ini anak mulai sudah di biarkan utuk melakukan apa pun tanpa pengawasan orang tua karena dirasa sang anak sudah dewasa.

4.4.2 Tanggapan Anak