Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara
DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Oleh:
AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 19600214198703002
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 195204111980031002 NIP. 19600214198703002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Dengan Judul Skripsi : Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan
Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70
Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara.
Dengan ini menyatakan :
1.
Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2.
Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Medan, 20 Juni 2015
Yang membuat pernyataan
AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
(4)
i
*) Afnita Sulvia Lubis.
**) Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS.
***) Suria Ningsih, SH., M.Hum.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian, Lembaga, Daerah atau Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau pelitian hukum pustaka.
Prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang ternyata dari awal sampai akhir merupakan proses administrasi dimulai dari perencanaan pengadaan, pembentukan panitia, penetapan metode atau sistem pengadaan, penyusunan dokumen pengadaan, pengumuman, pendaftaran dan pengambilan hukuman penawaran, rapat penjelasan (aanwijzing), pemasukan penawaran, pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi, usulan/penetapan dan penetapan calon pemenang, sanggahan, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak, penyerahan barang dan jasa.
(5)
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul
“Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH., MH., DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Sahidin, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS selaku Ddosen Pembimbing I
(6)
iii
7. Bapak Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada Abangda Basopi Akbar Lubis yang telah memberikan saran dan
motivasi bagi penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan Departemnen Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Sumatera Utara.
10. Rekan-rekan satu stambuk 2012 Fakultas Hukum Sumatera Utara.
11. Rekan-rekan se-almamater 2012 Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda Syafrizal Lubis dan Ibunda Kamsidar beserta adik tersayang Rizal Akbar Lubis dan Aisyah Ramadhani dan juga yang tercinta Ridho Azhari Siregar atas segala dukungan yang telah diberikan yang begitu maksimal, semoga kebersamaan yang kita jalani ini tetap menyertai kita semua.
Demikian penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 20 Juni 2015 Penulis
AFNITA SULVIA LUBIS
(7)
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Metode Penelitian ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II. PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENURUT PERPRES NO. 70 TAHUN 2012 ... 16
A. Perubahan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah ... 16
B. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Dan Hal Yang Terkait Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Perpres Nomor 70 Tahun 2012 ... 20
C. Pelaksanakan Pengadaan Barang Dan Jasa Dengan Cara Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, Dan Swakelola ... 27
1. Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui Penunjukan Langsung ... 27
(8)
v
3. . Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui Swakelola ... 38
D. Pengertian Pengadaan langsung ... 43 1. Tahapan Pengadaan Langsung ... 46
2. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 10.000.000,00 ... 47
3. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 50.000.000,00 ... 48
4. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 200.000.000,00 ... 50 BAB III. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
PEMERINTAH MENURUT PERPRES NO.70 TAHUN 2012 .. 52
A. Pengertian Barang, Jasa, Dan Pelaksanaan Pengadaan Barang
Dan Jasa Pemerintah ... 52
B. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang
Dan Jasa Pemerintah ... 54
C. Aspek Wilayah Hukum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan
Jasa Pemerintah ... 57
D. Kontrak Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
(9)
vi
3. Tahap Pasca Kontrak ... 73
BAB IV. PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 84
A. Latar Belakang Pengadan Barang Dan Jasa Pemeritah Dalam Hukum Administari Negara ... 84
B. Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara ... 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN
(10)
i
*) Afnita Sulvia Lubis.
**) Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS.
***) Suria Ningsih, SH., M.Hum.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian, Lembaga, Daerah atau Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau pelitian hukum pustaka.
Prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang ternyata dari awal sampai akhir merupakan proses administrasi dimulai dari perencanaan pengadaan, pembentukan panitia, penetapan metode atau sistem pengadaan, penyusunan dokumen pengadaan, pengumuman, pendaftaran dan pengambilan hukuman penawaran, rapat penjelasan (aanwijzing), pemasukan penawaran, pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi, usulan/penetapan dan penetapan calon pemenang, sanggahan, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak, penyerahan barang dan jasa.
(11)
1
A. Latar Belakang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk
memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Pengadaan Barang dan Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman prosedur mengenai tata cara Pengadaan Barang dan Jasa yang sederhana, jelas dan konprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik. Prosedur mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD. Selain itu Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang berpedoman pada Peraturan Presiden ini ditujukan untuk meningkatkan keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha. Mengenai pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan pemerintah ternyata sering dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku karena tidak adanya undang-undang yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur negara.
Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika
(12)
hukum administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang mengatur dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur
mengenai penggunaan wewenang pejabat administrasi negara.1
Permasalahan dalam pengadaan Barang dan Jasa pemerintah tidak
akan terjadi apabila para pelaksana memahami dan melaksanakan sepenuhnya prinsip dasar pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan dalam perpres. Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas berbantuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah yang berlaku.
Pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya adalah pemerintah daerah
berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk berupa
barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur.2
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah yang telah diubah Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menjadi dasar pelaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah Di samping itu, pemerintah, dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan juga barang dan jasa, untuk itu perlunya diadakan pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa di pemerintah daerah meliputi seluruh kontrak pengadaan antara pemerintah daerah (instansi daerah, badan usaha milik daerah) dan perusahaan bahkan perorangan.
1
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
2
Amiruddin. (2010). Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa.Yogyakarta: Genta Publishing, hal 1.
(13)
daerah dapat dilakukan dengan efektif dan efesien dengan prinsip persaingan sehat, transparansi, keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertangugungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan
masyarakat.3
Pada pengadaan barang dan jasa di pemerintahan daerah, kepala
daerah berperan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan atau anggaran di daerah. Kewanangan kepala daerah sebagai Pengguna Anggaran (PA) telah dilegasikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Namun, pada prakteknya kepala daerah selaku pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah melakukan tindakan yang melebihi wewenangnya bahkan melakukan penyalahgunaan wewenang. Kepala daerah ikut campur langsung dalam proses pengadaan barang dan jasa yang seharusnya merupakan kewenangan pejabat lain dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa. Hal mempengaruhi proses dan hasil pengadaan barang dan jasa sehingga tak sesuai dan melanggar dengan peraturan perundang-undangan.
Kerugian keuangan negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana
korupsi di bidang pengadaan barang dan jasa sangat besar. Berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) bahwa setiap tahunnya lebih dari 10 miliar Dollar Amerika atau sekitar 85 Triliun Rupiah anggaran Pemerintah Pusat. Baik untuk belanja rutin maupun proyek-proyek pembangunan, dibelanjakan melalui proses pengadaan barang dan jasa pemeritah. Berkenaan dengan hal ini, BPKP
3
(14)
menyatakan bahwa4 dari belanja barang/jasa terjadi kebocoran rata-rata 30%, maka dari keuangan pemerintah pusat saja potensi kebocoran bisa mencapai
minimal 25 triliun rupiah.5
Mencermati berbagai pengkajian dan fakta diatas, masalah
penyimpangan dalam pengadaan baranng dan jasa memiliki hubungan yang erat dengan penyalahgunaan kewenangan pejabat terutama kepala daerah. Kepala daerah melakukan suatu wewenang yang melebihi wewenangnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu para pejabat yang didelegasi atau diberi mandat oleh kepala daerah melakukan kesalahan dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa apakah menjadi tanggung jawab kepala daerah atau ditanggung sendiri oleh pejabat itu sendiri.
Oleh karena itu perlu dikaji bentuk pertanggungjawaban kepala daerah
sebagai pemegang kekuasaan pengelola keuangan daerah terhadap tindakan hukum yang dilakukan kepala daerah dengan menyalahgunakan wewenang maupun pejabat yang dilegasikan atau diberi mandat melaksanakan barang dan jasa tersebut jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Selain itu, perlu adanya upaya atau solusi untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyalahgunaan wewnang dalam pengadaan dan jasa dalam ranah hukum administrasi.
Belum cukup 1 (satu) tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
4
Kebocoran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam http://iprocwatch.org /diakses tanggal 20 Agustus 2015.
5
(15)
pada tanggal 30 Juni 2011 Pemerintah telah mengeluarkan Perubahan Perpres 54 Tahun 2010 dalam bentuk Perpres 35 Tahun 2011 dan kini telah dikeluarkan perpres 70 Tahun 2012. Dalam perubahan Perpres ini ada salah satu alasan yang
mendasari perubahan perpres tersebut.6
Menurut Iman Suharto, dilaksanakannya pengadaan barang dan jasa di lingkungan Departemen/Lembaga merupakan kebutuhan yang sangat penting sebagai sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat secara umum.7
Dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah, pelaksanaan perjanjian antara para pihak disamping berpedoman pada kontrak yang ada, juga berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, yang telah disempurnakan dengan keluarnya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012. Dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa tersebut, ditentukan bahwa salah satu pihak berhak atas prestasi dari pihak lainnya, selanjutnya pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat
6
Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
7
Suharto, Iman. (1995). Manajemen Proyek, dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi Pertama Jilid I. Jakarta: Eralangga, hal. 17.
(16)
Pengadaan yang membutuhkan barang dan jasa terdapat kesepakatan untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa dengan harga yang tertentu.
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 telah menetapkan beberapa persyaratan penyedia barang/jasa pemerintah. Namun dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah lainnya dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung Pejabat Pengadaan diperkenankan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang tidak memenuhi
syarat sebagai penyedia barang dan jasa.8
Tanggal 31 Juli 2012 Pemerintah menerbitkan Praturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 20102 tersebut ditujukan sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat jalannya pelaksanaan pembangunan melalui percepatan pencairan anggaran belanja negara. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010, perubahan kesatu telah dilakukan dengan Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2011.
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 bukan merupakan pengganti Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 melainkan hanya merubah bagian-bagian tertentu dari Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010. Dengan demikian seluruh ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010
8
Bagian Pembuka Penjelasan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
(17)
yang tidak termasuk dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 masih tetap berlaku.
Dilihat dari sistematika peraturan, perubahan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 meliputi tiga hal yaitu:
1. Perubahan rumusan pasal, sebanyak 67 pasal.
2. Perubahan penjelasan pasal, sebanyak 3 pasal (pasal 4, pasal 6, pasal 31).
Dilihat dari materi yang diatur, perubahan Perpres tersebut seluruhnya mengandung kemudahan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan belanja negara
dengan cara memperlancar pencairan anggaran belanja negara.9
a. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan
pelaksanaan belanja negara.
Dalam konsideran Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tersebut, pada bagian menimbang disebutkan bahwa:
b. Dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
c. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
perlu penyempurnaan pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Pertimbangan tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan pemerintah agar pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah berjalan dengan lancar sehingga tidak menghambat pencairan anggaran belanja negara dengan tetap mengedepankan prinsip pengadaan
9
(18)
barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka skripsi yang berjudul “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara” akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengadaan barang dan jasa pemerintah menurut Perpres No. 70
tahun 2012?
2. Bagaimana pelaksanaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan Perpres No.
70 Tahun 2012?
3. Bagaimana prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah di tinjau dari
perspektif Hukum Administrasi Negara?
C.Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
(19)
berdasarkan Perpres NO. 70 Tahun 2012.
3. Untuk mengetahui prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
di tinjau dari perspektif hukum Administrasi Negara.
Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan dalam hal ini adalah:
a. Secara teoritis kajian ini diharapkan memberikan kontribusi perihal prosedur
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak terkait baik itu
pihak yang terkait langsung khususnya masyarakat dalam memandang prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
D.Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan ide atau gagasan penulis dan telah dilakukan penelurusan di Perpustakaan Fakultas Hukum USU oleh Petugas Pustaka bahwa judul skripsi “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara” ini tidak ditemukan dan tidak ada yang mirip. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli.
Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
(20)
E.Tinjauan Kepustakaan
1. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Pengadaan barang dan jasa memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian negara. Dalam rangka kebijakan fiskal, pengadaan barang dan jasa bertujuan untuk menggerakkan perekonomian dengan menumbuhkan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) merupakan pengadaan barang jasa di lingkungan pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang jasa publik. Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang tidak sehat berdampak pada kerugian yang akan ditanggung masyarakat, termasuk rendahnya kualitas pelayanan yang diterima dari pemerintah.
Pengertian barang dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang. Sedangkan jasa adalah layanan pekerjaan pelaksanaan kegiatan sesuai keahlian profesional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang keluarannya telah disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan, misalnya konstruksi, konsultasi, pengawasan dan lain-lain.
Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai pengadaan barang dan
jasa ini penulis penulis akan mengemukakan pendapat para sarjana. Menrut Prajudi
Atmosudirjo: “Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk
(21)
Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa”.10
Menurut Denny Sanjaya: “Pengadaan barang/jasa atau procurement dapat diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau
administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya”.11
Menurut Muji Santoso: “Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilaksanakan
secara swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa”.12
Dari defenisi tersebut diatas penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengadaan barang dan jasa merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa.
Menurut pengertian tersebut ada 2 (dua) unsur penting yang terlibat dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah, baik perorangan maupun lembaga, yaitu: pengguna anggaran dan penyedia barang/jasa.
10
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
11
Sanjaya, Denny. (2013). Analisis Yuridis Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jurnal Hukum Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2, hal.6.
12
Santoso, Muji. (2012). Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa. Ujiosa Bloksport.com.
(22)
2. Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara maka dapat diartikan bahwa hukum administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang mengatur dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur mengenai
penggunaan wewenang pejabat administrasi negara.13
Prosedur dalam pengadaan barang dan jasa merupakan tahapan-tahapan atau disebut juga sebagai tata cara dalam pengadaan barang dan jasa yaitu mulai dari “Perencanaan Pengadaan, Pembentukan Panitia, Prakualifikasi Perusahaan, Penyusunan Dokumen Pemilihan, Pengumuman Lelang, Pengambilan Dokumen Pemilihan, Penyusunan HPS, Rapat Penjelasan, Penyerahan dan Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran, Pengumuman Calon Pemenang, Sanggahan Peserta Lelang, Penunjukan Pemenang Lelang, Penandatangan Kontrak ,Penyerahan Barang.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau
pelitian hukum pustaka.14
13
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
14
Ediwarman. (2010). Monograf, Metodologi Penelitian Hukum. Medan: Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Sumatera Utara, hal. 24.
(23)
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Data sekunder terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah PP NO. 70 Tahun
2012 tentang prosedur pengadaan pelaksaan barang dan jasa.
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang
diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun
kamus umum dan Wibsite internet baik itu melalui Goole maupun Yahoo.
3. Alat pengumpulan data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studio dokumen dengan yuridis normatif.
4. Analisis data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, maka hasil penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menarik kesimpulan.
G.Sistematika Penulisan
Penilisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana bab-bab tersebut disesuaikan dengan isi dan maksud dari tulisan skripsi ini, secara garis besar pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub sesuai dengan penulisan skripsi.
Adapun kelima bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai berikut:
(24)
Bab I : Pendahuluan.
Pada bab ini penilis mengemukakan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012.
Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang perubahan peraturan Presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, pengertian pengadaan barang/jasa dan hal yang terkait dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah Perpres No.70 tahun 2012, dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan cara penunjukan langsung, pemilihan langsung, dan swakelola.
Bab III : Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut Perpres No. 70 Tahun.
Disini penulis menjelaskan tentang pengertian barang, jasa, dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, aspek wilayah hukum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah.
(25)
Bab IV : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang pengadadaan barang dan jasa pemerintah dalam hukum administrasi negara, dan prosedur pelaksanaan barang dan jasa di tinjau dari hukum administrasi negara.
Bab V : Kesimpulan Dan Saran.
Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan atas pembahasan tulisan ini, yang merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada, selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran sebagai sumbangan penulisan atau pendapat yang mungkin bermanfaat.
(26)
16
MENURUT PERPRES NO. 70 TAHUN 2012
A. Perubahan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa
Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat Pengadaan yang membutuhkan barang/jasa terdapat kesepakatan untuk melakukan transaksi jual-beli barang/jasa dengan harga yang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut ada tiga macam bukti transaksi dalam pengadaan langsung yakni bukti/nota pembelian, kwitansi pembelian dan SPK. Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung Jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional atas
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.15
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 telah menetapkan beberapa
persyaratan penyedia barang/jasa pemerintah. Namun dalam hal pengadaan barang dan jasa lainnya dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung Pejabat Pengadaan diperkenankan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang tidak memenuhi syarat sebagai penyedia barang/jasa.
15
---, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (Jakarta: CV Eko Jaya , 2006) hal. 28-35.
(27)
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010, perubahan kesatu telah dilakukan dengan Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2011. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 bukan merupakan pengganti Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 melainkan hanya merubah bagian–bagian tertentu dari Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010. Dengan demikian seluruh ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 yang tidak termasuk dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 masih tetap berlaku. Dilihat dari sistematika peraturan, perubahan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 meliputi tiga hal yaitu :
1. Perubahan rumusan pasal, sebanyak 67 pasal.
2. Perubahan penjelasan pasal, sebanyak 3 pasal (pasal 4, pasal 6, pasal 31).
3. Pernyataan bahwa Lampiran Peraturan Presiden nomor 54/2010 tidak berlaku.
Dilihat dari materi yang diatur, perubahan Perpres tersebut seluruhnya mengandung kemudahan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan belanja negara dengan cara memperlancar pencairan anggaran belanja Negara.
Dalam konsideran Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tersebut, pada bagian menimbang disebutkan bahwa:
a) Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan pelaksanaan belanja Negara.
b) Dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
(28)
penyempurnaan pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah. Pertimbangan tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan pemerintah agar pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah berjalan dengan lancar sehingga tidak menghambat pencairan anggaran belanja negara dengan tetap mengedepankan prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Salah satu percepatan penyerapan anggaran dalam pengadaan barang
dan jasa ini dengan terbitnya Perpres 70 tahun 2012 yang antara lain point pentingnya adalah peningkatan batas nilai pengadaan langsung non konsultansi dari sampai dengan Rp. 100 juta menjadi Rp. 200 juta.
Peranan Pengadaan barang dan jasa pemerintah sangat strategis. Namun dalam kenyataannya, kerap didekati hanya dengan pendekatan taktis situasional. Pengadaan barang/jasa cenderung terjebak dalam penjara “harga” bahkan mungkin pembangunan kitapun begitu.
Harga cenderung materialistis penghamba keinginan, bukan
kebutuhan, menghabiskan sebanyak-banyaknya sumber daya yang ada untuk kepentingan sesaat dan menjadi lambing nafsu yang tak terkendali. Pengadaan barang dan jasa mestinya berorientasi pada biaya, sementara itu, biaya berotientasi pada kinerja dengan mengelola sumber daya yang ada dan dana untuk kepentingan yang lebih luas sebagai lambing upaya pengendalian dalam memenuhi kebutuhan.
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab
(29)
dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun, evaluasi yang dilaksanakan terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 menunjukkan bahwa implementasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah masih menemui kendala yang disebabkan oleh keterlambatan dan rendahnya penyerapan belanja modal.
Pasal 1 ayat (1) Perpres 54 Tahun 2010 sebagaimana diubah terakhir
dengan Perpres 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Dari definisinya, jelas bahwa yang disebut dengan pengadaan barang
dan jasa bukan hanya soal bagaimana memilih penyedia saja. Namun lebih luas dari itu, pengadaan barang/jasa dimulai sejak perencanaan kebutuhan penyusunan rencana pelaksanaan pengadaan, pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak, pelaksanaan dan pengendalian kontrak, sehingga diterimanya barang/jasa.
Namun seringkali, kebutuhan berbeda dengan keinginan. Keinginan
sangat luas dan tidak mempunyai batas. Sementara itu, kebutuhan adalah pilihan yang diukur berdasarkan ketersediaan sumber daya dan dana yang dimiliki untuk mencapai nilai manfaat sesuai yang direncanakan secara efisien dan efektif. Pengadaan barang dan jasa tidak boleh dilandasi oleh keinginan, tetapi wajib dilandasi oleh kebutuhan.
(30)
B.Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dan Hal Yang Terkait
Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah PP Nomor 70 Tahun
2012
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa.
1. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang
selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.
3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut LKPP madalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Di bawah ini beberapa hal yang terkait dalam prosedur pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
(31)
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD.
6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.
7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
8. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
9. Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi
melaksanakan PengadaanBarang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
10. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan
Pengadaan Langsung.
11. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
12. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain
yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
13. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
(32)
tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa.
15. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
16. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
17. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
18. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
19. Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas,
gagasan orisinal, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta.
20. Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan dari
pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa.
21. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan,
(33)
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
22. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
23. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
24. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya myang memenuhi syarat.
25. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
26. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
27. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
28. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat.
(34)
Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
30. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
31. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
32. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
33. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang dan Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung.
34. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau
badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
35. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dadilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
(35)
36. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
37. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi,
mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
38. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
39. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah
unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
40. E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
41. Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi melektronik
yang memuat mdaftar, mjenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
42. E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.
(36)
43. Portal Pengadaan Nasional adalah pintu gerbang sistem informasi elektronik yang terkait dengan informasi Pengadaan Barang/Jasa secara nasional yang dikelola oleh LKPP.
Pengadaan barang dan jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas baru, berbagai bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, alat tulis, sampai dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi
pemerintah.16
Pengadaan barang dan jasa yang biasa disebut tender ini sebenarnya bukan hanya terjadi di instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa bisa terjadi di BUMN dan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Intinya, pengadaan barang dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau instansi pemerintah akan barang dan/atau jasa yang dapat menunjang kinerja dan performance mereka.17
Pengadaan barang dan jasa pada hakekatnya adalah upaya pihak pengguna untuk mendapat atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkan dengan menggunakan metoda dan proses tertentu untuk dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakekat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan kepada filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metoda dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku.
16
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah, http://www.mudjisantosa.net/. Diunduh tanggal 20 Agustus 2015.
17
(37)
C.Pelaksanakan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Dengan Cara
Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, Dan Swakelola
1. Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui Penunjukan Langsung
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa melalui penunjukan langsung adalah:
1. Ketentuan Umum:
a. Penunjukan langsung dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai
dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menunjuk 1 orang Pejabat pengadaan.
b. Kriteria pejabat pengadaan.
c. Menguasai tata cara pengadaan barang/jasa (sertifikat keahlian).
d. Menguasai substansi pekerjaan/kegiatan.
e. Menguasai aspek teknis yang diperlukan.
f. Diikuti oleh 1 (satu) penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi.
g. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria
sebagai berikut: 1) Keadaan tertentu, yaitu:
a) penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan
masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam, dan/atau
b) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan
(38)
c) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan:
(1) untuk keperluan sendiri, dan/atau
(2) teknologi sederhana, dan/atau
(3) kecil, dan/atau
(4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan
dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil. 2) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu:
a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah, atau
b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu penyedia
barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten, atau
c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin
industry kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil, atau
d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.
2. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Pejabat Pengadaan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan.
b. Menyusun harga perkiraan sendiri (HPS).
c. Menyiapkan dokumen penunjukan langsung.
d. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
(39)
e. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja dan bila memungkinkan melalui internet (www.dkp.go.id);
f. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi.
g. Membuat berita acara prakualifikasi.
h. Mengusulkan 1 (satu) peserta yang lulus prakualifikasi.
i. Mengumumkan peserta lulus prakualifikasi.
j. Masa sanggah.
k. Jawaban sanggahan.
l. Mengundang peserta penujukan langsung untuk mengambil dokumen
penunjukan langsung.
m.Memberikan penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
n. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.
o. Melakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan negosiasi.
p. Mengusulkan calon pemenang.
q. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat
pembuat komitmen.
3. Metode Evaluasi Penunjukan Langsung
a. Metode evaluasi penunjukan langsung digunakan untuk evaluasi yang hanya
terdiri dari satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar. Evaluasi dilakukan terhadap 1 (satu) penawaran penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan dilakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan negosiasi baik teknis maupun biaya.
(40)
b. Urutan proses adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan penawaran teknis dan penawaran harga dibuka sekaligus.
2) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis.
3) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis.
4) Dilakukan kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga.
5) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran harga meliputi biaya
langsung personil, biaya langsung non-personil dan komposisi biaya langsung personil dan/atau biaya langsung non-personil.
4. Prosedur Penunjukan langsung meliputi:
a. Penilaian kualifikasi:
Panitia/pejabat pengadaan melakukan prakualifikasi terhadap penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.
b. Permintaan penawaran dan negosiasi harga dilakukan sebagai berikut:
1) Panitia/pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa untuk
mengajukan penawaran secara tertulis.
2) Panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi
teknis dan harga terhadap penawaran yang diajukan penyedia barang/jasa berdasarkan dokumen pengadaan.
3) Panitia/pejabat pengadaan membuat berita acara hasil evaluasi,
klarifikasi, dan negosiasi.
c. Penetapan penunjukan langsung.
Panitia/pejabat pengadaan mengusulkan hasil evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi kepada pejabat yang berwenang untuk ditetapkan.
(41)
d. Penunjukan penyedia barang/jasa.
Berdasarkan surat penetapan dari pejabat yang berwenang, panitia/pejabat pengadaan mengumumkan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum atas penetapan penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk pekerjaan dimaksud dan kemudian pejabat pembuat komitmen menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) kepada penyedia barang/jasa yang ditunjuk.
e. Pengaduan.
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses penunjukan langsung dipandang tidak transparan, tidak adil, dan terdapat indikasi KKN.
f. Penandatanganan kontrak.
Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam proses pelelangan.
5. Jadual Pelaksanaan.
a. Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan, harus mengalokasikan
waktu untuk proses pengumuman penunjukan langsung di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet kerja, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi dan pengambilan dokumen pengadaan, penetapan hasil prakualifikasi, pemberitahuan hasil prakualifikasi dan penjelasan pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi, penetapan pemenang, pemberitahuan penetapan
(42)
pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak.
b. Pengalokasian waktu dalam proses penunjukan langsung diserahkan
sepenuhnya kepada pejabat pembuat komitmen.
2. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melaui Pemilihan Langsung
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui pemilihan langsung adalah:
1. Ketentuan Umum:
a. Pemilihan langsung dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai lebih dari
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) membentuk panitia pengadaan berjumlah
gasal sekurang kurangnya 3 (tiga ) orang.
c. Kriteria panitia pemilihan langsung:
i. Menguasai tata cara pengadaan barang/jasa (sertifikat keahlian).
ii. Menguasai substansi pekerjaan/kegiatan.
iii. Menguasai aspek teknis yang diperlukan baik dari unsur-unsur di dalam
maupun di luar DKP.
d. Diikuti oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) penyedia barang/jasa.
e. Penetapan Calon Peserta:
1) Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan prakualifikasi.
2) Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet (www.dkp.go.id). Isi pengumuman memuat sekurang-kurangnya:
(43)
a) Nama dan alamat pejabat pembuat komitmen yang akan mengadakan pemilihan langsung.
b) Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau
barang yang akan dibeli.
c) Perkiraan nilai pekerjaan.
d) Syarat-syarat peserta pemilihan langsung.
e) Tempat, tanggal, hari dan waktu pengambilan dokumen pengadaan.18
2. Tugas, Wewenang, Dan Tanggung Jawab Panitia Pemilihan Langsung adalah sebagai berikut:
a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi
pengadaan.
b. Menyusun harga perkiraan sendiri (HPS).
c. Menyiapkan dokumen pemilihan langsung.
d. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dimulai. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja dan bila memunginkan melalui internet.
e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi.
f. Membuat berita acara prakualifikasi.
g. Mengusulkan daftar peserta pemilihan langsung yang lulus prakualifikasi.
h. Mengumumkan peserta lulus prakualifikasi.
i. Masa sanggah.
18
http://www.pengadaan.web.id/index.php/12-ahli-pengadaan/samsul/13-pengadaan-langsung-dan-bukti-perjanjian Pengadaan Langsung. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2015.
(44)
j. Jawaban sanggahan.
k. Mengundang peserta pemilihan langsung untuk mengambil dokumen
pemilihan langsung.
l. Memberikan penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
m.Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.
n. Melakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan negosiasi.
o. Mengusulkan calon pemenang.
p. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat
pembuat komitmen.
3.Metode Evaluasi Pemilihan Langsung Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan sekurang kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya.
4. Prosedur pemilihan penyedia barang/ jasa dengan metoda pemilihan langsung
meliputi:
a. Pengumuman pemilihan langsung:
i. Panitia/pejabat pengadaan mengundang sebanyak-banyaknya calon
peserta yang lulus prakualifikasi.
ii. Apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi kurang dari 3
(tiga), maka dilakukan pengumuman ulang.
iii. Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 2
(dua), maka proses pemilihan langsung dilanjutkan.
iv. Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 1
(45)
b. Pengambilan dokumen prakualifikasi.
c. Pemasukan dokumen prakualifikasi.
d. Evaluasi dokumen prakualifikasi.
Atas dasar pengajuan penawaran yang dilakukan secara terpisah dari masing-masing peserta pemilihan langsung, panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap semua penawaran yang masuk serta menyusun urutan penawaran sebagai dasar untuk melakukan klarifikasi dan negosiasi selanjutnya.
e. Penetapan hasil prakualifikasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Klarifikasi
dan negosiasi dilaksanakan sebagai berikut:
1) Sebelum klarifikasi dan negosiasi dilakukan, panitia/pejabat pengadaan
membuat pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga. Dalam pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga dicantumkan hal-hal teknis dan item pekerjaan yang akan diklarifikasi dan dinegosiasi, tetapi tidak boleh mencantumkan rincian HPS.
2) Klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada peserta pemilihan langsung
yang menawarkan harga terendah sampai terjadi kesepakatan. Klarifikasi dan negosiasi tidak boleh dihadiri oleh peserta pemilihan langsung lainnya.
3) Klarifikasi dan negosiasi teknis dilakukan untuk mendapatkan
barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa atau spesifikasi yang lebih tinggi.
(46)
satuan, panitia/pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi terutama terhadap harga satuan item-item pekerjaan yang harga satuan penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS.
5) Bagi pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan kontrak
lumpsum, panitia/pejabat pengadaan melakukan negosiasi hanya pada harga total saja.
6) Setelah klarifikasi dan negosiasi, panitia/pejabat pengadaan meminta
kepada peserta pemilihan langsung yang akan diusulkan untuk menandatangani berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi. Apabila tidak terjadi kesepakatan dengan urutan pertama, maka klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada urutan penawar terendah berikutnya.
7) Berdasarkan berita acara tersebut, panitia/pejabat pengadaan membuat
surat usulan penetapan penyedia barang/jasa kepada pejabat yang berwenang menetapkan.
f. Pemberitahuan hasil prakualifikas.
g. Masa sanggah prakualifikasi.
Mekanisme dan prosedur sanggahan dan pengaduan mengikuti ketentuan seperti yang ditetapkan pada proses pelelangan. Jawaban masa sanggah selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya sanggahan.
h. Undangan pengambilan dokumen pemilihan langsung.
i. Penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
j. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan perubahannya.
k. Pemasukan penawaran.
(47)
m.Evaluasi penawaran
n. Klarifikasi dan negosiasi.
o. Usulan Penetapan pemenang.
p. Penetapan pemenang:
1) Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang
berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung.
2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara panitia/pejabat pengadaan
dengan pejabat pembuat komitmen maka pejabat pembuat komitmen membahas hal tersebut dengan panitia/pejabat pengadaan untuk mengambil keputusan sebagai berikut:
i. menyetujui usulan panitia/pejabat pengadaan, atau
ii. menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan
evaluasi ulang atau lelang ulang atau menetapkan pemenang lelang, dan dituangkan dalam berita acara yang memuat keberatan dan kesepakatan masing-masing pihak, atau
iii. bila akhirnya tidak tercapai kesepakatan, maka akan diputuskan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan dan bersifat final.
3) Hasil penetapan pemenang pemilihan langsung diumumkan/disampaikan
kepada seluruh peserta pemilihan langsung.
q. Penunjukan pemenang.
Pejabat pembuat komitmen menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan.
r. Masa sanggah.
(48)
diterimanya sanggahan.
s. Penunjukan pemenang (SPPBJ).
t. Penandatanganan kontrak.
Pejabat pembuat komitmen menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan seperti yang ditentukan dalam proses
pelelangan.Jadual Pelaksanaan Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan,
harus mengalokasikan waktu untuk proses: pengumuman pemilihan langsung di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) hari kerja; pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi dan pengambilan dokumen pengadaan, penetapan hasil prakualifikasi, pemberitahuan hasil prakualifikasi dan penjelasan, pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi, penetapan pemenang, pemberitahuan penetapan pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang,
penandatanganan kontrak.Pengalokasian waktu dalam proses pemilihan langsung
diserahkan sepenuhnya kepada pejabat pembuat komitmen.19
3. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melalui Swakelola
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui swkelola adalah:
1. Ketentuan Umum
a. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi
sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri
19
http://samsulramli.com/?s=Pejabat+Pengadaan+dan+Pengadaan+Langsung#038, paged=2, Pejabat Pengadaan dan Pengadaan Langsung, diunduh 20 Agustus 2015.
(49)
dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. Tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari tenaga sendiri.
b. Swakelola dapat dilaksanakan oleh:
1) Pejabat pembuat komitmen.
2) Instansi pemerintah lain.
3) Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.
c. Swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan dibedakan menjadi:
1) Swakelola oleh pejabat pembuat komitmen adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pejabat pembuat komitmen dengan menggunakan tenaga sendiri, dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan.
2) Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana (universitas negeri,
lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan) adalah pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh pejabat pembuat komitmen, sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran.
3) Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah.
(50)
d. Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola:
1) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber
daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok pejabat pembuat komitmen, dan/atau
2) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat, dan/atau
3) pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa, dan/atau
4) pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar, dan/atau
5) penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau
penyuluhan, dan/atau
6) pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus
untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa, dan/atau
7) pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah.
8) pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pejabat pembuat komitmen
yang bersangkutan.
2. Prosedur swakelola meliputi beberapa kegiatan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan terdiri dari:
(51)
2) Melakukan perencanaan teknis dan menyiapkan metode pelaksanaan yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan yang sesuai.
3) Menyusun rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci
serta dijabarkan ke dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan rencana kerja harian.
4) Menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan
dan biaya mingguan.
5) Angka 1) sampai dengan butir 4) dituangkan dalam bentuk kerangka
acuan kerja.
b. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Swakelola yang terdiri dari:
1) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud
dan tujuan, sumber pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan.
2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
3) Produk yang dihasilkan.
4) Besarnya pembiayaan.
c. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan/Kegiatan yang terdiri dari:
1) Pejabat pembuat komitmen untuk membantu pelaksanaan kegiatan
membuat jadual pelaksanaan pekerjaan/kegiatan.
2) Jadual pelaksanaan kegiatan adalah waktu pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan yang meliputi waktu mulai hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan.
3) Pembuatan jadual pelaksanaan pekerjaaan/kegiatan disusun dengan
(52)
kegiatan.
d. Penyusunan Rencana Biaya Pekerjaan/Kegiatan yang terdiri dari:
1) Pejabat pembuat komitmen membuat rincian biaya pekerjaan/kegiatan
dengan tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran.
2) Rincian biaya pekerjaan/kegiatan tersebut mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
3) Dalam hal diperlukan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu maka dapat
dilakukan kontrak/sewa tersendiri.
e. Pelaksanaan Swakelola Oleh Pejabat pembuat komitmen.
Dalam pelaksanaan swakelola perlu mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli
yang diperlukan dilakukan oleh panitia yang ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen dan menggunakan metode pengadaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, yaitu lelang/seleksi umum, lelang atau seleksi terbatas, pemilihan atau seleksi langsung atau penunjukan langsung.
2) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong.
3) Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan
berdasarkan kontrak konsultan perorangan.
4) Penggunaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan dicatat setiap hari dalam
laporan harian.
(53)
dengankebutuhan dan kapasitas penyimpanan.
6) Panjar kerja dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara
bulanan.
7) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu
agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai, sedangkan pencapaian target non fisik/perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan.
8) Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang
ditunjuk oleh pejabat pembuat komitmen, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
f. Pengawasan di lapangan.
g. Pelaporan pelaksanaan Swakelola.
Dalam hal diperlukan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu maka dapat dilakukan kontrak/sewa tersendiri.
1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan
dilaporkan oleh pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada pejabat pembuat komitmen setiap bulan.
2) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan oleh
pejabat pembuat komitmen kepada Menteri Kelautan dan Perikanan.
D. Pengertian Pengadaan langsung
Dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Setidaknya ada 4 pasal terkait pengadaan langsung yang relevan, yakni: Pasal 1 ayat 32 menyebutkan Pengadaan Langsung
(54)
adalah Pengadaan Barang dan Jasa langsung kepada Penyedia Barang dan Jasa,
tanpa melalui Pelelangan, Seleksi atau Penunjukan Langsung.20 Pasal 39 ayat
1 berbunyi Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan:21
1. Kebutuhan operasional K/L/D/I.
2. Teknologi sederhana.
3. Risiko kecil.
4. Dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang-perseorangan dan/atau
badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil.
Menurut Perka LKPP No. 14 tahun 2012 secara umum dibagi kedalam
dua metode yaitu pembelian langsung dan permintaan penawaran. Dari sisi pembelian, pengadaan langsung diatur diantaranya dengan pasal 39 ayat (1) Perpres 54 tahun 2010 sebagaiamana diubah terakhir dengan Perpres nomor 70 tahun 2012 dengan nilai paling tinggi sampai dengan Rp. 200 juta untuk non konsultansi dan pasal 45 Perpres 54 tahun 2010 dengan nilai paling tinggi Rp. 50 juta untuk konsultansi.
Pasal 57 ayat (5) mengurai bahwa Pemilihan Penyedia Barang,
Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya dengan metode Pengadaan Langsung dilakukan sebagai berikut:
20
Muji Santoso, Muji. (2012). Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa, Ujiosa.
21
Muji Santoso, ed, 2012, Pengadaan Langsung dengan berbagai aspeknya, Ujiosa. Bloksport.com.
(55)
Pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang menggunakan bukti pembelian dan kuitansi, serta Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan kuitansi.
1. Permintaan penawaranyang disertai dengan klarifikasi serta negosiasi teknis
dan harga kepada Penyedia untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan SPK.
Perlu juga sebagai bahan pertimbangan kita perhatikan pasal 66 ayat 1 bahwa PPK menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Barang/ Jasa, kecuali untuk Kontes/Sayembara dan Pengadaan Langsung yang menggunakan bukti pembelian.
Kalau dikaitkan dengan Pasal 1 ayat 1 jelas bahwa pengadaan barang/jasa adalah sebuah proses untuk mendapatkan barang/jasa, bukan sebuah proses untuk mendapatkan bukti perjanjian. Tanda bukti perjanjian tertuang dalam pasal 55 ayat 1 terdiri dari bukti pembelian, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), dan surat perjanjian.
Terlebih kalau ditelaah secara seksama bahwa pasal 55 berada dalam hirarki Bagian Ketiga tentang Pemilihan Sistem Pengadaan. Bagian ini terdiri dari 7 paragraf yang masing-masing terdiri dari :
2. Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya.
3. Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi.
4. Penetapan Metode Penyampaian Dokumen.
5. Penetapan Metode Evaluasi Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
(56)
6. Metode Evaluasi Penawaran Jasa Konsultansi.
7. Penetapan Jenis Kontrak.
8. Tanda Bukti Perjanjian.
Dengan struktur seperti ini jelas bahwa tanda bukti perjanjian bukan
merupakan tujuan dari proses pengadaan tapi merupakan bagian dari sistem pengadaan yang dipilih untuk mendapatkan barang/jasa.
1. Tahapan Pengadaan Langsung
Di bawah ini ada beberapa tahapan pengadaan langsung yang perlu untuk diketahui yaitu:
1) RUP (Rencana Umum Pengadaan) yang diumumkan PA/KPA di
website Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah atau Institusi masing-masing, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, dan Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE (RUP diumumkan setelah disetujui oleh DPR atau setelah APBD yang merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, mengumumkan kembali RUP, apabila terdapat perubahan/penambahan DIPA/DPA).
2) PA/KPA menyerahkan RUP dan KAK kepada PPK.
3) PPK menyusun HPS (untuk tanda bukti perjanjian berupa nota
pembelian tidak disusun HPS).
4) Selanjutnya HPS, spesifikasi teknis/barang, gambar dan rancangan
SPK disampaikan ke Pejabat Pengadaan.
5) Pejabat Pengadaan melakukan proses Pengadaan Langsung sesuai
(57)
Untuk Pengadaan Barang, tinggal menambahkan kelengkapannya sesuai contoh proses pekerjaan konstruksi tanpa menambahkan proses prakualifikasi tetapi pascakualifikasi (menurut Perpres No. 70 tahun 2012 pasal 56 ayat 4a : “Prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d, dikecualikan untuk Pengadaan Langsung Barang dan Jasa Lainnya”, tidak dijelaskan bahwa harus pascakualifikasi, tetapi berdasarkan perka LKPP No. 15 tahun 2012 tentang SDP Perpres 70 tahun 2012, dipaparkan bahwa menggunakan pascakualifikasi, maka dibuatkan pascakualifikasinya).
6) Pejabat Pengadaan menyampaikan hasil proses Pengadaan Langsung
dan salinan dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK serta menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada PA/KPA.
7) PPK mengadakan ikatan perjanjian berupa SPK/Kuitansi dengan
Penyedia (format SPK dapat dilihat di SDP).
8) Setelah penyedia menyelesaikan kewajibannya sehingga pekerjaan
telah 100%, maka dilakukan Serah Terima Barang/Serah Terima Pertama Hasil Pekerjaan (PHO)/Serah Terima Jasa Konsultansi/Serah Terima Jasa Lainnya.
Setelah masa pemeliharaan selesai dilakukan Serah Terima Akhir Pekerjaan (BA FHO) untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
2. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan Rp. 10.000.000,00
(58)
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedi/pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf a Perpres 70/2012). Tanda bukti transaksi/perjanjian menggunakan bukti pembelian. (Pasal 55 ayat (2) Perpres 70/2012).
Perlu diketahui bahwa pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan
harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39 ayat (2) Perpres 70/2012), PPK tidak perlu menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang menggunakan bukti pembelian (Pasal 66 ayat (1) Perpres 70/2012.
3. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan Rp. 50.000.000,00
Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat
Pengadaan (pasal 16 ayat (3) Perpres 70/2013). Pengadaan langsung dilakukan dengan metode prakualifikasi, tetapi metode prakualifikasi tidak berlaku untuk pengadaan langsung barang. (Pasal 56 ayat (4a) Perpres 70/2012). Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar, bukan berdasarkan harga ketetapan gubernur/bupati. (Pasal 39 ayat (2) Perpres 70/2012). Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan
cara pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia/pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf a Perpres 70/2012). Tanda bukti transaksi/perjanjian menggunakan bukti pembelian (Pasal 55 ayat (2) Perpres 70/2012).
Perlu diketahui bahwa pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan
(59)
menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) yang menggunakan bukti pembelian (Pasal 66 ayat (1) Perpres 70/2012.
Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara pembelian/ pembayaran langsung kepada Penyedia/pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf a Perpres 70/2012). Tanda bukti transaksi/perjanjian menggunakan kuitansi. (Pasal 55 ayat (3) Perpres 70/2012). Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39 ayat (2) Perpres 70/2012).
Untuk pengadaan langsung barang yang menggunakan bukti
pembelian dan kuitansi (yang nilainya sampai dengan Rp. 50.000.000,00), pejabat pengadaan dapat memerintahkan seseorang untuk melakukan proses pengadaan langsung untuk barang yang harganya sudah pasti dan tidak bisa dinegosiasi sekurang-kurangnya meliputi:
(a) Memesan barang sesuai dengan kebutuhan atau mendatangi langsung ke
penyedia barang.
(b) Melakukan transaksi.
(c) Menerima barang.
(d) Melakukan pembayaran.
(e) Menerima bukti pembelian atau kuitansi.
(f) Melaporkan kepada Pejabat Pengadaan, (BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c
Perka LKPP 14/2012).
Jika harganya belum pasti, proses pengadaan langsung harus dilakukan sendiri oleh pejabat pengadaan. (pasal 16 ayat (3) Perpres 70/2012).
(60)
Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dapat dilakukan dengan
cara permintaan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga kepada Penyedia barang/ pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf b Perpres 70/2012). Tanda bukti transaksi/ perjanjian menggunakan SPK. (Pasal 55 ayat (4) Perpres 70/2012). Penyedia Barang yang mengikuti Pengadaan Barang melalui Pengadaan Langsung diundang oleh ULP/Pejabat.
4. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan Rp. 200.000.000,00
PPK menyusun spesifikasi teknis dan gambar sesuai dengan hasil pengkajian ulang spesifikasi teknis dan gambar brosur, termasuk perubahan yang telah disetujui oleh PA/KPA. (BAB II Bagian A Angka 3 Huruf a Perka LKPP 14/2012). PPK menetapkan Hargaa Perkiraan Sendiri (HPS) paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran; (Pasal 66 Perpres 70/2012 & BAB II Bagian A Angka 3 Huruf a Perka LKPP 14/2012). Di bawah berapa penjelasan tentang HPS yaitu:
• HPS dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
• HPS ditetapkan berdasarkan harga barang yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor tunggal atau informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
• HPS telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), keuntungan dan
(1)
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku:
Amiruddin. (2010). Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa.Yogyakarta: Genta Publishing.
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia.
Daeng Naja, H. R. (2006). Contract Drafting. Bandung: Citra Aditya Bhakti.
Ediwarman. (2010). Monograf, Metodologi Penelitian Hukum. Medan: Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ikak G, Triatomo. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. Hal. 1.
I Ketut Artadi & I Dewa Nyoman Rai Asmara. (2014). Implementasi Ketentuan-ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak. Denpasar: Udayana University Press.
Lubis, Abu Samman. (2011). PengantarIlmuHukum. Malang: LPII.
Marbun, SF, dkk. (2001). Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara.Yogyakarta: UII Press.
Muchsan, SH. (1998). Pengantar Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Liberty.
Muji Santoso, Muji. (2012). Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa, Ujiosa.
---, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (Jakarta: CV Eko Jaya , 2006).
Philipus, M. Hadjon, et al. (1993). Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gadjahmada University Pess.
(2)
P. Soeria Atmadja, Arifin. (2005). Keuangan Publik dalam Prespektif Hukum – Praktik dan Kritik. Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ridwan. (2002). Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.
Salim, H. S. et all. (2006). Hukum Kontrak Teori dan Penyusunan Syarat-Syarat Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
Simamora, Yohanes Sogar. (2009). Hukum Perjanjian-Prinsip Hukum Kontrak Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah. Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo.
Situmorang, Victor, SH. (1989). Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.
Sudikno Mertokusumo, Prof. Dr. SH. (1999). Mengenal Hukum.Yogyakarta: Liberty.
Sudjan, M. A. (2003). Law Relating to Government Contract. Delhi: Universal Law Publishing, p. 533.
Sutedi, Adrian. (2008). Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya, Jakarta: Sinar Grafika.
Suharto, Iman. (1995). Manajemen Proyek, dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi Pertama Jilid I. Jakarta: Eralangga, hal. 17.
Tri, Amik. (2014). Cara Lebih Mudah Membaca Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Perpres 54, 35 dan 70). Yogyakarta: CV. Prima Print.
Utrecht, E. (1986). Pengantar Hukum Administrasi Negara. Surabaya: Pustaka Tinta Mas.
(3)
B. Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pengguna Anggaran.
Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah.
C.Internet:
http://www.pengadaan.web.id/index.php/12-ahli-pengadaan/samsul/13-pengadaan-langsung-dan-bukti-perjanjian Pengadaan Langsung. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2015.
http://samsulramli.com/?s=Pejabat+Pengadaan+dan+Pengadaan+Langsung#038, paged=2, Pejabat Pengadaan dan Pengadaan Langsung, diakses tanggal 20 Agustus 2015.
Kebocoran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam
Muji Santoso, ed, 2012, Pengadaan Langsung dengan berbagai aspeknya, Ujiosa. Bloksport.com, diakses tanggal 20 Agusstus 2015.
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah,diakses tanggal 20 Agustus 2015.
Santoso, Muji. (2012). Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa. Ujiosa Bloksport.com, diakses tanggal 25 Agustus 2015.
(4)
D.Artikel:
Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta, 2007).
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa. (Jakarta, 2007).
Banjarmasin Post. 2 September 2013. Mimbar Opini
Sanjaya, Denny. (2013). Analisis Yuridis Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jurnal Hukum Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2.
E.Lampiran:
Perubahan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa
Pemerintah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Denagan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan
perlu percepatan pelaksanaan belanja Negara.
b. Bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja
(5)
dan Jasa Pemerintah.
c. Bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Presiden mtentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentangan Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor (3956) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95).
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
(6)
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Memutuskan :
Menetapkan : Peraturan Presiden Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang