Melaksanakan Trikora dan Dwikora
43
lokal dan dukungan praktek ekonomi pada masa Orde Baru berasal dari kalangan ABRI.
Bagan 1.6 Struktur Angkatan Bersenjata Indonesia TNI Tahun 1974
Angkatan darat
Bilveer Singh, 1995:115 Kenyataan diatas juga dicetuskan oleh Soebijono 1995:40 pada dasarnya
semua kekuatan sosial politik secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam setiap kegiatan dalam proses siklus tersebut, demikian pula ABRI
sebagai kekuatan sosial politik. Keterlibatan ABRI khususnya diwujudkan dengan wakil-wakil ABRI sebagai fraksi ABRI dalam MPR, DPR, dan
DPRD. Fraksi ABRI ini disamping sebagai wakil-wakil rakyat juga
Presiden Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata
Menhankam, Panglima Angkatan Bersenjata
Lembaga – lembaga Pertahanan
Komandan Deputi Angkatan Bersenjata
Komandan Pemulihan Kemanan Ketertiban
Rencana Umum
Staf Jenderal
Intelegen Operasi
Personalia Logistik
Urusan daerah
Staf Departemen
SDM Material
Keuangan Pendidikan
Hukum
Staf Urusan non Militer
Sosial politik Pengembangan
Kel. Fungsional Misi sipil
Angkatan Darat Angkatan Laut
Angkatan Udara Kepolisian Nas.
Komando Strategis Nasional
Komando Pertahanan Udara Nas.
IV III
II I
Komando Pertahanan Regional
44
merupakan fraksi “pendukung pemerintah”. Dibidang eksekutif ABRI juga menyumbangkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk melaksanakan tugas negara
dan pemerintahan di banyak bidang mulai dari tingkat yang tertinggi sampai yang terendah, dipusat maupun didaerah. Di samping itu ABRI juga
menyumbangkan gagasan dan fikirannya berupa konsep-konsep kepada pemerintah. Dengan usaha-usaha seperti diatas, maka ABRI sebagai kekuatan
sosial politik selalu membantu pelaksanaan program-program repelita untuk mencapai cita-cita Orde Baru.
Keberadaan ABRI sejalan dengan peran sosial politiknya di Indonesia setelah tahun 1980 sampai dengan tahun 1990-an telah mendapatkan sorotan
dan kritikan dari berbagai lapisan masyarakat seperti para ilmuwan, pakar politik, cendekiawan, tokoh-tokoh masyarakat dan bahkan dari kalangan
purnawirawan ABRI sendiri. Persepsi dan kritik itu timbul karena keberadaan ABRI dalam praktek kehidupan sosial politik terdapat beberapa
penyimpangan, karena dalam konsep Dwi Fungsi ABRI memang mengarah pada kekuasaan militer, pemerintahan diktator dan pemerintahan militerisme.
Sehingga reaksi masyarakat Indonesia terhadap peran sosial politik ABRI begitu gencar dan mendapatkan kritikan sehingga peranannya dalam
kehidupan sosial politik di Indonesia harus ditinjau kembali agar tidak menyengsarakan rakyat dan kehancuran bangsa Indonesia.