Mengamankan Integritas Nasional SEJARAH ABRI DI INDONESIA
37
masih memakai peralatan yang dinegara lain sudah dikategorikan benda museum.
Kemungkinan untuk memordenisasi peralatan terbuka oleh dua hal. Pertama oleh pemberontakan PRRIPermesta, dan kedua oleh semakin
meningkatnya perjuangan pembebasan Irian Barat. Salah satu cara yang palig mudah pada waktu itu ialah membeli
peralatan dari luar negeri sebab industri dalam negeri belum memungkinkan. Untuk melaksanakan tugas pembelian itu, dalam bulan
Desember 1960 pemerintah membentuk misi yang dipimpin oleh Menteri Keamanan NasionalKSAD Jenderal A.H. Nasution.
Berhubung dengan susahnya memperoleh bantuan senjata dari blok Barat, maka pembelian peralatan terutama senjata-senjata berat lebih
banyak diperoleh dari blok Timur, terutama Uni Sovyet. Dengan penambahan senjata dan peralatan itu maka ABRI secara bertahap dapat
mengejar ketinggalannya dibidang persenjataan. Dalam hal itu ternyata besar manfaatnya dalam perjuangan pembebasan Irian Barat.
Aspek lain dalam masalah pembinaan sebuah Angkatan Bersenjata adalah pendidikan. Pendidikan akan melahirkan kemahiran, keterampilan,
teknik dan kepemimpinan. Dalam hal pendidikan ini ABRI menempuh dua cara. Pertama mendidik anggota-anggota didalam negeri dan kedua
mengirimkan anggota-anggota untuk dididik diluar negeri. Dalam periode Demokrasi Terpimpin, pendidikan dalam negeri
memperlihatkan kemajuan yang pesat. ABRI telah menemukan konsepsi yang jelas mengenai aspek-aspek pendidikan tersebut. Pada mulanya
terdapat dua pendapat mengenai pendidikan itu, yaitu:
38
1. Pendidikan yang mengutamakan rasio, teknik dan kemahiran diatas
unsur moril dan semangat. 2.
Pendidikan yang mengutamakan penanaman semangat dan moril yang tinggi bagi tentara selaku alat revolusi yang berani berkorban karena
keyakinan dan semangat bukan karena upah serta senjata modern atau kemahiran belaka.
Untuk pendidikan yang ditempuh oleh anggota-anggota ABRI diluar negeri, maka unsur rasio-tekniklah yang dipentingkan. Pengiriman siswa
ke luar negeri itu didasarkan kepada kenyataan bahwa pendidikan dalam negeri masih belum mencukupi. Pimpinan ABRI juga menyadari bahwa
dengan hanya memuaskan diri dengan pendidikan dalam negeri, maka ABRI akan tertinggal dalam perkembangan teknologi modern.
Pada tahun 1961 dengan dikeluarkannya UU No. 13 Tahun 1961 pasal 3 lembaran negara No. 245 tanggal 30 Juni 1961, dimana Kepolisian
Negara adalah Angkatan Bersenjata dalam jajaran militer di Indonesia langsung dibawah Presiden.
Penyatuan Angkatan-angkatan dan Polri dalam satu wadah yang dalam masa Orde Baru dikenal dengan nama ABRI terlaksana dalam
tahun 1962 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 225Plt. Tahun 1962. Penyatuan itu pada hakikatnya merupakan satu sikap penting
didalam perjuangan untuk integrasi ABRI yang senantiasa dihambat dan dihalangi oleh kekuatan-kekuatan politik diluar ABRI Saleh As’ad
Jamhari, 1979:98.