melainkan secara analitis juga bisa dilihat telah mengalami pergeseran kedalam suatu bentuk baru dominasi yang lebih sophisticated yaitu:
hegemoni Azca, 1998:95.
BAB IV PERAN ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK
PADA MASA ORDE BARU
Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik dapat dilaksanakan melalui berbagai cara dan bentuk, diantaranya adalah dengan mengemukakan konsepsi,
tanggapan, pandangan, usul, di segala bidang kehidupan, di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam yang menyangkut kepentingan masyarakat
banyak, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi baik didalam jajaran maupun diluar jajaran ABRI Soebijono,1995:124..
1. Peran ABRI Dalam Bidang Ideologi
Kemunculan kebutuhan ideologi dipaparkan oleh Clifford Gertz dalam Najib Azca 1998:12 dengan dua teori, yaitu: teori kepentingan tentang
ideologi the interest theory dan teori ketegangan tentang ideologi the strain theory.
Dwifungsi ABRI sebagai ideologi bisa dijelaskan dengan kedua teori tersebut. Disatu sisi mengikuti teori kepentingan, kemunculan Dwifungsi
ABRI bisa dilihat sebagai pantulan dari adanya kepentingan ABRI sebuah kelompok sosial. Dari sisi yang lain, mengikuti teori ketegangan, Dwifungsi
ABRI bisa dilihat muncul untuk memainkan peranan pembela advocatory role.
Jika melihat definisi ideologi yang dirumuskan oleh Najib Azca 1998:15, yaitu:
Ideologi adalah seperangkat gagasan dan pengetahuan yang membentuk definisi tertentu mengenai kenyataan, yang tidak hanya isi
kognitif tapi juga sudah mengandung muatan normatif, yang tidak lagi bersifat netral, tetapi sudah berpihak kepada nilai dan kepentingan
tertentu yang berkait dengan kepentingan kekuasaan untuk memelihara relasi-relasi penguasaan atau dominasi.
Dwifungsi ABRI bisa dikatakan memenuhi kriteria sebuah ideologi, yaitu memuat definisi tertentu mengenai kenyataan, bahwa ABRI memiliki fungsi
sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan serta sebagai kekuatan sosial politik. Dengan demikian fungsi ABRI sebagai kekuatan hankam dan sebagai
kekuatan sospol merupakan “pengetahuan” sekaligus pula “gagasan”. Doktrin Dwifungsi ABRI tidak hanya memuat pengetahuan dan gagasan yang bersifat
kognitif, tapi juga normatif, peran sosial politik ABRI tidak hanya fungsi tapi juga tugas ABRI.
Doktrin Dwifungsi ABRI juga bukan merupakan seperangkat gagasan dan pengetahuan yang bersifat netral. Dwifungsi ABRI terkait dengan kepentingan
kekuasaan korporat ABRI. Keberadaan doktrin Dwifungsi ABRI berkait dengan peran dominan korporat ABRI sebagai kekuatan sosial politik di
Indonesia. Dengan demikian, Dwifungsi ABRI berkait dengan upaya-upaya pemeliharaan relasi-relasi penguasaan atau dominan.
Pada tataran ideologi ini, pelaksanaanya dapat dilihat pada: a
Membantu dan melaksanakan penataran dan sosialisasi P-4 secara berlanjut baik dalam satuan ABRI maupun keluar yang menjangkau semua
lapisan masyarakat. b
Memberi keteladanan sikap dan perilaku-perilaku yang positif sebagai pencerminan pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.