Kopling Flens Kaku KOPLING

T = Torsi yang diteruskan D = diameter luar bus d = diameter poros g = tegangan geser Pasak kopling bus biasanya dibagi dua, sehingga panjang pasak tiap bagiannya : l = � = � Bila perlu, pengecekan terhadap tegangan geser dan tegangan pantak crushing stress dapat dilakukan dengan rumus : T = l x b g � dan T = l x � s � i = panjang pasak [cm] b = lebar pasak [cm] h = tinggi pasak [cm] g = tegangan geser [Ncm 2 ] s = tegangan pantak crushing stress [Ncm 2 ]

b. Kopling Flens Kaku

Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu pres atau kerut. Handi Prastiyo Tri Pamungkas Gambar 1.9 Kopling Flens Kaku Ukuran-ukuran utamanya adalah : L = 2.5 sampai 5 d D = 3 sampai 5 d Dn = 1.4 sampai 2.2 d Dt = 2.4 sampai 3.6 d db = 0.2 sampai 0.4 d dimana : L = panjang naaf [mm] D = diameter luar [mm] Dn = diameter naaf [mm] Dt = diameter letakposisi baut dan mur [mm] db = diameter baut [mm] d = diameter poros [mm] Handi Prastiyo Tri Pamungkas Gambar 1.10 Kopling Flens Gaya dan kekuatan pada kopling flens : Kedua bagian kopling diikat dengan baut, dimana jumlah baut minimal 4 buah. Macam baut yang digunakan : - Baut pas, batang baut dibubut teliti, dan ukuran diameternya sama dengan lubangnya - Baut biasa, baut yang dibuatdikerjakan secara kasar, maksudnya adalah baut yang batangnya tidak dibubut lagi. Untuk sambungan dengan baut ini, lubang harus lebih besar 0.5 sampai 2 mm daripada diameter batang baut. Pada umumnya baut hanya digunakan untuk poros yang lebih kecil dari 70 [mm]. Dengan demikian, cara menghitung kopling flens, khususnya menentukan jumlah baut yang dibutuhkan disesuaikan dengan baut yang akan digunakan. M. Fariz Izzani Gambar 1.11 Gaya tekan yang bekerja pada kopling a. Bila memakai baut pas Ciri khas, karena baut poros masuk secara pas pada lubang flensnya, maka kopel yang harus dipindahkan langsung diterima oleh batang baut, sehingga batang baut tersebut dibebani geseran. Kopel yang dipindahkan : M p = 71620 Nn = 0.2 d 3 .  p ijin [kgcm] Berdasarkan pada sifat dan fungsi  p ijin poros,  p ditentukan oleh faktor keamanannya atau sesuai dengan normalisasi. Selanjutnya : M p = P . Rt Bila jumlah baut z, maka : z . P = z . F .  g ijin [kg] Berdasarkan rumus empiris :  g ijin = 6.25 db kgcm 2 db dalam mm Penentuan Rt sesuai dengan : Dt = 2.4 sampai 3.6 d b. Bila memakai baut biasa Ciri khas penggunaan baut ini adalah baut longgar pada lubang flensnya, sehingga kedua belah flens bisa saling bergeser oleh kopel. Pergeseran dicegah oleh baut-baut yang dipasang kencang yang menekan kedua flens sedemikian sehingga gesekan yang timbul antara M. Fariz Izzani dua bidang tersebut cukup besar untuk menampung kopel yang harus dipindahkan. W . P = Mp Rt Gaya tekan yang diperlukan : K = W . f Dimana f = 0.25 untuk permukaan kasar Bila jumlah baut z, maka gaya per baut adalah K z Ketentuan lain : db = 0.2 sampai 0.4 d

c. Kopling Flens Tempa