-
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
-
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
-
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
-
PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. Lampiran II
-
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
-
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
-
PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
-
PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
-
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
-
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
-
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
-
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
-
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
-
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
-
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
-
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang kemudian dilakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri. Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP 71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami kebingungan atas
perubahan-perubahan tersebut karena lebih mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian atas International Public Sector of Accounting
Standards IPSAS yang diacu oleh KSAP.
IV. Barang dan Jasa Publik
A. Barang dan Jasa Publik vs Barang dan Jasa Swasta
Barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh Negara atau pemerintah. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukkan bagi kepentingan seluruh warga
dalam skala yang luas, dan dapat dinikmati warga secara gratis, misalnya udara bersih, air bersih, dan lingkungan yang aman. Sedangkan barang swasta adalah barang spesifik yang
dimiliki oleh pihak swasta. Sifatnya eksklusif dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan dengan harga pasar menurut penjual,yaitu
harus untung sebesar-besarnya,misalnya perumahan mewah, villa, dan hotel. Dan ada juga setengah kolektif yang dimiliki oleh swasta atau pemilik gabungan antara swasta dan
pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh bersifat eksklusif, dan pemerintah harus ikut menentukan harga penjualannya, yang biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya
sekolah dan rumah sakit.
B. Konsep-Konsep Pokok Barang dan Jasa Publik
Suatu barang dikategorikan sebagai barang ‘swasta’ atau ‘publik’ dalam kaitannya dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludablity suatu barang
ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang atau pelayanan bisa memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh manfaat dari barangpelayanan tersebut. Jika
suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut dipergunakan secara perorangan ; apabila daya saingnya rendah, barang tersebut dapat dimanfaatkan secara
bersama-sama. Contoh taman umum daya saingnya rendah, sedangkan ‘ipod’ daya saingnya tinggi.
1. Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing yang
rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut dapat dipergunakan oleh banyak orang. Barang publik ini dimanfaatkan oleh banyak orang,
sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.
2. Barang swasta adalah barang yang punya excludability dan daya saing tinggi. Orang-
orang yang memanfaatkanya jelas, sehingga mudah dikenakan biaya. 3.
Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods. Contohnya sperti jalan tol.
4. Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common pool goods.
Contohnya adalah pengadaan air disebuah desa; meskipun termasuk barang yang non- excudable, namun penggunaannya secara berlebihan akan mengurangi kesempatan bagi
orang lain untuk menggunakannya.
C. Penyedia Pelayanan