Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai

(1)

1 SKRIPSI

PENGARUH BMT PRADESA MITRA MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT

KOTA BINJAI OLEH

RIDHA WAHYUNI 110501033

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Ridha Wahyuni

NIM : 110501033

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan Syariah

Judul : Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri

Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai

Tanggal: ... Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003

Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D

Tanggal: ... Ketua Departemen

NIP. 19730408 199802 1 001 Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec


(3)

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Ridha Wahyuni

NIM : 110501033

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan Syariah

Judul : Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri

Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai

Tanggal: ... Pembimbing,

Ilyda Sudardjat, S.Si M Si NIP. 19730325 200801 2 007

Penguji I, Penguji II,

Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D

NIP. 19710503 200312 1 003 NIP. 19671111 200212 1 001 Kasyful Mahali, SE, M Si


(4)

4 Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang “Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi di Kota Binjai” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Ridha Wahyuni


(5)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Kota Binjai. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat pendapatan dan bagaimana manfaat pembiayaan yang diperoleh oleh masyarakat setelah menggunakan dana pembiayaan yang diberikan BMT Pradesa.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah populasi sebanyak 27.960 dan sampel yang diambil sebanyak 100 orang yang menggunakan dana pembiayaan di BMT Pradesa Mitra Mandiri dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan paired sample t test.

Berdasarkan dari hasil analisis data menyatakan bahwa Ho ditolak

sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan antara tingkat pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan pembiayaan BMT di Kota Binjai, artinya hasil penelitian ini signifikan.

Kata kunci: Baitul Mal wa Tamwil, pendapatan, pembiayaan dan paired sample t test.


(6)

ii ABSTRACT

This research head for analyze how the influence of BMT Pradesa Mitra Mandiri towards improving the local economy in Binjai City. This research was done to see the extent to which the level of income and how the benefits derived by the public financing after using the funds financing provided by BMT Pradesa.

Technique which used in this research is simple random sampling with the quantity of populations is 27.960 and taken sampel many as 100 people who use the funds in the financing of BMT Pradesa Mitra Mandiri Slovin formula. The analytical method used in this research is descriptive cuantitative and paired sample t test.

Based to from result analyse data indicate that Ho is reject and Ha received . The conclusion of this research is that there are different between level earnings of society before and after using finance of BMT by Binjai City, meaning that the results of this study significant.


(7)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi Kota Binjai”. Skripsi ini disusun dengan maksud unruk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, dan dukungan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Rahmat Suheri dan Ibu Lisnawati serta adik-adik saya Rani Fadhillah, Ramadhan Alfitrah dan Ridwan Al-Afkar yang telah memberikan banyak do’a dan dukungannya baik secara materi dan moril kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program


(8)

iv Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si M Siselaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan sampai dengan selesai.

6. Bapak Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Kasyful Mahali, SE, M Siselaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi koreksi, arahan, dan masukannya dengan sabar untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis teruntuk Departemen Ekonomi Pembangunan atas bimbingan, bantuan, dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh karyawan dan staf-staf yang berada di BMT Pradesa Mitra Mandiri atas bantuan serta kerja sama dalam membantu penulis untuk melengkapi skripsi ini.

9. Kepadda seluruh keluarga besar penulis atas do’a dan dukungannya, dan 10. Kepada teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta semua pihak

lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

v Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh darikesempurnaan.Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... .. i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BMT (Baitul Maal wa Tamwil) ... 5

2.2. Aspek Legalitas ... 6

2.3. Akad dan Produk Dana BMT ... 7

2.3.1. Produk Penghimpun Dana Lembaga Keuangan Islam .... 7

2.3.2. Produk Penyaluran Dana ... 9

2.4. Ruang Gerak dan Model Organisasi BMT ... 10

2.5. Prinsip Operasional BMT ... 10

2.6. Peningkatan Ekonomi Masyarakat ... 12

2.7 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil ... 14

2.8. Pendapatan, keuntungan dan Kredit ... 17

2.8.1. Pendapatan ... 17

2.8.2. Keuntungan ... 22

2.8.3. Kredit ... 23

2.9. Penelitian Terdahulu ... 24

2.10. Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Tempat dan Lokasi Penelitian ... 27

3.3. Defenisi Operasional ... 27

3.4. Skala Pengukuran ... 28


(11)

vii

3.5.1. Populasi ... 28

3.5.2. Sampel ... 29

3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 30

3.6.1. Jenis Data ... 30

3.6.2. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7. Teknis Analisis Data ... 31

3.7.1. Alat Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum BMT di Kota Binjai ... 33

4.2.Gambaran Umum BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 35

4.3.Karakteristik Responden ... ... 41

4.4.Distribusi Jawaban Responden ... 46

4.4.1. Persepsi Responden Atas Dampak Sebelum Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 46

4.4.2. Persepsi Responden Atas Dampak Setelah Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 47

4.5.Analisis dan Pembahasan ... 48

4.5.1. Persepsi Masyarakat Terhadap penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri dalam Pemodalan Usaha ... 48

4.5.2. Manfaat Bagi Masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... 49

4.5.3. Dampak Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Pendapatan Masyarakat ... 50

4.6. Paired Simple t Test ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 53

5.2.Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(12)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1. 2.2. 3.1 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10.

Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil ... Perbedaan Operasional antara BMT dan Koperasi Konvensional ... Instrumen Skala Likert... Jumlah Nasabah Pembiayaan... Jumlah Realisasi Pembiayaan ... Jumlah Keseluruhan Nasabah Simpanan ... Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .... Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Dana ... Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penggunaan ... Jawaban Responden Atas Dampak Sebelum Penggunaan Dan BMT Pradesa ... Jawaban Responden Atas Dampak Sesudah Penggunaan Dan BMT Pradesa ... Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Tingkat Pendapatan Masyarakat... 12 24 28 33 34 34 42 42 43 44 45 45 49


(13)

ix DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.

Kerangka Konseptual ... Logo BMT Pradesa Mitra Mandiri ... Struktur Organisasi BMT Pradesa Mirta Mandiri .. Skema Prosedur Pembiayaan ... Karakteristik Berdasarkan Usia ... Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Dana ... Karakteristik Berdasarkan Jumlah Penggunaan Dana ...

26 36 40 41 42 44 45 46


(14)

x DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. 2. 3. 4. 5.

Kuesioner Penelitian ... Sampel ... Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pembiayaan ... Hasil Uji Deskriptif ... Hasil Simple Paired t Test ...

55 58 61 64 68


(15)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Kota Binjai. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat pendapatan dan bagaimana manfaat pembiayaan yang diperoleh oleh masyarakat setelah menggunakan dana pembiayaan yang diberikan BMT Pradesa.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah populasi sebanyak 27.960 dan sampel yang diambil sebanyak 100 orang yang menggunakan dana pembiayaan di BMT Pradesa Mitra Mandiri dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan paired sample t test.

Berdasarkan dari hasil analisis data menyatakan bahwa Ho ditolak

sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan antara tingkat pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan pembiayaan BMT di Kota Binjai, artinya hasil penelitian ini signifikan.

Kata kunci: Baitul Mal wa Tamwil, pendapatan, pembiayaan dan paired sample t test.


(16)

ii ABSTRACT

This research head for analyze how the influence of BMT Pradesa Mitra Mandiri towards improving the local economy in Binjai City. This research was done to see the extent to which the level of income and how the benefits derived by the public financing after using the funds financing provided by BMT Pradesa.

Technique which used in this research is simple random sampling with the quantity of populations is 27.960 and taken sampel many as 100 people who use the funds in the financing of BMT Pradesa Mitra Mandiri Slovin formula. The analytical method used in this research is descriptive cuantitative and paired sample t test.

Based to from result analyse data indicate that Ho is reject and Ha received . The conclusion of this research is that there are different between level earnings of society before and after using finance of BMT by Binjai City, meaning that the results of this study significant.


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keinginan manusia dalam hal kesejahteraan ekonomi adalah sebagaimana diakui dalam islam yaitu memberikan hak-hak yang pasti kepada manusia dan menyediakannya sebagai tata-tertib sosial yang menjamin kesejahteraan sosial bersama dan menghapus kemiskinan. Kondisi perekonomian yang terpuruk akhir-akhir ini sudah mengarah pada kondisi yang semakin tidak menentu. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan pada masa lalu justru menciptakan kesenjangan sosial yang cukup mencolok antara golongan kaya dan miskin, menurut M. Nejatullah (dalam eka :2010).

Pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan bagian dari upaya memperkokoh struktur penggerak perekonomian nasional yang selama ini lebih menekankan pertumbuhan daripada pemerataan telah melahirkan struktur masyarakat minoritas kelas atas yang menguasai sebagian besar aset negara, sementara masyarakat mayoritas kelas menengah kebawah hanya mendapat sebagian kecil (Eka 2010:8).

Baitul Maal Wa Tamwil hadir memberikan solusi bagi kesenjangan diatas, yaitu dengan memberi bantuan dalam bentuk permodalan dengan sistem bagi hasil guna menambah modal dan demi peningkatan usaha yang sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat tersebut.

Pada tahun 1992 lahirlah sebuah lembaga keuangan kecil yang beroperasi dengan menggunakan gabungan konsep Baitul Maal dan Baitul Tamwil, yang


(18)

2 bergerak pada sektor usaha mikro. Lembaga tersebut “memberanikan diri” dengan memberi nama Baitul Mal wa Tamwil yang disingkat BMT. Dengan semakin banyaknya orang-orang yang memiliki perhatian kepada lembaga kecil ini, tetapi juga dibutuhkan adanya perantara untuk terjalin komunikassi dan jaringan antar BMT ataupun penghubung BMT kepada lembaga ekonomi milik pemerintah maupun swasta. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan BMT dimasa depan, maka berdiri pula lembaga Pembina BMT yang berupa Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM), ada juga yang bernama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha kecil (P3UK) atau Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) (Jamal 2009:7).

Baitul Mal wa Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang sifatnya informal. Disebut bersifat informal karena lembaga keuangan ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINBUK), (Andri 2010:451).

BMT pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafa Ar-Rasyidin dan Umar bin Khattab merupakan khalifah yang mendirikan bayt al-mal dan saat itupernah berkembang dari mengadopsi dari institusi bayt al-mal. Untuk pertama kalinya di Ibu Kota negara dan membangun cabang-cabangnya di kota provinsi (Ibid 2010).

Setalah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasional BMI kurang


(19)

3 menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan Bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT.

BMT Center adalah Perhimpunan BMT di Indonesia yang didirikan tanggal 14 Juni 2005 pada tahun tersebut BMT diperkirakan melayani lebih dari 3 juta nasabah yang bergerak dibidang usaha mikro dengan jumlah 142 BMT. Pada tahun 2010 terdapat sekitar 4000 BMT yang beroperasi di indonesia sebanyak 206 bergabung dalam asosiasi BMT center diseluruh indonesia.

Munculnya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang memfokuskan kegiatan usahanya kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah termasuk sektor pertanian diduga dapat memberikan dampak yang positif bagi para pengusaha, misalnya dengan peningkatan kesejahteraan keluarga pengusaha tersebut yang diakibatkan dari terpenuhinya modal usaha, sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan. Sistem bagi hasil yang ditawarkannya mengakibatkan para pengusaha kecil menjadi leluasa bergerak karena tidak terbebani akan adanya bunga yang terus bertambah. BMT dipandang sebagai salah satu alternatif sehubungan dengan usaha untuk memperjuangkan nasib pengusaha kecil.

Dari uraian diatas yang sudah di jelaskan, maka penulis akan mengkaji “Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai”.

1.2 Perumuan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dalam latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:


(20)

4 1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa

Mitra Mandiri.

2) Bagaimana dampak pengoperasian BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap pendapatan masyarakat

3) Bagaimana manfaat bagi masyarakat terhadap penggunaa dana BMT Pradesa Mitra Mandiri.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri.

2) Untuk mengetahui seberapa besar dampak pengoperasian BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap pendapatan masyarakat.

3) Untuk mengetahui manfaat bagi masyarakat terhadap penggunaa dana BMT Pradesa Mitra Mandiri.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1) Secara akademis, peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuana yang diperoleh selama perkulihan dan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

2) Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian khususnya mengenai apakah ada peningkatan ekonomi setelah menggunakan BMT tersebut.


(21)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi BMT (Baitul Mal wa Tamwil)

BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Baitul Mal wa Tamwil memiliki dua kata yaitu Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infaq, sedekah dan mengoptimalkan distribusuinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT. (Andri 2010:451).

Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasinya didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan titipan (wadi’ah) (N.Huda dan M.Heykal, 2010:393).

Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi. Karena ia dimiliki oleh masyarakat yang menjadi anggotanya, menghimpun simpanan anggota dan menyalurkannya kembali kepada anggota melalui produk


(22)

6 pembiayaan/kredit. Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling cocok adalah berbadan hukum koperasi. Baitul Maal-nya sebuah BMT, berupaya menghimpun dana dari anggota masyarakat yang berupa zakat, infak, dan shodaqoh dan disalurkan kembali kepada pihak yang berhak menerimanya ataupun dipinjamkan kepada anggota yang benar-benar membutuhkan melalui produk pembiayaan qordhul hasan (pinjaman dengan bunga nol persen). Sementara Baitut Tamwil, berupaya menghimpun dana masyarakat yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela dan simpanan berjangka serta penyertaan pihak lain, yang sifatnya merupakan kewajiban BMT untuk mengembalikannya. Dana yang terhimpun diputar secara produktif bisnis kepada para anggotanya dengan pola syariah.(Aulia:2009)

2.2 Aspek Legalitas BMT

Ketentuan pembentukan BMT berbadan hukum koperasi diperkuat oleh PP No.9/1995, dimana dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 membolehkan penerapan sistem bagi hasil pada koperasi, sebagai berikut:

1) Jumlah pendiri minimal 20 orang 2) Jumlah pengurus minimal 20 orang

3) Jumlah pengelola minimal 3-5 orang, dimana mereka telah mengikuti pelatihan BMT dan manejer dengan pendidikan formal terakhir minimal D3.

4) Anggota terdiri dari anggota pendiri dan anggota biasa. Anggota pendiri meliputi tokoh masyarakat yang bersedia menjadi sponsor dalam


(23)

7 menyediakan modal awal. Anggota biasa adalah para penyimpan (penabung) dan debitur.

5) Simpanan-simpanan yang ada meliputi: simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan simpanan pendiri. Simpanan pokok adalah simpanan tertentu yang harus disimpan oleh anggota pada saat pendaftaran diri atau saat transaksi untuk pertama kalinya. Simpanan wajib adalah simpanan dalam jumlah tertentu yang diberikan anggota secara rutin. Simpanan pendiri adalah modal awal yang berasal dari para pendiri dalam jumlah tertentu berdasarkan hasil kesepakatan bersama, dimana simpanan ini tidak dapat diambil dan tidak memperoleh imbalan jasa bagi hasil tabungan.

6) Tumbuh dan berkembang di tempat-tempat yang belum atau tidak terjangkau oleh lembaga-lembaga keuangan yang ada, dengan bentuk awal berupa KSM (kelompok swadaya masyarakat).

7) Pengurus BMT sekaligus berfungsi sebagai Badan Pemeriksa dan mensupervisi manajemen (pelaksanaan) BMT.(Aulia:2009)

2.3 Akad dan Produk Dana BMT

Menurut himpunan Fatwa DSN-MUI (2003) dalam menjalankan usaha, beberapa akad yang ada pad BMT mirip dengan akad yang ada pada bank pembiayaan rakyat Islam. Adapun akad-akad tersebut adalah: pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.


(24)

8 2.3.1 Produk penghimpunan dana lembaga keuangan islam

1) Giro Wadiah, adalah produksimpanan yang bisa dittarik kapan saja. Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka, tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT. (Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000).

2) Tabungan Mudharabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai sahibul mal dan lenbaga keuangan Islam bertindak sebagai mudharib. (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).

3) Deposito Mudharabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Islam dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (mudharabah mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah sebagai sahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu, jenis ini disebut mudharabah muqayyadah.

2.3.2 Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana dalam hal ini merupakan bentuk pola pembiayaan yang merupakan kegiatan BMT dengan harapan dapat


(25)

9 memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut menurut (Jamal 2009:37) adalah :

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada anggota, dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan kepada anggota sebagai nasabah debitur. Dalam hal ini anggota (nasabah) menyediakan usaha dan sistem pengelolaannya (manajemennya).

2) Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan berupa sebagian modal yang diberikan kepada anggota dari modal keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam proses pengelolaannya. Pembagian keuntungan yang proporsional dilakukan sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

3) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelian barang-barang yang akan dijadikan modal kerja. Pembiayaan ini diberikan untuk jangka pendek yaitu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan atau lebih dari itu. Keuntungan bagi BMT diperoleh dari harga yang dinaikkan. 4) Pembiayaan al-Qardhul Hasan

Merupakan pinjaman lunak yang diberikan kepada anggota yang benar-benar kekurangan modal/kepada mereka yang membutuhkan untuk keperluan yang sifatnya darurat. Nasabah (anggota) cukup mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai yang diberikan oleh BMT.


(26)

10 2.4 Ruang Gerak dan Model Organisasi Baitul Maal wa Tamwil

Ruang gerak BMT menyangkut persoalan bida’ah yang digarap oleh BMT dan juga batasan-batasan beberapa limitasi sebagai irama dan integrasi operasionalnya (Al-Anshori,1993:73).

Jika dilihat dari substansi institusi BMT, tentunya yang jelas terlihat bahwa BMT bergerak dalam bidang Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Namun, dalam perkembangannya dilapangan, BMT juga membutuhkan sektor riil dalam rangka memback-up dan sebagai buffer bagi biaya operasional BMT secara menyeluruh dengan pola subsidi silang, mengingat bahwa usaha riil yang berhasil keuntungannya jauh lebih besar. (Yunus, 2009:112).

Sedangkan yang dimaksud dengan model organisasi BMT ini adalah meliputi karakteristik dan struktur organisasi yang tidak terlepas dari visi, misi dan tujuan serta tata nilai yang akan dicapai oleh BMT secara menyeluruh. (Triyuwono, 1998:19)

2.5 Prinsip Operasional BMT

Menurut Hamidi (dalam Aulia, 2009), prinsip operasional BMT tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh bank-bank Islam yaitu prinsip simpan (tabungan), bagi hasil, jual beli, sewa, jasa. Ada tiga prinsip yang dilaksanakan oleh BMT, yaitu:

1) Sistem Bagi Hasil, dimana sistem ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemodal (penyedia dana) dengan pengelola dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara BMT dengan pengelola dana dan


(27)

11 antara BMT dengan penyedia dana (penabung). Bentuk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.

2) Sistem jual beli dengan Mark Up (keuntungan), dimana sistem ini merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberikan kuasa untuk melakukan pembelian barang atas nama BMT, kemudian BMT bertindak sebagai penjual yang menjual barang tersebut kepada nasabah dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT (mark up/margin). Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagikan juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk ini yaitu murabahah dan Ba’i Bit’tsaman Ajil.

3) Sistem Non Profit, atau disebut juga dengan pembiayaan kebajikan atau lebih bersifat sosial. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak memerlukan biaya, tidak seperti bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diatas. Bentuk pembiayaan ini disebut Qordhul Hasan.


(28)

12 Tabel 2.1

Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil

SISTEM BUNGA SISTEM BAGI HASIL

Penentuan besarnya hasil (bunga) dibuat sebelumnya (pada waktu aqad) tanpa pedoman untung rugi.

Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu aqad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi (besarnya jumlah diketahui sesudah berusaha, sudah ada untungnya).

Besarnya persentase (bunga/nilai rupiah) ditentukan sebelumnya, berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan keuntungan yang paralel dengan menyepakati proporsi pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak dan belum ditentukan besarnya. Jika terjadi kerugian ditanggung si

peminjam saja berdasarkan pembayaran bunga tetap seperti yang telah dijanjikan.

Jika terjadi kerugian ditanggung kedua telah belah pihak yaitu si pemilik modal dan si peminjam. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun keuntungan meningkat.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah pendapatan. Besarnya bunga yang harus

dibayar si peminjam pasti diterima bank.

Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama yaitu si pemilik modal dengan si peminjam. Umumnya agama mengancamnya

(terutama Islam).

Tidak ada yang meragukan sistem bagi hasil.

Berlawanan dengan Al-qur’an surah Luqman ayat 34.

Melaksanakan Al-Qur’an surah Luqman ayat 34.

2.6 Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Sebelum membahas mengenai peningkatan ekonomi masyarakat secara luas, Terlebih dahulu penulis akan membahas pengertian pengembangan ekonomi masyarakat baik dari etimologi maupun dari segi terminologinya. Peningkatan ekonomi masyarakat sebuah istilah yang mengandung tiga suku kata yang masing-masing memiliki arti sendiri (Alvi:2008). Pertama, peningkatan dalam


(29)

13 Kamus Besar Bahasa Indonesia proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan).

Kedua, ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Oikonomia. Oikonomia sendiri berasal dari dua suku kata yakni oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan. Dengan demikian secara sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan yang mengurus rumah tangga yang dalam bahasa inggris disebut dengan istilah economics (Alvi:2008).

Sedangkan secara terminologi/istilah, ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia baik individual atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber-sumber terbatas. Sedangkan menurut para ahli ekonomi seperti Marshall sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Karim dalam bukunya, berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu maupun kelompok dalam ikatan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan bagaimana pula mempergunakan pendapatan tersebut (Alvin:2008).

Ketiga, masyarakat secara etimologi diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait oleh sesuatu kebutuhan yang mereka anggap sama. Sedangkan secara teminologi/istilah masyarakat diartikan sebagai berikut:

1) R. Lipton; Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya, berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dalam batas-batas tertentu.


(30)

14 2) Selo Soemarjan; orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan

budaya.

3) Parsuli Suparlan; Suatu kehidupan sosial manusia yang menepati suatu wilayah tertentu.

Jika dilihat dari beberapa definisi tersebut maka, sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat. Sukarnya batasan masyarakat itu dikarenakan konsep masyarakat meliputi berbagai faktor. Tetapi secara garis besar masyarakat dapat dibagi kepada dua pengertian, yakni pengertian masyarakat secara luas dan pengertian masyarakat secara sempit (Alvin:2008).

Menurut Elly Iriawan (dalam Alvin, 2008), istilah masyarakat dalam konteks pengembangan masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis tertentu dimana satu sama lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.

Pembahasan mengenai usaha kecil tidak lepas dari pemahaman tentang lingkungan dan sistem perusahaan berskala kecil serta pengusahannya yang termasuk kedalam kelola BMT. Berbagai kegiatan dilakukan usaha kecil dan hambatan-hambatan yang dijumpai dalam dunia usaha tercakup dalam suatu istilah yang disebut kewirausahaan. Peran seorang wirausahawan sangat mendominasi perilaku bisnis dan sangat menentukan arah masa depan bagi suatu usaha kecil.

2.7 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil.

Berbagai bentuk usaha kecil yang terdapat di Indonesia dapat digolongkan menurut bentuk-bentuk, jenis serta kegiatan yang dilakukannya. Penggolongan


(31)

15 menurut jenis berdasarkan pada pola kepemimpinan dan pertanggungjawabannya. Penggolongan menurut jenis berdasarkan pada jenis produk atau jasa yang dihasilkan serta aktifitas yang dilakukan. Disamping penggolongan berdasarkan kategori diatas pada hakikatnya usaha kecil yang ada secara umum dikelompokkan kedalam tiga golongan khusus yang meliputi :

1) Industri Kecil

Misalnya : Industri kerajinan rakyat, industri pembuatan batu bata, konveksi, salon dan rias pengantindan berbagai indutri lainnya.

2) Perusahaan Berskala kecil

Misalnya : Restoran, toko kerajinan, koperasidan lainnuya. 3) Sektor informal

Misalnya : Agen barang bekas,kios kaki lima dan lainnya. Berdasarkan bentuk usahannya, maka perusahaan dapat digolongkan dalam dua bentuk :

a) Usaha Perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta kekayaan perusahaan yang merupakan milik pribadi dari pengusaha yang merupakan milik pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Jumlahnya di Indonesia cukup besar dan skala usahanya relatif kecil. Padaumumnya lebih mudah untuk didirikan, karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap serta bentuk-bentuk usaha lainnya.


(32)

16 b) Usaha Persekutuan

Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Merupakan bentuk kerjasama dari beberapa orangf yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kewajiban-kewajiban usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan pola kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk persekutuan yang dibentuk. Jenis usaha kecil dikategorikan berdasarkan jenis produk atau jasa yang dihasilkan atau aktifitas yang dilakukan suatu usaha kecil, serta mengacu pada kriteria usaha kecil.

4) Keunggulan Usaha Kecil

Pada kenyataannya usaha kecil mampu tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun sektor berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi, industri kecil di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara. Sedangkan sektor informal mampu berperan sebagai penyangga dalam perekonomian masyarakat bawah.

5) Tujuan Pengembangan Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan salah satu bentuk kewirausahaan yang perlu dikembangkan. Adapun tujuan pengembangan usaha kecil adalah : a) Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi

usaha yang tangguh, yang sukar dikalahkan, kuat, teguh pendirian, tabah dan tahan menderita.


(33)

17 b) Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yangmandiri. Kemandirian dalam menjalankan usahanya dapat dicapai apabila pengusaha tersebut mampu menentukan tiap jalan usahanyasecara berkesinambungan.

2.8 Pendapatan, Keuntungan dan Kredit 2.8.1 Pendapatan

Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008).

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Pendapatan disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara

nyata dapat dibelanjakan oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemerintah seperti pajak, cukai dan sektor pemerintah.Variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:

1) Pajak (T) merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel.


(34)

18 2) Pembayaran Alihan/Transfer Payment (R) Pembayaran alihan

merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13, dll.

Berdasarkan ada tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis dalam kalimat matematis sebagai berikut:

• Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan Yd = Y

• Kondisi terdapat Pajak (T) Yd = Y – T

• Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer) Yd = Y + R

• Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer) Yd = Y – T + R

Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan tabungan bukanlah pendapatan nasional. Persamaan Fungsi Pendapatan adalah:

Yd = C + S Dimana :

C = Konsumsi Agregat S = Tabungan Agregat Yd = Pendapatan disposabel


(35)

19 Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri dari Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,

a. Fungsi Konsumsi

Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.

Teori Konsumsi Keynes menyatakan bahwa “Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol”.

Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.


(36)

20 Teori Konsumsi Keynes didasarkan pada 3 pendapat, yaitu:

1) Konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula besarnya perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1).

2) Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity to Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata kecenderungan menabung akan semakin tinggi.

3) Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel. Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat,


(37)

21 maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus : C = a + MPC (Yd)

Dimana:

C = Konsumsiagregat

a = Autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidupwalaupun pendapatan=0)

Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.

MPC = Marginal Prospensity to Consume yaitu angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadapkenaikan disposableincome. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi.

���= ∆�

∆�

Tingkat konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian berbeda-beda padatingkat pendapatan nasional yang berberbeda-beda. Misalnya, suatu negara pada suatuwaktu memiliki tingkat pendapatan nasional sebesar 200, dengan tingkat konsumsi sebesar 150. Ketika perekonomian negara tersebut tumbuh dan pendapatan nasionalnya menjadi 250, tingkat konsumsi menjadi 230. Untuk dapat menentukan fungsi konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda dibutuhkan variabel APC (Average Prospensity to Consume). Dimaksud dengan average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian itu sendiri di waktu yang berbeda.


(38)

22

���= ��

��

Dimana :

Cn = Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesarn

Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n

2.8.2 Keuntungan

Keuntungan/laba merupakan tujuan utama suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo (dalam Sukirno, 2002) keuntungan / laba adalah selisih antara total pendapatan dengan total biaya yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu.

Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saatMR=MC.

π = TR –TC

Dimana : π : Keuntungan

TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)

Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik total revenue dirumuskan sebagai berikut:


(39)

23

•TR = PQ.

Dimana ; TR = Penerimaan Total P = Harga Barang

Q = Jumlah barang yang dijual.

Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi biaya total (TC). Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar (Sukirno, 2002).

Total Cost (ongkos total ) adalah penjumblahan antara ongkos total tetap dengan ongkos total variabel. TC = TFC + TVC. Sedangkan, Total Revenue (TR) adalah penerimaan total dari hasil penjualan output.Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya :

TR < TC = Keadaan untung / laba TR= TC = Keadaan Break Even Point TR > TC = Keadaan rugi.

2.8.3 Kredit

Kredit adalah penyediaan sumber daya oleh salah satu pihak lain dimana pihak kedua tidak mengembalikan ke pihak pertama dengan segera (sehingga menghasilkan debt). Kredit dalam konteks BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang biasa disebut pembiayaan adalah aktifitas menyalurkan dana yang terkumpul dalam nasabah pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai dan menetukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif/menguntungkan dan dikelola oleh nasabah yang jujur dan bertanggung jawab.


(40)

24 Koperasi syariah (BMT) dan koperasi konvensional tetap memiliki kekhasasan dalam operasionalnya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perbedaan Operasional antara BMT dan Koperasi Konvensional Keterangan Koperasi Syariah

(BMT)

Koperasi Konvensional

Orientasi Laba dan sosial Laba

Bentuk Usaha Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) Koperasi Landasan

Operasional

Syariah Islam dan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan Operasional Pembiayaan Bagi hasil

(Profit and loss sharing)

Menetapkan jasa pinjaman pada anggota dengan sistem bunga

Sumber Laba

Laba dari pengelolaan dana anggota

dengan sistem bagi hasil/mark up/sewa

Sisa Hasil Usaha (SHU)

Pelayanan

Proaktif ke lapang dengan sistem “jemput bola”

Pasif, sebatas di kantor

Permodalan Tabungan dan dana ZIS

Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela Anggota

Dibedakan atas anggota pendiri dan anggota biasa

Tidak membedakan status keanggotaan

2.9 Penelitian Terdahulu

1) Jaya (2013) Pengaruh Pembiayaan Murabahah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Taliberdaya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro Kecil di Makassar. Dengan hasil penelitian: Dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasi (correlational study). Variabel modal kerja (X1) dan variabel murabahah


(41)

25 (X2) yang diterima mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah

pendapatan nasabah BMT Taliberdaya dengan koefisiennya menunjukkan sebesar 2, 437 (X1) dan 1,349 (X2), artinya apabila modal

kerja bertambah 1% dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus) maka akan meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 2,437 % (X1) dan 1,349 (X2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa BMT

Taliberdaya dinilai dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan usaha mikro kecil yang berdampak langsung terhadap peningakatan pendapatan para pelaku usaha kecil di Makassar yang telah memperoleh dana murabahah.

2) Hana Erlinda N.M (2014) Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kota Makassar. Dengan hasil penelitian: menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, Kredit Usaha Rakyat (KUR) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) di kota Makassar. Dengan adanya program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) maka terjadi peningkatan pendapatan serta kesempatan kerja bagi pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) di kota Makassar.

3) Andi Abdullah Sa’ad (2010) Pengaruh Peembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah BMT Berkah Madani. Dengan hasil penelitian: menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan hasil pengujian yang dilakukan mendapatkan hasil t sebesar 4,03 terletak


(42)

26 di daerah Ho ditolak. Maka keputusan menolak Ho mengandung arti bahwa ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara pendapatan sebelum pembiayaan murabahah terhadap pendapatan sesudah pembiayaan murabahah. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sampel berpasangan spearman, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar -3,335 dengan tariff nyata 5%, maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolak berarti pendapatan sesudah pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sebelum pembiayaan murabahah. Dengan demikian, karena ada perubahan yang signifikan dalam pendapatan sesudah pembiayaan murabahah, berarti pembiayaan murabahah yang diberikan BMT Berkah Mandiri berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan nasabah. 2.10 Kerangka Konseptual

BMT pradesa adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan akses lebih mudah kepada pelaku usaha mikro kecil untuk membantu pelaku usaha mikro kecildi Binjai. Adapun yang menjadi kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sebelum

Pembiayaan (X1)

BMT Pradesa Mitra Mandiri

Pendapatan (Y)

Sesudah Pembiyaan


(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data yang nantinya untuk menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Data tersebut akan dianalisis sehingga mengasilkan gambaran mengenai bagaimana pengaruh BMT terhadap peningkatan ekonmi masyarakat suatu daerah.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BMT Pradesa Kota Binjai. Waktu penelitian dilakukan pada juni 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variable yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah :

1) BMT Pradesa Mitra Mandiri merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan mempercayakan dananya disimpan di BMT serta menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT 2) Pendapatan adalah pendapatan rata-rata nasabah sebelum dan sesudah

menggunakan dana BMT.

3) Kredit dalam konteks BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang biasa disebut pembiayaan adalah aktifitas menyalurkan dana yang terkumpul dalam nasabah pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai dan menetukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang


(44)

28 produktif/menguntungkan dan dikelola oleh nasabah yang jujur dan bertanggung jawab.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Kuncoro, 2009: 172). Adapun tipe skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala data ordinal. Skala ini digunakan untuk mengidentifikasi angka dan memberikan informasi tentang jumlah karakteristik yang terjadi pada suatu kejadian atau objek secara relatif.

Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang dibagi dalam 5 kategori jawaban dengan pemberian skor sebagai berikut :

Tabel 3.1

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Buruk 1

2 Buruk 2

3 Cukup Buruk 3

4 Baik 4

5 Sangat Baik 5

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhammad, 2008: 161). Populasi dari penelitian ini


(45)

29 adalah nasabah pengguna BMT Pradesa Mitra Mandiri di Kota Binjai yang berjumlah 27.960 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari populasi dan diteliti secara rinci (Muhammad, 2008:162). Teknik sampling yang tepat dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik sampel sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memeperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiono, 2009 : 82). Besarnya sampel yang diambil oleh penulis sebanyak 100 orang yang menjadi nasabah di BMT tersebut. Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

n = �

(1 +��2) Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidakadilan karena kesalahan pengambilan sampel

yang dapat ditolerir

Jika penelitian pada penulisan skripsi ini diharapkan memberikan hasil yang berada pada tingkat kepercayaan 10% (e=0,1) dan jumlah populasinya adalah 27.960 maka jumlah sampel yang dapat diambil adalah:

n = �

1 +�(�)2 =

27960

1 + 27960(0,1)2 = 99,644 » ���������


(46)

30 3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

1) Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Muhammad, 2008: 101). Yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner langsung dengan nasabah BMT Pradesa Mitra Mandiri

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder ini saya peroleh dari kantor BMT Pradesa Mitra Mandiri di Kota Binjai.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1) Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui

berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.

2) Kuisioner ini merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan jawaban lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan menulis ulasan-ulasan yang dianggap penting pada ruang yang telah disediakan.


(47)

31 3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Alat Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired sample t test). Menurut Sugiyono (2012: 148) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dan teknik analisis data yang digunakan adalah melakukan uji paired sample t test pada software SPSS. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

�= �1,�− �2,�

��2 � �1 �1+

1 �2� Dimana :

t = Uji beda

X1,i = Rata-rata pendapatan sebelum menggunakan pembiayaan BMT X2,i = Rata-rata pendapatan sesudah menggunakan pembiayaan BMT n1 = Jumlah responden sebelum pembiayaan

n2 = Jumlah responden sesudah pembiayaan S2P = Simpangan baku berpasangan

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired sample t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan

nilai ttabel.

• Jika thitung ˂ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak pada α = 5%,

dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembiayaan


(48)

32

• Jika thitung ˃ ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak pada α = 5%,

dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembiayaan.


(49)

33 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum BMT di Kota Binjai

Kota Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera Utara. Pada tahun 2013 jumlah penduduk kota Binjai sekitar 252.263 jiwa, yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binja Timur.

Sedangkan BMT yang ada di Kota Binjai sendiri muncul pada tahun 2013 yang berlokasi di Tandem dan memiliki kantor pusat di Stabat yang jumlah Nasabah nya mencapai 388 Orang, kemudian pada Tahun 2014 Jumlah Nasabah meningkat menjadi 642 Orang.

Tabel 4.1

Jumlah Nasabah Pembiayaan

NO BMT

CABANG

JUMLAH NASABAH PEMBIAYAAN

2011 2012 2013 2014

1 Stabat 235 871 1.548 2.364

2 Tj. Beringin 183 372 892

3 Tandem 388 642

4 Kota Datar 156

TOTAL 235 1.054 2.308 4.054

Sumber: BMT Pradesa Mitra Mandiri

Jumlah Realisasi Pembiayaan Nasabah pada Tahun 2014 sebesar Rp.7.493.165.500 yang terbagi dari beberapa kantor cabang seperti BMT Stabat yang memiliki Jumlah Realisasi sebesar Rp.4.325.800.500 yang merupakan peringkat tertinggi dari dari beberapa cabang dan diikuti dengan Kantor Cabang Tj.Beringin dengan Jumlah Realisasi Rp.1.876.200.000.


(50)

34 Tabel 4.2

Jumlah Realisasi Pembiayaan

NO BMT

CABANG

JUMLAH REALISASI PEMBIAYAAN

2011 2012 2013 2014

1 Stabat 729.500.000 1.282.000.000 1.997.318.707 4.325.800.500

2 Tj. Beringin 125.000.000 725.600.000 1.876.200.000

3 Tandem 693.000.000 925.465.000

4 Kota Datar 365.700.000

TOTAL 729.500.000 1.407.000.000 3.415.918.707 7.493.165.500

Sumber: BMT Pradesa Mitra Mandiri

Jika dilihat dari dari jumlah keseluruhan Nasabah Simpanan pada BMT Pradesa Mitra Mandiri pada tahun 2014 terdapat 27.960 Orang yang berpartisifasi dalam menggunakan dana tersebut, yang diantara nya seperti di kantor cabang Stabat terdapat 16.842 Orang yang menggunakan dana tersebut. Kemudian Cabang Tj. Beringin pada tahun 2014 memiliki kepesertaan Nasabah sebanyak 6.812 Orang. Lalu cabang Tandem terdapat 3.581 Orang yang terdaftar di kantor Cabang Tandem, yang peningkatan kepesertaan Naik dari Tahun Ketahun dengan Nilai peningkatan yang cukup drastis.

Tabel 4.3

Jumlah Keseluruhan Nasabah Simpanan

NO BMT

CABANG

JUMLAH KESELURUHAN NASABAH SIMPANAN

2011 2012 2013 3014

1 Stabat 536 1.786 11.325 16.842

2 Tj. Beringin 682 3.582 6.812

3 Tandem 1.027 3.581

4 Kota Datar 725

TOTAL 536 2.468 15.934 27.960


(51)

35 4.2 Gambaran Umum BMT Pradesa Mitra Mandiri

Dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membele kepentingan masyarakat luas. BMT melakukan pembinaan ekonomi ummat sebagai langkah menjauhkan ummat dari lingkaran panjang rentenir.

Diawali dengan niat serta keinginan terlahirlah sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu BMT Pradesa Mitra Mandiri. Dengan ketegaran yang dibarengi ilmu, para tenaga profesional ini berhasil mendirikan BMT yang saat itu nama BMTyang berkantor psat di Stabat sangatlah buruk citranya. Berkat usaha kerja keras dan dukungan berbagai pihak, maka BMT Pradesa Mitra Mandiri memiliki program dan rencana kerja untuk membenani dan meningkatkan kinerja BMT terus dilakukan termasuk perubahan terhadap pandangan masyarakat ke BMT-BMT.

Alhamdulillah, hanya dalam tempo 5 bulan, masyarakat mulai melirik BMT sebagai alternatif simpanan dan pembiayaan serta pada fase ini BMT mulai mengajak agar masyarakat mau menyimpan uangnya di BMT.

Adapun sifat, peran, logo, visi, misi dan tujuan serta ruang lingkup bidang usaha yang ditawarkan oleh BMT Pradesa Mitra Mandiri.

a. Sifat

BMT Pradesa Mitra Mandiri bersifat terbuka, independen, berorientasi pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung ekonomi produktif anggota dan kesejahteraan ssial masyarakat sekitar, terutama Usaha Kecil Menengah.


(52)

36 b. Logo

Gambar 4.1

Logo BMT Pradesa Mitra Mandiri Makna yang terkandung dalam logo tersebut diatas adalah:

- Warna Kuning melambangkan sikap optimisme yang memiliki BMT dalam meningkatkan kepercayaan nasabahnya

- Belah Ketupat berlapis tiga melambangkan : • Lapis pertam menunjukkan : Kepercayaan • Lapis kedua menunjukkan : Pelayanan • Lapis ketiga menunjukkan : Kekeluargaan

- Tulisan BMT berada ditengah-tengah melambangkan bahwa BMT Pradesa Mitra Mandiri berad ditengah-tengah masyarakat sebagai lambang keuangan mikro syari’ah yang lebih adil dan menguntungkan. c. Visi

Menjadi LKSM terpercaya pilihan Mitra Usaha Kecil d. Misi

• Mewujudkan pertumbuhan taraf hidup masyarakat kecil dari kemiskinan • Menghimpun potensi ekonomi ummat dan menyalurkan pembiayaan


(53)

37

• Memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia dalam lingkungan kerja yang sehat.

e. Tujuan

Sejalan dengan visi dan misi perusahaan membina ummat membangun bangsa berdirinya BMT Pradesa Mitra Mandiri bertujuan :

• Untuk membantu pemerintah menungkatkan perekonomian masyarakat kecil, khususnya program pengentasan kemiskinan.

• Untuk menghindarkan masyarakat dari perbuatan ribawi f. Peran

Dalam rangka pencapaian tujuan BMT Pradesa Mitra Mandiri berperan: • Sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak • Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syari’ah

• Penghubung antara kaum berada(aghnia) dan kaum yang lemah(dhu’afa) g. Ruang Lingkup Bidang Usaha

BMT Pradesa Mitra Mandiri merupakan lembaga keuanagan mikro syari’ah yang bergerak dibidang jasa dengan memiliki jasa dengan memiliki beberapa produk simpanan maupun produk pembiayaan.

Ada beberapa produk BMT Pradesa Mitra Mandiri yang menunjang perkembangan usahanya, yaitu :

• Produk simpanan

- Simpana Mandiri ; adalah simpana yang dapat dilakukan penarikan sewaktu-waktu


(54)

38 - Simpanan Si Buah Hati ; adalah simpanan yang dikhususkan untuk

masa depan putra dan putri anda. Simpanan ini adalah simpanan yang berjangka 1 sampai dengan 6 tahun.

- Simpanan Aqiqah dan Qurban ; adalah simpanan yang diniatkan untuk Aqiqah dan Qurban

- Simpanan Pendidikan ; adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan persemester (6 bulan sekali)

- Simpanan Idul Fitri ; adlah simpanan yang penarikannya menjelang Idul Firti

- Simpanan umroh ; adalah simpanan yang setoran

awalnyaRp.1.000.000

- Simpanan berjangka ; adalah simpanan yang mana memiliki jangka antara 3 sampai dengan 12 bulan.

• Produk Pembiayaan

- Pembiayaan murabahah (MBH) adalah barang-barang kebutuhan, seperti; televisi, kulkas, mesin cuci dan lain sebagainya.

- Pembiayaan musyarakah (MSA) adalah fasilitas untk menambah modal usaha dengan cara angsuran.

- Ijarah jasa adalah fasilitas pembiayaan berbentuk jasa, seperti; pendidikan dan kesehatan.

- Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang pinjaman modalnya disesuaikan dengan permintaan bagi hasil yang diberikan sesuai dengan kesepakatan


(55)

39 - Pembiayaan qardhul hasan adalah pembiayaan yang dilakukan

kepada masyarakat yang tidak mampu, untuk membuka usaha dengan tidak adanya perhitungan bagi hasil atau pembayaran pokok saja.

- Gadai syari’ah adalah pengambilan barang pada waktu tempo yang telah disepakati bersama dengan cara sistem bagi hasil yang terjangkau.

Adapun struktur organisasi dalam BMT Pradesa Mita Mandiri yaitu sebagai berikut:


(56)

40 Gambar 4.2

Sturtur Organisasi BMT Pradesa Mitra Mandiri

Dari gambaran diatas adapun prosedur pembiayaan yang dapat di lihat dari bagan sebagai berikut :

RAP

Penasehat Pengurus

Ketua Sekretaris Bendahara

Direktur

Pengawas

Manajer

Kepala Cabang

Kepala Cabang Kepala Cabang

Manajer Operasinal Manajer Marketing

CS Teller

Accounting Ass. Marketing

Kabag Kolektor

Kolektor Kolektor Kolektor


(57)

41 Gambar 4.3

Skema Prosedur Pembiayaan 4.3 Karakteristik Responden

Berikut ini uraian beberapa karakteristik responden Berdasarkan Umur, Pendidikan terakhir, Penggunaan dana BMT, Jumlah Menggunakan Dana BMT, pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

1. Berdasarkan Kategori Usia, jumlah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.4).

Permhonan Pembiayaan dari

Nasabah

Permohonan Pembiayaan diterima

oleh CS dari seluruh karyawan dan nasabah

untuk di catat dibuku besar

Permhonan Pembiayaan diserahkan ke Marketing

Tindak lanjut (Survey Dokumen dan Lapangan)

Legal oleh Interval Control 1. KTP

2. KK

3. FC. B. Tabungan 4. Jaminan

5. Photo Usaha dan Jaminan 6. Berkas yang dibutuhkan Komite Pembiayaan

dengan Manajer

Komite dengan DIRUT Penjadwalan Akad

Akad Pembiayaan (Realisasi) Money

Pembinaan oleh AO dan Marketing Monitoring dan Interval


(58)

42 Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Umur Jumlah %

1 15-25 24 24

2 26-35 45 45

3 36-45 21 21

4 ≥46 10 10

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Maka karakteristik Responden berdasarkan umur diketahui bahwa sebagian besar Responden 45% berada pada kelompok Usia Produktif antara Umur 26-35 Tahun, kemudian 24% berada pada kelompok usia 15-25 Tahun, selanjutnya Responden sebesar 21% berada pada Kelompok usia 36-45 tahun dan yang terakhir sebesar 10% berada pada kelompok ≥46. Dari kesimpulan ini dapat diartikan, bahwa Responden yang terbesar pada kategori usia Produktif pada kelompok 26-35 Tahun.

Gambar 4.4

Karakteristik Berdasarkan Usia 0

10 20 30 40 50

15-25 26-35 36-45 ≥46

Usia

Jumlah %


(59)

43 2. Berdasarkan Kategori Pendidikan, Jumlah responden pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.5). Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 SD Sederajat 8 8

2 SMP Sederajat 33 33

3 SLTA Sederajat 47 47

4 Perguruan Tinggi 12 12

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan diketahui bahwa Nasabah pengguna Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri sebanyak 47% Responden didominasi pendidikan di jenjang SLTA, selanjutnya sebanyak 33% Responden menamatkan pendidikan di jenjang SMP, pada 12% Responden menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi, sedangkan sisanya 8% Responden hanya menamatkan pendidikan di jenjang SD. Dari kesimpulan ini dapat diartikan, bahwa Responden yang terbesar pada kategori dengan tamatan pendidikan di jenjang SLTA.


(60)

44 Gambar 4.5

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

3. Berdasarkan Kategori Penggunaan Dana, Jumlah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.6).

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Dana No Penggunaan Dana Jumlah %

1 <50% untuk

pengembangan usaha 16 16

2 <50% - 75% untuk

pengembangan usaha 26 26

3 75% - 100% untuk

pengembangan usaha 58 58

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Karakteristik Responden berdasarkan Penggunaan dana diketahui jumlah penggunaan dana yang digunakan Nasabah lebih banyak menggunakan dana untuk kepentingan usaha yaitu pada 75% - 100% dana digunakan sebesar 58% Responden yang menggunakan dana pembiayaan, pada 26% Responden menggunakan dana untuk 0

10 20 30 40 50

SD Sederajat SMP Sederajat

SLTA Sederajat

Perguruan Tinggi

Pendidikan

Jumlah %


(61)

45 kepentingan usahanya yaitu <50% - 75% untuk kepentingan usaha dan hanya sedikit yang menggunakan dana <50% untuk pengembangan usahanya yaitu sebesar 16% Responden saja. Dari kesimpulan ini dapat diartikan, bahwa Responden yang banyak menggunakan dana yaitu pada 58% Responden yang menggunakan dana sebesar 75% - 100% dana digunakan untuk usaha.

Gambar 4.6

Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Dana

4. Berdasarkan Kategori Jumlah Penggunaan Dana, Jumlah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.7).

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penggunaan Dana No Jumlah Penggunaan Dana Jumlah %

1 Sekali 6 6

2 2 Kali 23 23

3 3 Kali 41 41

4 >3 Kali 30 30

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer (diolah)

0 10 20 30 40 50 60 70 <50% untuk pengembangan usaha

<50% - 75% untuk pengembangan

usaha

75% - 100% untuk pengembangan usaha

Penggunaan Dana

Jumlah %


(62)

46 Karakteristik Responden berdasarkan jumlah penggunaan dana berkisar 41% Responden menggunakan dana pembiayaan sebanyak 3 kali, selanjutnya 30% Responden menggunakan dana pembiayaan >3 kali, kemudian dengan jumlah 23% Responden menggunakan dana pembiayaan sebanyak 2 kali dan yang terakhir dengan jumlah 6% Responden menggunakan dan pembiayaan hanya sekali.

Gambar 4.7

Karakteristik Jumlah Penggunaan Dana 4.4 Distribusi Jawaban Responden

4.4.1 Persepsi Responden Sebelum Penggunaan Dana BMT Pradesa Hasil distribusi jawaban responden atas atas tingkat penggunaan dana BMT terlihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

0 10 20 30 40 50

Sekali 2 Kali 3 Kali >3 Kali

Jumlah Penggunaan Dana

Jumlah %


(63)

47 Tabel 4.8

Jawaban Responden Sebelum Penggunaan Dana BMT Pradesa

No Pernyataan SkalaLikert TOTAL

1 2 3 4 5

1

Menurut B/I/S, tingkat pendapatan masyarakat sebelum menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

15 62 23 0 0 100

2

Menurut B/I/S, tingkat keuntungan masyarakat sebelum menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

26 54 20 0 0 100

Keterangan:1=sangat buruk; 2=buruk; 3=cukup baik; 4=baik; 5=sangat baik Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel diatas yaitu hasil jawaban responden sebelum penggunaan dana BMT Pradesa dapat diketahui bahwa dalam pernyataan no.1 mendapat tanggapan sangat buruk berjumlah 15 orang, tanggapan buruk berjumlah 62 orang dan tanggapan cukup baik berjumlah 23 orang. Sedangkan dalam pernyataan no.2 mendapat tanggapan sangat buruk berjumlah 26 orang, tanggapan buruk berjumlah 54 orang dan tanggapan cukup baik berjumlah 20 orang. Kesimpulan dari tanggapan no 1 maupun no.2 memiliki hasil jawaban dengan jumlah orang yang paling banyak. 4.4.2 Persepsi Responden Sesudah Penggunaan Dana BMT Pradesa

Hasil distribusi jawaban responden atas dampak sesudah penggunaan dana BMT Pradesa terlihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:


(64)

48 Tabel 4.9

Jawaban Responden Atas Dampak Sesudah Penggunaan Dana BMT Pradesa

No Pernyataan

SkalaLikert

TOTAL

1 2 3 4 5

1

Menurut B/I/S, tingkat pendapatan masyarakat setelah menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

0 0 0 59 41 100 2

Menurut B/I/S, tingkat keuntungan masyarakat setelah menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

0 0 0 68 32 100

Keterangan:1=sangat buruk; 2=buruk; 3=cukup baik; 4=baik; 5=sangat baik Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel diatas yaitu hasil jawaban responden sesudah penggunaan dana BMT Pradesa dapat diketahui bahwa dalam pernyataan no.1 mendapat tanggapan baik berjumlah 59 orang dan tanggapan sangat baik berjumlah 41 orang. Sedangkan dalam pernyataan no.2 mendapat tanggapan baik berjumlah 68 orang dan tanggapan sangat baik berjumlah 32 orang.

4.5 Analisis dan Pembahasan

4.5.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri dalam Pemodalan Usaha.

Berdasarkan penjelasan reponden terhadap Penggunaan BMT Pradesa Mitra Mandiri telah memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan untuk pengembangan usahanya, sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat pada daerah Tandem. Beroperasinya pengolahan dana BMT Pradesa dari segi pengembangan usaha mengalami perubahan. Sehingga daerah itu memiliki potensi menjadi daerah yang memiliki


(65)

49 perkembangan usaha yang mumpuni dari aspek modal dan pengembangannya.

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri dalam pemodalan yang dirasakan oleh masyarakat sangat baik, karena dengan bantuan dana BMT Pradesa masyarakat yang awalnya mengalami kendala di dalam pengembangan usaha dapat terbantu dalam mengatasi masalah tersebut. Masyarakat yang telah merasakan dampak positif dari penggunaan dana BMT tersebut masyarakat di wilayah Tandem menjadi terbantu atas penambahan modal usaha yang diberikan. Hanya sedikit masyarakat yang merasakan dampak negatif dari penggunaan dan BMT, sebagian dari mereka inilah yang nantinya menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang bekerja di BMT.

4.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat Terhadap Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri.

Keberadaan BMT Pradesa juga memberikan peluang kesempatan kerja yang memicu terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat disekitar, sehingga penyerapan lapangan kerja dapat bertambah di sektor perkembangan usaha. Hal ini diakibatkan karena semakin banyaknya usaha yang tumbuh berkembang dan munculnya usaha yang baru.

Namun tidak hanya peluang kesempatan kerja saja yang terjadi di wilayah Tandem melainkan banyaknya peluang untuk masyarakat dalam mendirikan suatu jenis usaha dengan terciptanya banyak usaha-usaha kecil


(66)

50 seperti, usaha rumah makan, toko sembako, bengkel, toko ponsel, dan lainnya.

Perkembangan ini sebenarnya disebabkan karena kualitas sumber daya manusia yang di terus diperbaiki baik dari segi pelatihan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat pada wilayah Tandem.

4.5.3 Dampak Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Pendapatan Masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui dampak dari penggunaan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap pendapatan masyarakat yang salah satunya adalah peningkatan taraf hidup sosial masyrakat di wilayah Tandem. Yang memicu peningkatan positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Perkembangan suatu wilayah dilihat dari pengembangan usaha yang ada dikawasan Tandem.

Dengan terbentuknya peluang tersebut maka diharapkan masyarakat dapat bersaing untuk mendapatkan peluang usaha dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat demi kesejahteraan mereka sendiri. Dengan demikian didapatkan hasil penelitian bahwa pendapatan perekonomian masyarakat mengalami peningkatan. Selain meningkatnya jumlah pendapatan maka masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.6 Paired Simple t Test

Hasil dari analisis uji beda rata-rata berpasangan (paired simple t test) pada tingkat pendapatan masyarakat sebelum menggunakan dana BMT dan setelah


(67)

51 menggunakan dana BMT. apakah terdapat perbedaan rata-rata pendapatan dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Tabel 4.10

Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Tingkat Pendapatan Masyrakat

Variabel Mean t-test

Sig (2-tailed) -Tingkat pendapatan sebelum

menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

332800,00 -Tingkat pendapatan setelah

menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

477800,00 -Tingkat pendapatan sebelum

menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

-Tingkat pendapatan setelah menggunakan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri

-17,814 0,000*

Keterangan : tingkat kepercayaan (α) = 0,05

Sumber : data primer, diolah

Dari hasil regres dengan analisa simple paired t test menunjukkan bahwa thitung sebesar 17,814 sedangkan ttable sebesar 1,987. hal ini menunjukkan thitung

(17,814) ˃ ttabel (1,987), yang berarti Ho ditolak (Ha diterima). artinya tedapat

perbedaan tingkat pendapatan masyarakat sebelum menggunakan pembiayaan melalui BMT. Dengan kata lain, setelah menerima pembiayaan BMT Pradesa Mitra Mandiri maka terjadi perubahan terhadap tingkat pendapatan di Kota Binjai. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai probabilitas sig (0,000) > α (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menggunakan pembiayaan yang dilaksanakan di kota Binjai.


(68)

52 Dengan adanya pembiayaan yang diberikan oleh BMT tingkat pendapatan rata-rata masyarakat setelah pembiayaan sebesar Rp477.800,00. Sebelum menggunakan dana pembiayaan pendapatan rata-rata masyarakat sebelumnya sebesar Rp332.800,00. Maka mengalami kenaikan sebesar Rp145.000.


(69)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya : 1. Dengan adanya BMT Padesa Mitra Mandiri berdampak positif terhadap

peningkatan ekonomi masyarakat yang berada di Kota Binjai sehingga memicu terjadinya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang-pedagang kecil setelah menggunakan dana pembiayaan di BMT Pradesa Mitra Mandiri mengalami kenaikan tingkat keuntungan yang cukup meningkat.

2. Berdasarkan dari segi usia jumlah responden yang paling tinggi yaitu pada usia 26 – 35 dengan jumlah 45 orang, dari segi pendidikan jumlah responden yang paling tinggi yaitu pada jenjang SLTA dengan jumlah 47 orang, dari segi penggunaan dana jumlah responden yang paling tinggi yaitu 75% - !00% penggunaan dana yang diterima untuk pengembangan usaha dengan jumlah 58 orang dan dari segi jumlah penggunaan dana responden yang paling tinggi dengan jumlah 30 orang menggunakan dana BMT sebanyak 3 kali.

3. Dari hasil analisis paired simple t test menunjukkan bahwa thitung sebesar

17,814 sedangkan ttable sebesar 1,987. hal ini menunjukkan thitung (17,814) ˃

ttabel (1,987), yang berarti Ho ditolak (Ha diterima). artinya terdapat

perbedaan tingkat pendapatan masyarakat sebelum menggunakan pembiayaan melalui BMT. Pendapatan rata-rata masyarakat setelah pembiayaan sebesar Rp477.800,00. Sebelum menggunakan dana pembiayaan pendapatan rata-rata


(1)

64

79

200000

350000

80

350000

400000

81

200000

350000

82

230000

350000

83

550000

650000

84

1000000

1500000

85

190000

260000

86

450000

600000

87

190000

300000

88

150000

250000

89

200000

250000

90

170000

290000

91

150000

350000

92

250000

400000

93

300000

550000

94

400000

600000

95

350000

500000

96

400000

550000

97

300000

450000

98

300000

500000

99

550000

750000


(2)

65

Lampiran 4

Hasil Uji Deskriptif

FREQUENCIES VARIABLES=Usia Pendidikan Penggunaandana Jumlahpenggunaan

/STATISTICS=STDDEV MIN MAX SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW

KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 03-SEP-2015 00:20:55

Comments

Input

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

100

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=Usia Pendidikan Penggunaandana Jumlahpenggunaan

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT

/ORDER=ANALYSIS. Resources

Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.00


(3)

66

Statistics

Usia Pendidikan Penggunaan

Dana

Jumlah Penggunaan

N

Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Mean 31.7000 10.9500 5.8400 5.9000

Std. Error of Mean .93814 .26300 .15090 .17610

Median 29.5000 12.0000 7.0000 6.0000

Mode 28.00 12.00 7.00 6.00

Std. Deviation 9.38137 2.62996 1.50903 1.76097

Skewness .381 .208 -.874 -.445

Std. Error of Skewness .241 .241 .241 .241

Kurtosis -.643 -.139 -.695 -.558

Std. Error of Kurtosis .478 .478 .478 .478

Minimum 15.00 6.00 3.00 2.00

Maximum 50.00 16.00 7.00 8.00

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

15 2 2.0 2.0 2.0

16 1 1.0 1.0 3.0

17 2 2.0 2.0 5.0

18 2 2.0 2.0 7.0

19 2 2.0 2.0 9.0

20 3 3.0 3.0 12.0

21 2 2.0 2.0 14.0

22 2 2.0 2.0 16.0

23 4 4.0 4.0 20.0

24 2 2.0 2.0 22.0

25 2 2.0 2.0 24.0


(4)

67

28 11 11.0 11.0 42.0

29 8 8.0 8.0 50.0

30 4 4.0 4.0 54.0

32 9 9.0 9.0 63.0

33 5 5.0 5.0 68.0

37 2 2.0 2.0 70.0

38 4 4.0 4.0 74.0

39 2 2.0 2.0 76.0

40 5 5.0 5.0 81.0

41 3 3.0 3.0 84.0

42 1 1.0 1.0 85.0

43 3 3.0 3.0 88.0

46 1 1.0 1.0 89.0

49 9 9.0 9.0 98.0

50 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

SD Sederajat

8 8.0 8.0 8.0

SMP Sederajat

35 35.0 35.0 43.0

SLTA Sederajat

45 45.0 45.0 88.0

Perguruan Tinggi

12 12.0 12.0 100.0


(5)

68

Penggunaan Dana

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<50% untuk

pengembangan

usaha

16 16.0 16.0 16.0

<50% - 75% untuk

pengembangan

usaha

26 26.0 26.0 42.0

75% - 100% untuk

pengembangan

usaha

58 58.0 58.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jumlah Penggunaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sekali

6 6.0 6.0 6.0

2 Kali

23 23.0 23.0 29.0

3 Kali

41 41.0 41.0 70.0

>3 Kali

30 30.0 30.0 100.0


(6)

69

Lampiran 5

Hasil Paired Sample t-Test

Paired Samples Correlations

N

Correlation

Sig.

Pair 1 sebelum & sesudah

100

,954

,000

Paired Samples Test

Paired Differences

T

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

Pair1

sebelum–

sesudah

-145000,

00000

81395,65

422

8139,56

542

-161150,66

369

-128849,33

631

-17,814

99

,000

Paired Samples Statistics

Mean

N

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 sebelum

332800,0000

100

205726,5027

6

20572,65028

sesudah

477800,0000

100

248947,6031