Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Dan Konsumsi Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Binjai

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PENYALURAN KREDIT DAN KONSUMSI TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA

BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

FITRI HANDAYANI 050501063

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T dimana karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi Terhadap

Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Binjai ” yang dibuat untuk

memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Program Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Murni Daulay, Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rujiman M.A selaku dosen penguji I yang telah memberi masukan dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Drs. HB. Tarmizi SU selaku dosen penguji II.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya dosen departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik


(3)

penulis selama perkuliahan beserta seluruh staff/pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staff/pegawai Bank Indonesia Medan (khususnya kak Mufida yang sudah membantu dalam mencari data) dan staff/pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku (Bpk Suradi dan Ibu Tumini) yang selalu memberi dorongan semangat dan motivasi secara moril dan materil yang selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselasaikan.

9. Buat saudara-saudaraku yang tersayang (abangku Irwanto, adikku Selamat Hariyadi dan Cindy Novianti ) terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya.

10.Buat yang terkasih dan tersayang yang selalu mendukung penulis, selalu ada di samping penulis, selalu membantu penulis dan selalu memberi semangat “Akhirul Saleh Siregar”. Terima kasih atas semangat dan doanya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Buat sahabat-sahabatku yang selalu membantu aku dan memberiku semangat menyelesaikan skripsi ini Ria, Dwi, Qiqin, Marisa, Mela, Nazmi, Eka, Meri, Me, Ita, Andrey dan kakak-kakakku, kak Deasy, kak Febri, kak Irma, kak Mas dan kak Zakyah.

12.Buat semua teman-teman stambuk 2005 Departemen Ekonomi Pembangunan dan pihak terkait lainnya yang tidak tersebutkan satu persatu.


(4)

Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini yang akan sangat penulis butuhkan sebagai pedoman di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Medan, Mei 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Hipotesis ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.LANDASAN TEORI ... 6

2.1.1. Pengertian Kredit ... 6

2.1.2. Konsep dan Definisi Konsumsi ... 18

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruanglingkup Penelitian ... 50

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 50

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 50


(6)

3.5. Model Analisis Data ... 51

3.6. Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian)... 52

3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 52

3.6.2. Uji F- Statistik ... 52

3.6.3. Uji t- Statistik ... 54

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 56

3.8. Definisi Operasional... 58

BAB IV HASIL DANPEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 59

4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai ... 59

4.1.2. Gambaran Perekonomian Kota Binjai ... 65

4.2. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 86

5.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... x LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1.1.. ... ...63

TABEL 1.2.. ... 63

TABEL 1.3. ... 64

TABEL 1.4. ... 65

TABEL 1.5. ... 67

TABEL 1.6. ... 68

TABEL 1.7. ... 69

TABEL 1.8. ... 70

TABEL 1.9. ... 71

TABEL 1.10. ... 72

TABEL 1.11. ... 73

TABEL 1.12. ... 74

TABEL 1.13. ... 76


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 2.1 Kurva Fungsi Konsumsi Keynes... 30

GAMBAR 2.2 Kurva Fungsi Konsumsi Kuznets ... 32

GAMBAR 2.3 Kurva Fungsi Konsumsi Dussenberry ... 35

GAMBAR 2.4 Kurva Fungsi Konsumsi Hipotesa Siklus Hidup ... 38

GAMBAR 3.1 Kurva Uji F-Statistik ... 54

GAMBAR 3.2 Kurva Uji t-Statistik ... 55

GAMBAR 3.3 Kurva Uji Durbin-Watson ... 57

GAMBAR 4.1 Kurva Uji t-Statistik Variabel Kredit ... 81

GAMBAR 4.2 Kurva Uji t-Statistik Variabel Konsumsi ... 82

GAMBAR 4.3 Kurva Uji F-Statistik ... 83


(9)

ABSTRACT

The degree of wealth in a community reflects from the level and pattern of its consumption. Besides that the development of distributing credit by an institution of finance it also effect to the wealthy and economic growth in an area. Therefore this research intends to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth in the city of Binjai.

This research tries to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth city of Binjai by using Ordinary Least Square Method (OLS). This research intends to see how the effect of credit to the economic growth and how the effect of consumption to the economic growt using data of time series from the year of 1987-2007. This research uses E-Views 4.1 computer program. The data which is used in this research is the data of secundary and model analyze data in multiple regression.

This research shows that coefficient determination is equal 0.98 that means independent variabel can give explained to the dependent variabel equal to 98%, while the rest 2% explained by another variabel which is not included in the estimation model. F-statistic is higher than F-table (8.402848 > 6.01) which means that credit and consumption togetherness effects significant to the increasing economic growth the city of Binjai in the level of trust 99%. For the t-count credit variable is higher than t-table (9.183482 > 2.878) which means that the credit effect significant to the increasing of economic growth in the level of trust 99%. For the t-count consumption variable is higher than t-table (5.720076 > 2.870) which means that the consumption effect significant to increasing of economic growth the city of Binjai to the level of trust 99%.


(10)

ABSTRAK

Tingkat kemakmuran suatu masyarakat pada umunya tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya. Selain itu perkembangan penyaluran kredit oleh lembaga keuangan juga berpengaruh terhadap kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dikota Binjai dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pengaruh konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series dari tahun 1987-2007. Penelitian ini menggunakan program komputer E-Views 4.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan model analisa data dalam bentuk multiple regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sama dengan 0.98 yang berarti bahwa variabel independent dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent sebesar 98%, sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F-Statistik lebih besar dari F-Tabel (840.2848 > 6.01) yang berarti bahwa kredit dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel kredit t-hitung lebih besar dari t-tabel (9.183481 > 2.878) yang berarti bahwa kredit


(11)

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel konsumsi t-hitung lebih besar dari t-tabel (5.720076 > 2.878) yang berarti bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%.


(12)

ABSTRACT

The degree of wealth in a community reflects from the level and pattern of its consumption. Besides that the development of distributing credit by an institution of finance it also effect to the wealthy and economic growth in an area. Therefore this research intends to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth in the city of Binjai.

This research tries to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth city of Binjai by using Ordinary Least Square Method (OLS). This research intends to see how the effect of credit to the economic growth and how the effect of consumption to the economic growt using data of time series from the year of 1987-2007. This research uses E-Views 4.1 computer program. The data which is used in this research is the data of secundary and model analyze data in multiple regression.

This research shows that coefficient determination is equal 0.98 that means independent variabel can give explained to the dependent variabel equal to 98%, while the rest 2% explained by another variabel which is not included in the estimation model. F-statistic is higher than F-table (8.402848 > 6.01) which means that credit and consumption togetherness effects significant to the increasing economic growth the city of Binjai in the level of trust 99%. For the t-count credit variable is higher than t-table (9.183482 > 2.878) which means that the credit effect significant to the increasing of economic growth in the level of trust 99%. For the t-count consumption variable is higher than t-table (5.720076 > 2.870) which means that the consumption effect significant to increasing of economic growth the city of Binjai to the level of trust 99%.


(13)

ABSTRAK

Tingkat kemakmuran suatu masyarakat pada umunya tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya. Selain itu perkembangan penyaluran kredit oleh lembaga keuangan juga berpengaruh terhadap kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dikota Binjai dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pengaruh konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series dari tahun 1987-2007. Penelitian ini menggunakan program komputer E-Views 4.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan model analisa data dalam bentuk multiple regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sama dengan 0.98 yang berarti bahwa variabel independent dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent sebesar 98%, sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F-Statistik lebih besar dari F-Tabel (840.2848 > 6.01) yang berarti bahwa kredit dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel kredit t-hitung lebih besar dari t-tabel (9.183481 > 2.878) yang berarti bahwa kredit


(14)

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel konsumsi t-hitung lebih besar dari t-tabel (5.720076 > 2.878) yang berarti bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah hal yang sangat diinginkan semua daerah maupun negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi suatu indikator tingkat kesejahteraan penduduk disuatu daerah atau negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui pembangunan dimasa yang akan datang.

Penyaluran kredit dalam masyarakat juga mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana salah satu indikasi dari kemajuan perekonomian suatu daerah adalah melalui tingkat penyaluran kredit dalam masyarakat. Ditengah tekanan ekonomi global, ketahanan sistem perbankan harus tetap terjaga. Fungsi intermediasi perbankan terus meningkat, hal ini ditunjukkan dalam pertumbuhan kredit di kota Binjai pada tahun 2007 meningkat mencapai Rp 6 milyar yaitu sebesar Rp 41,4 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp 47,6 milyar pada tahun 2007. Dengan peningkatan ini, persentase kenaikan kredit dalam satu tahun menjadi 28,1% dari sebelumnya 26,6% . Kredit bersifat kooperatif antara pemberi kredit


(16)

atau kreditor dan penerima kredit atau debitor yang saling menarik keuntungan dan saling menanggung resiko.

Bank mempunyai fungsi dalam rangka menunjang sarana pembangunan industri dan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat sebagai motor penggerak pertrumbuhan ekonomi. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai pihak perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana yang sering disebut sebagai fungsi intermediasi bank. Dana yang dihimpun bank tersebut dari pihak yang kelebihan dana disalurkan kemasyarakat berupa kredit yang merupakan kegiatan utama bank. Dari kegiatan ini, bank memperoleh pendapatan bunga yang disebut spread yang merupakan selisih dari bunga simpanan yang diberikan kepada penabung dengan bunga kredit yang dibayarkan oleh debitur.

Kelancaran pemberian kredit sangatlah tergantung pada peranan bank itu sendiri maupun kesadaran dari pihak nasabah untuk menyelesaikan kreditnya sebagaimana yang telah disepakati. Dengan adanya prosedur pemberian kredit yang efisien dan efektif diharapkan dapat terpenuhinya kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan maupun masyarakat luas. Pemberian kredit dapat dipandang dari dua sisi, yang pertama dari sisi debitur, pemberian kredit adalah salah satu bentuk sumber dana yang dapat dipakai untuk usaha ekspansi perusahaan atau untuk dana modal kerja perusahaan dan dapat juga digunakan untuk kepentingan lainnya. Penggunaan kredit tergantung pada bentuk usaha debitur bank tersebut. Kedudukan kredit yang diperlukan menjadi sangat istimewa terutama bagi bank-bank yang ada di negara-negara berkembang. Volume


(17)

permintaan kredit cendrung lebih besar dari jumlah yang ditawarkan. Posisi kredit menjadi sangat istimewa karena bunga dari kredit menjadi komponen yang sangat dominan untuk menambah pendapatan bank dibandingkan dengan yang diterima oleh bank dari produk dan jasa lainnya yang ditawarkan.

Melalui pembangunan diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan yaitu dengan cara meningkatkan konsumsinya. Hal tersebut membawa dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan struktur harga, perubahan pada sikap dan tingkah laku masyarakat yang selanjutnya menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Secara umum tingkat hidup atau kemakmuran suatu masyarakat tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya dan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah dengan mengukur tingkat dan pola konsumsi masyarakat tersebut.

Laju pertumbuhan PDRB Kota Binjai atas dasar harga berlaku tahun 2007 sebesar 14,46 persen. Hal ini menunjukkan penurunan sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,84 persen pada tahun 2006. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 5,68 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 5,32 persen.

Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor lain secara berurutan sesuai dengan peranannya


(18)

terhadap pembentukan total nilai PDRB adalah Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul ” Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi

Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Binjai ”.

1.2Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, yang masih perlu dikaji kembali kebenarannya melalui data yangh terkumpul. Dari rumusan masalah tersebut diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.

2. Pengeluaran konsumsi berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.

2. Untuk mengatahui bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Binjai.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan

peneliti lain yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian sejenis. 4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kredit

Kata ”Kredit” berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau

to belive atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian

kredit oleh suatu lembaga keuangan Bank maupun Non Bank kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan.

Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur (Tjoekam,1999:1).

Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

a) Unsur-unsur Kredit

Dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu fasilitas kredit yaitu :


(21)

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 2. Kesepakatan

Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau yang disebut dengan kredit macet. Semakin panjang suatu kredit maka semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya.

5. Balas Jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal dengan nama ”bunga”. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.


(22)

Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain :

1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah :

a. Penerimaan pajak

b. Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.


(23)

Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah Sinungan (1993:21), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit Eksploitasi atau Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit modal kerja digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau bisa yang lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

c) Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka Bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.


(24)

Untuk menghindari kerugian dan memperkecil resiko kredit di masa mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan objektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit.

Menurut Reed dan Giil (1989), unsur-unsur yang harus tercakup dalam investigasi kredit adalah :

a. Kapasitas untuk membayar b. Karakter dan itikad baik

c. Kemampuan menghasilkan pendapatan d. Asset yang dimiliki

e. Kondisi ekonomi

f. Faktor-faktor penting dalam usaha

Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat Bank dapat melakukan langkah-langkah berikut ini :

1. Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad baik calon debitur.

2. Memeriksa kembali catatan-catatan Bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah Bank. 3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar Bank

bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah kerja sama dengan calon debitur.


(25)

5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal.

d) Kriteria Pemberian Kredit I. Prinsip 5C

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;193), untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu

character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis

kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit.

2. Capacity

Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri dengan modal pinjaman.


(26)

4. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya.

Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;194), selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.

II. Konsep 7 P

Tujuh unsur dalam konsep 7 P yaitu : 1) Personality (kepribadian)

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.

2) Purpose (tujuan)

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3) Prospect (prospek)

Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(27)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5) Profitabillity (tingkat keuntungan)

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar atau sebaliknya.

6) Protection (perlindungan)

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

7) Party

Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C.

III. Konsep 3R

Tiga komponen dalam konsep 3R adalah : 1. Return ( tingkat pengembalian usaha)


(28)

3. Risk Bearing Ability ( kemampuan menanggung resiko)

Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit.

e) Jenis-jenis Kredit

Jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1) Berdasarkan Kegunaannya

Berdasarkan kegunaannya, jenis kredit dibagi atas :

a. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang diberikan bank kepada debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerja debitur. Biasanya kredit yang diterima oleh debitur akan digunakan untuk uang muka pembelian mesin-mesin, pembayaran gaji karyawan dan lain-lain.

b. Kredit Investasi, yaitu kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk pembelian barang-barang modal debitur yang tidak akan habis digunakan dalam satu periode.

2) Berdasarkan Tujuan Kredit

Berdasarkan tujuan kredit, kredit dibagi atas :

a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.

b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan konsumsi pribadi, dimana dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang digunakan secara pribadi.


(29)

c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan usaha perdagangan. Biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier, agen-agen perdagangan yang akan membeli dalam jumlah besar.

3) Berdasarkan Jangka Waktu

Berdasarkan jangka waktu, kredit dibagi atas :

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari atau paling lama satu tahun biasanya untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya 1-3 tahun dan biasanya untuk investasi.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktu untuk pengembaliannya 3-5 tahun . biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.

4) Berdasarkan Jaminan

Berdasarkan jaminannya, kredit terbagi atas :

a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud. Artinya kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminannya.

b. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang tertentu atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan


(30)

melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5) Berdasarkan Sektor Usaha

Berdasarkan sektor usahanya, kredit terbagi atas : a. Kredit untuk pertanian

b. Kredit untuk pertambangan c. Kredit untuk perindustrian d. Kredit untuk listrik, gas dan air e. Kredit untuk konstruksi

f. Kredit untuk perdagangan g. Kredit untuk angkutan h. Kredit untuk jasa-jasa

f) Manfaat Kredit Secara Umum

Manfaat kredit secara umum yaitu:  Manfaat bagi debitur

Manfaat bagi debitur antara lain :

a. Relatif mudah diperoleh bila usahanya memang feasible.

b. Telah ada lembaga yang kuat dimasyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).

c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang.


(31)

Manfaat bagi kreditur antara lain :

a. Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah kredit tersebut.

b. Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. c. Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya. d. Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. e. Untuk merebut pasar ( market share) dalam industri perbankan.  Manfaat bagi pemerintah

Manfaat bagi pemerintah antara lain :

a. Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi b. Sebagai alat pengendali moneter

c. Sebagai alat menciptakan lapangan kerja

d. Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat e. Sebagai sumber pendapatan negara

f. Sebagai alat untuk menciptakan pasar  Manfaat bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat antara lain :

a. Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan


(32)

kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat.

b. Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan publik, notaris dan lain-lain.

c. Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana yang disimpannya tetap aman karena bank mampu mengelolanya dengan baik.

d. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut.

e. Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usaha-usaha lain yang dapat mendukung usaha-usaha yang baru berdiri yang dibiayai oleh bank.

2.1.2 Konsep dan definisi konsumsi

Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.

Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi


(33)

terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal

Propensity to Consume :MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya

relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk menyempurnakan konsumsinya.

Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi masyarakat atau rumah tangga (household consumption).

Alasan yang mendasarinya antara lain:

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total pengeluaran agregat.

2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro.

3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.


(34)

Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara, barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah rumah tangga atau individu tergantung pada:

a) Selera-selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda-benda yang berbeda.

b) Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi. c) Harga benda-benda yang diduga.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu dikurangi netto penjualan barang bekas. Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Definisi dan arti setiap konsep ini adalah:

1. Kecondongan mengkonsumsi marginal atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai MPC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible


(35)

(∆Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula MPC=∆C/∆Yd.

2. Kecondongan mengkonsumsi rata-rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai APC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula APC = C / Yd.

a) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Masyarakat golongan penerima pendapatan yang rendah akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini akan digunakan untuk memperbaiki kualitas konsumsinya sehari-hari. Sedangkan masyarakat penerima pendapatan tinggi, walaupun terjadi peningkatan pendapatan tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena konsumsi masyarakat golongan ini sudah terencana dengan baik dan hampir sempurna. Sehingga peningkatan pendapatan ini dapat digunakan untuk memperbaiki tabungan mereka.

Menurut Mulia Nasution (1997:97) bahwa tingkat konsumsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh :

1. Distribusi Pendapatan

Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume (MPC) antar masyarakat berpenghasilan tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah, maka akan terjadi perubahan konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan yang lebih merata. Karena masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih tinggi di bandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi, sehingga bila terjadi


(36)

distribusi pendapatan yang lebih merata akan menciptakan peningkatan konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah ini.

2. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau masyarakat, karena semakin tinggi pendapatan masyarakat maka tingkat konsumsi sudah semakin terencana, sehingga peningkatan-peningkatan pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi konsumsi. Akan tetapi, pada masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan menengah akan meningkatkan konsumsinya yang belum sempurna apabila terjadi kenaikan pendapatan.

3. Tingkat Pajak

Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak yang sama rata misalnya 10%, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi.

4. Tingkat Pendapatan yang Pernah Dicapai

Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka pendek tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan yang terjadi. Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar tingkat konsumsi masyarakat (hipotesis pendapatan relatif). Jadi dengan demikian tingkat pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi.


(37)

Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi (barang tidak mengalami kerusakan dan masih dapat digunakan), sehingga konsumsi barang tahan lama tahun Y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang tahan lama harganya relatif tinggi, sehingga masyarakat untuk membelinya tentu diperlukan menabung terlebih dahulu (tabungan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat).

6. Banyak Alat Pembayar yang Likuid dalam Masyarakat

Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat pembayaran yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat pembayaran yang likuid (dengan pendapatan yang sama) akan lebih besar jumlah pengeluaran untuk konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran likuid sedikit yang ada dalam masyarakat.

7. Adanya Perkiraan Terjadinya Perubahan Harga

Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat sekarang ini. Perkiraan masyarakat akan adanya devaluasi khususnya masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat diperkirakan kenaikan harga ini akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk menghindari terjadinya kerugian akibat selisih harga.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga masyarakat yaitu :


(38)

1) Pendapatan

Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan pendapatan atau gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking dan beralih ke nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika mendapat tunjangan tambahan dari pabrik atau perusahaan tempatnya bekerja.

2) Kekayaan

Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.

3) Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di Bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

4) Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya dimasa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau


(39)

pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

Penyebab Faktor Demografi

1. Komposisi Penduduk

Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya juga akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebutmenjadi tinggi.

2. Jumlah Penduduk

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya juga akan banyak pula.

Penyebab Faktor Lain

a) Kebiasaan adat sosial budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat astiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. b) Gaya hidup seseorang

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang


(40)

mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

Sumber

b) Cara Menghitung Konsumsi

 Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga keseluruhan.

 Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan jumlah seluruh rumah tangga.

 Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga dikali seratus.

Rumus yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi rumah tangga sebagai berikut yaitu :

Xi,k = X1,k IBi,k / IBi,k

Keterangan:

Xi,k = Konsumsi perkapita triwulan ”i”pada tahun k Ibi,k = IHK triwulan pada tahun k


(41)

I = 1,2,3,4

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapat dari rumus:

Ci,k = Xi,k . Pi,k

Dimana :

Ci,k = Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku triwulan ”i” tahun k Xi,k = Konsumsi perkapita triwulan ”i’ tahun k

Pi,k = Penduduk triwulan ”i” tahun k

Dan konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan :

Cki,k = Pi,k . Co

Dimana:

Cki,k = Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan Pi,k = Rata-rata penduduk triwulan

Co = Konsumsi perkapita pada triwulan tahun dasar Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Jenis-jenis fungsi konsumsi (Dwi Eko Waluyo, 2003:44) dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Fungsi konsumsi menurut Keynes (Absolute income hypothesis)

Fungsi konsumsi Keynes sering disebut hipotesis pendapatan absolut, dimana dalam bentuk konsumsi didasarkan pada asumsi, yaitu fungsi konsumsi Keynes menunjukkan bentuk hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan harga yang konstan,


(42)

pendapatan yang terjadi adalah pendapatan nasional yang sebenarnya bukan pendapatan yang lalu atau yang akan datang.

Secara singkap dibawah ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes yaitu:

1. Variabel nyata

Yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Jadi bukannya hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal. Mengingat bahwa masalah ini sudah banyak dibahas didepan maka dapatlah dianggap tidak memerlukan tambahan penjelasan lebih lanjut.

2. Pendapatan yang terjadi

Dalam literatur banyak disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah yang terjadi atau

current national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa

yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi dimasa datang atau konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lainnya yang ternyata oleh para pemikir-pemikir sesudahnya dianggap bahkan ditemukan sangat besar peranannya terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat.

3. Pendapatan absolut

Dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut yang dapat dilawankan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya lagi.


(43)

Selanjutnya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1. Fungsi konsumsi menurut Keynes tidak melalui titik silang sumbu 0, melainkan memotong sumbu vertikal pada nilai C0 yang positif. Ini membawa konsekuensi bahwa baik dalam hal fungsi berbentuk garis lurus ataupun berbentuk garis lengkung seperti diasumsikan oleh Keynes, meningkatnya pendapatan nasional mengakibatkan nilai APC menurun, dan berlaku pula MPC < APC.

2. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung dengan nilai MPC yang menurun dengan meningkatnya pendapatan nasional.

Dari analisis konsumsi yang dikemukakan oleh Keynes tersebut terdapat dua hal yang penting yaitu:

I. MPC < APC dalam jangka pendek

II. APC orang kaya lebih kecil dari APC orang miskin

Dimana Keynes memberikan formulasi model fungsi konsumsi yaitu sebagai berikut ini:

C = f(Y), dimana bentuk fungsinya C = a + Cy Keterangan:

C = Konsumsi masyarakat riil

A = Besarnya konsumsi pada tingkat Y = 0 C = MPC = Hasrat konsumsi marginal ∆C/∆Y Y = Pendapatan nasional riil

Dari model diatas, bila digambar dalam bentuk kurva maka kurvanya adalah sebagai berikut ini:


(44)

Gambar 2.1

Kurva fungsi konsumsi Keynes

Bentuk kurva tersebut membawa konsekuensi bahwa meningkatnya pendapatan nasional akan meningkatkan hasrat konsumsi rata-rata (MPC) akan lebih kecil dari pada APC.Pengertian pendapatan yang dijelaskan oleh Keynes adalah pendapatan nasional yang berlaku (current national income) yang merupakan pendapatan absolut. Penekana disini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud pendapatan menurut Keynes, bukanlah pendapatan yang terjadi sebelumnya atau pendapatan yang diharapkan akan terjadi pada saat yang akan datang. Disamping variabel pendapatan, analisis Keynes juga membagi variabel bukan pendapatan ( non-income) menjadi dua yaitu :

1. Faktor-faktor subyektif, misalnya : iklan, daya tarik barang

2. Faktor-faktor obyektif, misalnya: distribusi pendapatan,cara pembayaran yang digunakan, dan aktiva-aktiva yang semula berpengaruh terhadap konsumsi.

2. Fungsi Konsumsi Menurut Simon Kuznets


(45)

a. Perlu dibedakan antara fungsi konsumsi jangka panjang atau long-run

consumption function dan fungsi konsumsi jangka pendek atau short-run consumption function, oleh karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut

dari hasil studi empiriknya ternyata mengalami bentuk yang berbeda. b. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran ke atas.

Kesimpulan ini, apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar persamaan fungsi konsumsi kita C = C0 + bY, dapat kita katakan bahwa nilai C0 tendensinya meningkat dari waktu ke waktu.

Gambar 2.2


(46)

• Dalam fungsi konsumsi jangka panjang Kuznets mengatakan, bahwa untuk APC tidak akan banyak berubah atau konstan sebagaimana digambarkan Keynes (Keynes tidak membedakan konsumsi jangka panjang dan pendek). Kurva konsumsi jangka panjang (LC) merupakan garis lurus yang melalui titik silang sumbu 0. Ini juga dapat diartikan bilamana APC tidak berubah dalam jangka panjang, maka MPC juga tidak akan berubah dari pendapatan yang lain.

• Dalam konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran (digambarkan garis SC) keatas, kesimpulan ini dapat mengungkapkan kepada kita. Dengan menggunakan persamaan fungsi konsumsi C = co + MPC Y .

3. Fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative income

hypothesis)

Fungsi konsumsi ini di kemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam bukunya income, saving and the theory ofconsumer behavior mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah. Akan tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan mengenai saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan seperti ini akan terus kita jumpai sampai pada tingkat pendapatan tertinggi yang telah pernah dicapainya lagi. Sesudah puncak dari pendapatan


(47)

sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak, bertambahnya saving tidak begitu cepat.

Didalam teorinya Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang yaitu :

1. Selera rumah tangga atas barang konsumsim adalah independent. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga diperoleh konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat wilayah masyarakat yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan dan mewah, secara otomatis ada ransangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi masyarakat sekitarnya (demonstration effect), begitu pula sebaliknya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat pola pengeluaran mengalami penurunan. Didalam pengertian disini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan seterusnya bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.


(48)

Akan tetapi proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi.

Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry akibat dari adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut :

C = f [ Y ] Yt Y*

Dimana :

Yt = Pendapatan pada tahun t

Y* = Pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu

Lebih lanjut bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut :

Gambar 2.3


(49)

CL menunjukan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila pendapatan sebesar Oyo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah Byo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OYo menjadi OY1, maka pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E. Pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Hal ini kurva pada saat terjadinya penurunan pendapatan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan.

Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi ( high consumption ).

4. Fungsi konsumsi dengan hipotesis siklus hidup (life cycle

hyphotesis)

Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari aliran


(50)

pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua.

Didalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang atau masyarakat sangat tergantung dari perjalanan usia (umur). Teori ini membagi pengeluaran konmsumsi menjadi tiga bagian atau tahapan yaitu berdasarkan perjalanan umur seseorang. Tahap pertama dimulai dari usia 0 tahun sampai usia kerja (usia tertentu/belum mandiri). Dalam tahap ini dakatakan oleh ketiga tokoh tersebut bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving, kenapa demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.. Tahap kedua dimulai dari usia kerja sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua tahap ini dikatakan bahwa seseorang pada tahap ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap ketiga dikatakn bahwa pada tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi

dissaving, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali

tergantung pada orang lain.

Dari pembagian tahapan diatas, kudian ketiga tokoh ini lebih memperjelas analisanya dengan menggunakan pendekatan kurva yang disebut dengan kurva hipotesa siklus hidup.


(51)

Gambar 2.4

Kurva Fungsi Konsumsi Hipotesa Siklus Hidup

Gambar tersebut menjelaskan tentang tahapan-tahapan pengeluaran konsumsi seseorang yang tergantung pada usia, dimana dengan bertambahnya usia seseorang tingkat pengeluaran konsumsi semakin meningkat, akan tetapi kemampuan untuk memperoleh pendapatan semakin lama semakin menurun. Sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi seseorang dan sumbu horizontal menunjukkan waktu (usia/umur) orang tersebut. Pada tahap I, dijelaskan bahwa pada usia 0 tahun hingga t0 tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya

dalam kondisi dissaving (ada ketergantungan pada orang lain. Pada usia t0 tahun

hingga usia t1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya seseorang

sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada ketergantungan dengan orang lain.

Tahap II, dimana dalam usia t1 tahun hingga usia t2 tahun menunjukkan


(52)

konsumsinya sudah tidak lagi bergantung pada orang lain. Pada tahap III ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi dissaving.

5. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen

(Permanent Income Hypothesis)

Dikemukakan oleh Milton Friedman yang mengungkapkan hasil pemikirannya mengenai penggunaan hipotesis pendapatan permanen untuk menerangkan variabel agregatif konsumsi dalam bukunya yang berjudul A

Theory of Consumption Function. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen

bersifat rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya selama hayatnya diantara kurun-kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi seorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan. Dalam bentuk matematik dapat diungkapkan :

Cp = kYp

Dimana :

Cp = Konsumsi permanen Yp = Pendapatan permanen

k = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1.


(53)

Menurut Friedman tidak ada hubungan antara besarnya konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Juga tidak ada hubungan antara konsumsi permanen dengan konsumsi sementara. Demikian juga tidak ada hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara. Model formulasi kekayaan menurut Friedman adalah :

W = Y p / i W

Dimana :

W = kekayaan

Yp = pendapatan permanen i = tingkat bunga

Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari formulasi kekayaan (W), sehingga :

Yp = i W

Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara, sehingga secara matematis adalah sebagai berikut :

Y = Yp + Yt

Dimana :

Y adalah pendapatan yang terukur Yp adalah pendapatan permanen Yt adalah pendapatan sementara

Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara, ada dua asumsi berikut :


(54)

Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory, karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja.

• Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi, artinya jika seseorang mendapatkan transitory income yang bernilai positif, maka semuanya ditabung, namun jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif, maka ia akan mengurangi tabungan dan tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsinya.

Y = Yp + Yt C = Cp + Ct 2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya berlaku apabila pendapatan per kapita mengalami kenaikkan secara berkepanjangan.

Tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat yang dicapai biasanya diukur oleh data pendapatan per kapita nominal. Pada saat ini, untuk mengukur taraf kemakmuran masyarakat ditentukan juga per kapita PPP. Pendapatan per kapita nominal dihitung dengan formula PDB dibagi dengan


(55)

jumlah penduduk. Sedangkan pendapatan per kapita PPP disesuaikan dengan menggunakan tingkat harga berlaku.

Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah: kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat.

Beberapa teori telah dikemukakan yang menerangkan mengenai hubungan diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandangan-pandangan teori tersebut antara lain :

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan


(56)

alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

Berdasarkan kepada teori klasik ini, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori perduduk optimum.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.


(57)

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

2. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan tentang peranan usahawan yang akan melakukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi effisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomiaan sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan


(58)

akan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakt akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah tinggi. Kenaikkan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua golongan: penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi.

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “Stationary State”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan klasik. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.

3. Teori Harrod-Domar

Teori ini menunjukkan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya


(59)

menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai suatu perekonomian yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi (capital output ratio) tetap nilainya, dan (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.

Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran gregat pada tahun 2002 yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun 2003). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam tahun 2002 akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun 2003.

Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut, analisis Harrod-Domar mengemukakan persoalan berikut: apakah syarat

yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan sepenuhnya digunakan?. Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun

berikutnya (tahun 2003) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh kembali.

Analisis tersebut disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis


(60)

Keynesian yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek. Manakala teori Harrod-Domar memperhatikan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa: (i) dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, dan (ii) pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin dicapai apabila I + G + (X-M) terus menerus bertambah dengan tingkat yang menggalakkan.

4. Teori Neo-Klasik

Melalui kajian empirikal teori ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat merupakan faktor yang terpenting yang meweujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)

Dimana :

∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi ∆K = tingkat pertumbuhan modal ∆L = tingkat pertumbuhan penduduk ∆T = tingkat perkenbangan teknologi


(61)

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: Faktor terpenting yang

mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi daam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menetukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Di antara 80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat di antara pertengahan abad ke-19 dan ke-20 disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalahyang dilakukan oleh Denison yang menganalisis faktor yang mengakibatkan perkembangan di negara maju di antara tahun 1950-1962. kesimpulan kajian tersebut adalah: pertambahan barang-barang modal hanya mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen dari


(62)

pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris. Dengan kata lain studi

Denision menunjukkan bahwa bukan modal, tetapi teknologi dan perkembangan keterampilan yang menjadi faktor utama yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

Pada masa sekarang ini kebanyakan negara-negara berkembang yang menghadapi banyak masalah dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonominya.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kota Binjai dimana mengamati dan menganalisis mengenai pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonominya. Ruang lingkup penelitian adalah kredit dan konsumsi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber datanya diperoleh melalui Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Laporan Bank Indonesia (BI) Medan dalam kurun waktu 1987 sampai 2007 serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website dan jurnal-jurnal.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan menggunakan metode mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan permasalahan yang ada didalam penulisan penelitian yang dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, koran, brosur, internet dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pencatatan dan


(64)

diatas. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan langsung sesuai dengan data yang digunakan.

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1,X2)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk ekonometrika dengan model multiple reggression sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi (juta rupiah) X1 = Kredit (ribu rupiah )

X2 = Konsumsi (juta rupiah )

α = Intercept/konstanta

β1,β2 = Koefisien Regresi

µ = Term of error


(65)

∂Y

∂X1 (pertumbuhan ekonomi) juga akan mengalami kenaikkan,

> 0 , artinya jika X1 (kredit) mengalami kenaikkan maka variabel Y

cateris paribus. ∂Y

∂X2 (pertumbuhan ekonomi) juga mengalami kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika X2 (konsumsi) mengalami kenaikkan maka variabel Y

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen dimana nilai R² berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R ²≤1).

3.6.2 Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependent. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 ; b = 0... tidak berpengaruh Ha ; b ≠ 0...berpengaruh

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung (F*) > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.


(66)

(1-R²)/(n-k)

Keterangan :

R² = Koefisien Determinasi K = Jumlah variabel independent n = Jumlah sampel

Kriteria :

Ho : β1 = β2 = 0

Ho diterima (F* < F tabel), artinya variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0

Ha diterima (F* > F tabel ), artinya variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Ho diterima

Ho ditolak


(67)

Kurva Uji F statistik 3.6.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel independent lainnya konstan. Dalam hal ini, digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independent ke-i nilai hipotesis,

biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel Xı terhadap Y.

Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependent.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t-hitung =

Sbi (bi-b)

Dimana :

bi = Koefisien Variabel ke-i b = Nilai hipotesis nol


(68)

Gambar 3.2 Kurva Uji t statistik

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi,

apakah terdapat korelasi variabel independent diantara satu sama lainnya.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R², F-statistik , t-hitung, serta standar error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan : a. Standar error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%.

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. Ho diterima

Ho ditolak Ho ditolak


(69)

d. R² sangat tinggi.

3.7.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk 1 ≠ j dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu :

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Watson (D-W test)

D-hitung = ∑ {et(et-1)}² ∑ e² t

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0 berarti ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk


(70)

Gambar 3.3 Kurva D-W test

Keterangan :

Ho : tidakada/ada korelasi

Dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du < dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

Dl ≤ dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.8 Definisi Operasional

1. Kredit adalah pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat melalui lembaga keuangan Bank dalam satuan ribu rupiah.

2. Konsumsi bagian dari pendapatan yang dibelanjakan baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan yang dihitung dalam satuan juta rupiah. 3. Pertumbuhan Ekonomi diproxy dengan PDRB Kota Binjai dihitung

berdasarkan harga berlaku yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah. Inconclusive

Autokorelasi (-) Inconclusive

Autokorelasi (+)

Ho : accept


(1)

HASIL REGRESI

DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS 4.1

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 04/29/09 Time: 23:41 Sample: 1987 2007

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -196858.2 35955.18 -5.475100 0.0000 KREDIT 0.047760 0.005201 9.183481 0.0000 KONSUMSI 0.272654 0.047666 5.720076 0.0000 R-squared 0.989403 Mean dependent var 916567.8 Adjusted R-squared 0.988225 S.D. dependent var 994985.2 S.E. of regression 107966.7 Akaike info criterion 26.14860 Sum squared resid 2.10E+11 Schwarz criterion 26.29782 Log likelihood -271.5603 F-statistic 840.2848 Durbin-Watson stat 1.778199 Prob(F-statistic) 0.000000 Estimation Command:

===================== LS Y C KREDIT KONSUMSI Estimation Equation:

=====================

Y = C(1) + C(2)*KREDIT + C(3)*KONSUMSI Substituted Coefficients:

=====================


(2)

HASIL REGRESI VARIABEL KONSUMSI

TERHADAP KREDIT

Dependent Variable: KREDIT Method: Least Squares Date: 05/03/09 Time: 17:05 Sample: 1987 2007

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1189871. 1562412. 0.761561 0.4557 KONSUMSI 8.558586 0.752362 11.37562 0.0000 R-squared 0.871972 Mean dependent var 14460752 Adjusted R-squared 0.865233 S.D. dependent var 12973650 S.E. of regression 4762701. Akaike info criterion 33.68092 Sum squared resid 4.31E+14 Schwarz criterion 33.78040 Log likelihood -351.6497 F-statistic 129.4047 Durbin-Watson stat 0.777451 Prob(F-statistic) 0.000000 Estimation Command:

===================== LS KREDIT C KONSUMSI Estimation Equation: ===================== KREDIT = C(1) + C(2)*KONSUMSI Substituted Coefficients:

=====================


(3)

HASIL REGRESI VARIABEL KREDIT

TERHADAP KONSUMSI

Dependent Variable: KONSUMSI Method: Least Squares

Date: 05/03/09 Time: 17:27 Sample: 1987 2007

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 77292.40 172140.1 0.449009 0.6585 KREDIT 0.101883 0.008956 11.37562 0.0000 R-squared 0.871972 Mean dependent var 1550593. Adjusted R-squared 0.865233 S.D. dependent var 1415505. S.E. of regression 519639.9 Akaike info criterion 29.25005 Sum squared resid 5.13E+12 Schwarz criterion 29.34953 Log likelihood -305.1256 F-statistic 129.4047 Durbin-Watson stat 0.775015 Prob(F-statistic) 0.000000 Estimation Command:

===================== LS KONSUMSI C KREDIT Estimation Equation: ===================== KONSUMSI = C(1) + C(2)*KREDIT Substituted Coefficients:

=====================


(4)

HASIL REGRESI VARIABEL KREDIT

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 05/07/09 Time: 16:38 Sample(adjusted): 1987 2006

Included observations: 20 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -192813.7 62763.44 -3.072070 0.0066 KREDIT 0.077307 0.003789 20.40252 0.0000 R-squared 0.958550 Mean dependent var 796831.1 Adjusted R-squared 0.956248 S.D. dependent var 851575.3 S.E. of regression 178124.5 Akaike info criterion 27.11299 Sum squared resid 5.71E+11 Schwarz criterion 27.21257 Log likelihood -269.1299 F-statistic 416.2628 Durbin-Watson stat 0.695698 Prob(F-statistic) 0.000000 Estimation Command:

===================== LS Y C KREDIT

Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*KREDIT Substituted Coefficients: =====================


(5)

HASIL REGRESI VARIBEL KONSUMSI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 05/07/09 Time: 16:48 Sample: 1987 2007

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -140029.6 82199.71 -1.703529 0.1048 KONSUMSI 0.681415 0.039582 17.21512 0.0000 R-squared 0.939751 Mean dependent var 916567.8 Adjusted R-squared 0.936580 S.D. dependent var 994985.2 S.E. of regression 250569.4 Akaike info criterion 27.79125 Sum squared resid 1.19E+12 Schwarz criterion 27.89073 Log likelihood -289.8082 F-statistic 296.3604 Durbin-Watson stat 1.308677 Prob(F-statistic) 0.000000 Estimation Command:

===================== LS Y C KONSUMSI

Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*KONSUMSI Substituted Coefficients: =====================


(6)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA

: FITRI HANDAYANI

NIM

: 050501063

DEPARTEMEN

: EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS

: EKONOMI

Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara dengan judul “ Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi

Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Binjai”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk

dapat digunakan seperlunya.

Medan, Mei 2009

Yang membuat pernyataan

FITRI HANDAYANI

NIM : 050501063